T-1

5.4K 369 13
                                    

Jaehyun: 30
Taeyong: 29





Matahari belum menampakkan dirinya, tapi lampu di satu rumah minimalis sudah menyala terang di tengah gelapnya pagi. Aroma lezat sudah memenuhi seisi rumah, dapur rumah itu begitu hidup di jam di mana orang-orang masih memejamkan mata.

Semua keributan di dapur pun membuat satu-satunya orang yang terlelap di rumah itu membuka matanya dan dengan gaya khas orang yang baru saja bangun, dia berjalan keluar dari kamarnya menuju sumber suara dan aroma lezat yang membuat perutnya berbunyi.

Pintu kamarnya selalu berderit ketika dibuka akibat sudah terlalu kering. Suara deritnya tidak begitu keras, tapi cukup untuk membuat orang yang sedang berkarya di dapur menyadari bahwa ada satu lagi orang yang membuka matanya sepagi ini.

Dengan apron merah muda yang tersampir di tubuhnya, juga sodet di tangannya, orang yang tadinya sibuk dengan masakannya menoleh dengan senyuman di wajahnya.

"Selamat pagi, Taeyong-ssi. Tidurmu nyenyak?"

Taeyong, lelaki yang berdiri di ambang dapur dengan wajah bantalnya mengusap wajahnya dan berjalan mendekati meja makan. Tubuhnya langsung digeletakkan di meja begitu bokongnya menyentuh kursi. Matanya yang terasa sulit untuk dibuka kembali terpejam.

Sang Koki yang melihat hal tersebut terkekeh geli sebelum kembali sibuk dengan masakannya. Hingga akhirnya dia selesai dan memiliki kesempatan untuk menegur Taeyong yang sudah kembali pergi ke alam mimpi.

"Taeyong-ssi, bangun. Sarapannya sudah siap."

Dengan setengah sadar Taeyong menarik tubuhnya dari meja dan bersandar di kursi. Posturnya yang bungkuk menunjukkan bahwa nyawanya belum semuanya terkumpul.

"Hnng... terima kasih, Jaehyun-ssi." Taeyong berucap dengan suara parau.

"Hm, sama-sama. Kumpulkan nyawamu terlebih dahulu sebelum menyantap sarapannya."

Dengan matanya yang setengah terbuka, Taeyong mengangguk lemas. "Hng."

Butuh waku yang cukup lama bagi Taeyong untuk sepenuhnya bangun dari tidurnya. Ketika semua kesadarannya sudah terkumpul, meja makan sudah dipenuhi dengan hidangan lezat yang menunggu untuk dimakan.

Setelah saling mengucapkan, "Bon appétit." kepada satu sama lain, Taeyong dan Jaehyun memulai sarapan pagi mereka.

Mata Taeyong sesekali akan mencuri pandang kepada Jaehyun yang tampak begitu bersemangat memakan makanannya. Pria itu adalah suaminya, sudah 172 hari mereka menikah. Awal pernikahan ini adalah perjodohan dan mulanya Taeyong menolak. Namun, begitu dia bertatap muka dengan calonnya, yaitu Jaehyun, pria itu tampak sama sekali tidak keberatan, malah begitu senang dengan perjodohan tersebut.

"Aku senang bisa memiliki teman hidup."

Itu yang dikatakan Jaehyun kepada Taeyong. Heran luar biasa, itu yang dirasakan Taeyong. Selama ini tidak ada yang berani mendekatinya karena sikapnya yang sedikit dingin kepada orang yang menurutnya asing, juga karena orang lain menganggapnya terlalu tinggi untuk mereka. Namun, Jaehyun begitu berbeda dari orang-orang tersebut. Taeyong akhirnya menerima perjodohan tersebut karena rasa penasarannya kepada Jung Jaehyun.

Ya, pernikahan ini dilandaskan atas rasa penasaran, itu tidak salah.

Rasa penasaran Taeyong terhadap Jaehyun tidak pernah habis hanya dengan mereka sudah menikah. Taeyong semakin penasaran dengan Jaehyun karena pria itu benar-benar menerima semuanya dengan tangan terbuka.

Taeyong sama sekali tidak bisa memasak, karena Taeyong ingin semuanya transparan dalam pernikahan mereka, dia pun memberi tahu Jaehyun tentang hal tersebut. Apa yang dikatakan Jaehyun? Pria itu menjawab, "Tidak ada masalah tentang itu. Tidak semua orang bisa memasak.", dengan senyum lebar di wajahnya.

Alhasil Taeyong selalu memesan makanan dari luar karena dia pikir Jaehyun juga tidak bisa memasak. Tiga bulan mereka terus memakan makanan buatan restoran, akhirnya Taeyong yang merasa malu, dengan alasan, "Kita terlalu sering makan makanan tidak sehat.", untuk pertama kalinya pergi ke dapur untuk memasak. Itu adalah kali pertama dan terakhirnya, karena setelah hampir membakar rumah di depan wajah suaminya sendiri, Taeyong tidak memiliki wajah untuk kembali mencoba.

Sejak saat itu, Jaehyun yang menyediakan keperluan makan mereka. Ketika Taeyong tahu bahwa pria itu bisa memasak, dia berlari keluar rumah dan menyembunyikan wajahnya sambil duduk di ayunan anak yang ada di taman komplek.

Taeyong terbatuk mengingat memori tersebut. Sungguh memori yang memalukan! Dia bahkan sampai tersedak karena terlalu malu.

"Pelan-pelan saja, Taeyong-ssi."

Taeyong meraih gelasnya dan menenggak air mineralnya. Matanya kembali melirik Jaehyun yang sekarang tersenyum padanya.

Ini juga hal yang membuat Taeyong heran setengah mati. Jung Jaehyun ini begitu baik kepadanya. Taeyong selalu berpikir karena pernikahan ini merupakan hasil perjodohan, maka Jaehyun pasti akan bersikap enggan kepadanya. Namun, pria itu selalu tersenyum, bersikap, dan berbicara dengan lembut kepadanya. Taeyong tidak mengerti! Sebenarnya Jung Jaehyun itu kenapa?

"Ada rapat malam ini, kemudian Ayah mengajakku untuk makan malam bersama dengannya. Aku mungkin akan tiba larut malam. Sudah kusiapkan bibimbap di kulkas, kau hanya perlu menghangatkannya ketika lapar. Maaf karena hanya menyiapkan bibimbap, aku kesiangan."

Taeyong hanya mengangguk sebagai balasannya. Ucapan Jaehyun kembali memberikan rasa malu bagi Taeyong. Yang menjadi kepala rumah tangga adalah Jaehyun, tapi yang mengurus urusan seperti ini juga Jaehyun. Taeyong seperti penonton yang menonton kehidupan seseorang yang memiliki pasangan, tapi tidak seperti memiliki pasangan. Sungguh, setiap kali ada yang memuji Jaehyun karena memiliki Taeyong sebagai pendamping hidup, Taeyong rasanya ingin menguap seperti air. Jaehyun bahkan melakukan semuanya dalam rumah tangga mereka seperti pria single yang hidup sendirian.

Taeyong sering kali merasa bersalah kepada suaminya ini. Namun, sulit sekali baginya untuk mengatakan maaf dan berbuat sesuatu untuk membalas semua yang sudah Jaehyun lakukan untuknya. Gengsi Taeyong menjunjung setinggi langit, bahkan hanya dengan membayangkan dirinya mengatakan maaf sudah membuatnya malu setengah mati.

"Aku sudah selesai." Taeyong meletakkan sumpitnya. Pikirannya yang berkeliaran membuat nafsu makannya hilang.

"Tidak apa. Aku akan menyimpan sisanya di kulkas, kau jadi tidak perlu hanya makan bibimbap nanti malam."

Tuhan! Manusia macam apa yang sebaik ini?! Taeyong bisa gila!














--
Buat yang baca cerita Z yang lain, kerasa ngga perbedaan cara penulisan Z? Z mau cerita ini lebih santai.

Akan Z update setiap malam minggu (Sabtu malam).

Ocean Deep [JaeYong] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang