T-12

1.1K 197 1
                                    

Taeyong merapatkan cardigan yang dipakainya. Matahari belum menampakkan diri, tapi dia sudah berdiri di bandara untuk menyambut kepulangan Jaehyun. Pukul empat pagi, dari semua waktu yang ada Jaehyun memilih untuk tiba pukul empat pagi. Taeyong benar-benar belum memahami Jung Jaehyun.

Taeyong melambaikan tangannya begitu matanya menangkap Jaehyun. Pria itu tampak lesu dengan kantung mata yang cukup parah. Sepertinya suaminya ini melewati hari-hari yang berat di Singapura.

Mulut Jaehyun terbuka lebar untuk meraup udara sebelum menyapa Taeyong. "Selamat pagi, Taeyong-ssi. Maaf karena membuatmu harus bangun sepagi ini."

Taeyong menggeleng. "Aku yang mengajukan diri untuk menjemput. Biar kubawakan kopermu." Tangan Taeyong bergerak untuk mengambil alih koper Jaehyun, tapi kemudian ditahan dan dijauhkan oleh pemilik koper.

"Tidak perlu, aku bisa membawanya sendiri." Jaehyun mengulas senyumnya. Wajah yang tampak kusut itu menjadi halus seketika hanya dalam satu ulasan senyum.

Mungkin karena tidak melihat senyum Jaehyun selama empat hari Taeyong sedikit terpana. Bahkan jika Jaehyun dilingkupi sampah, Taeyong yakin suaminya ini akan tetap terlihat tampan saat tersenyum. Bahkan jika tidak tersenyum pun masih akan terlihat tampan.

"Ayo kita pulang."

Tubuh Taeyong berjengit ketika merasakan berat pada bahunya. Jaehyun merangkulnya... Jaehyun merangkulnya.

"U-um, Jaehyun-ssi, i-ini... terlalu..."

"Maaf, Taeyong-ssi, tapi bisakah biarkan untuk saat ini? Tanganku butuh sandaran."

Taeyong mengerutkan dahinya, tapi tidak menolak. Suara lemas Jaehyun membuat Taeyong tidak tega untuk menolak. Maka Taeyong hanya diam dan berjalan di samping Jaehyun.

Kecanggungan yang beberapa hari belakangan tidak Taeyong rasakan seolah kembali mendatangi Taeyong dan memegangi lehernya.

"Ekhm," Taeyong berdeham kecil. "Jaehyun-ssi, sudah makan?"

Taeyong melirik Jaehyun dan mendapati pria itu hanya menggeleng. Taeyong berhenti melangkah dan menunjuk restoran cepat saji yang sudah buka di tengah sepinya pagi ini. "Kita makan terlebih dahulu." Taeyong melepas rangkulan Jaehyun dan tanpa disadarinya, menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Jaehyun. Jaehyun tidak menjawab atau menyaut, pria itu hanya mengikuti Taeyong yang menarik tangannya.

Taeyong menghela nafasnya melihat menu yang tersaji. Hanya ada ayam goreng. Apa tidak apa makan makanan seberminyak itu di pagi hari seperti ini? Jaehyun selalu menyajikan makanan bergizi di pagi hari, Taeyong takut Jaehyun tidak ingin makan.

Namun, karena tidak ada menu lain selain ayam, Taeyong pun memesan satu ayam goreng bumbu. Setelah itu dia menghampiri Jaehyun. "Jaehyun-ssi, hanya ada ayam goreng, kuharap kau tidak keberatan."

Jaehyun yang duduk bersandar mengangguk seraya tersenyum. "Tidak masalah."

Dahi Taeyong berkerut kecil. Rasanya aneh melihat Jaehyun lemas seperti ini. Taeyong meraih clutch bag-nya dan meraih sesuatu di dalam sana.

"Ini." Taeyong meletakkan bungkusan kecil yang dikeluarkannya. "Aku lupa mengeluarkan suplemen ini dari perjalanan ke Busan terakhir, tapi jangan khawatir, kedaluwarsanya masih delapan bulan lagi. Minumlah, Jaehyun-ssi."

"Delapan bulan... pernikahan kita sudah delapan bulan lebih, bukan begitu, Taeyong-ssi?"

Taeyong menatap mata sayu Jaehyun dan mengangguk. Mata itu masih tampak berkilau seperti biasanya walau sayu.

"Delapan bulan ini aku merasakan kebahagiaan yang tidak kurasakan ketika aku hidup sendiri. Terima kasih, Taeyong-ssi."

Saat itu, Taeyong merasa menjadi satu-satunya orang yang ada di sana dan seolah dunia ini berubah menjadi sebuah taman yang luas, dihiasi berbagai bunga, angin yang berhembus lembut, dan sinar mentari yang begitu hangat. Taeyong merasa damai.

Kemudian, Taeyong merasakan sesuatu yang tidak familiar baginya. Perutnya terasa seperti digelitik dengan halus dan Taeyong merasakan debaran dalam dadanya. Debaran itu terasa aneh, tapi juga nyaman di saat yang bersamaan.

"Taeyong-ssi? Taeyong-ssi, pesanannya..."

Taeyong yang tersadar terdiam sesaat sebelum membuka mulut seraya memegang dahinya dengan kikuk. "A-ah ya, p-pesanannya."

Taeyong bangun untuk mengambil pesanannya. Saat dia yakin Jaehyun tidak bisa melihatnya, Taeyong menyentuh dadanya. Terasa aneh di sana, tapi juga terasa nyaman.








Ocean Deep [JaeYong] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang