T-6

1.3K 219 1
                                    

Taeyong berguling di atas ranjangnya ke kanan dan ke kiri. Dahinya berkerut dalam mendengar suara berisik di dalam kamarnya. Dia berusaha bersuara untuk meminta suara tersebut dimatikan, tapi yang keluar adalah dengungan, "Hngg... nngg, nng... ng!"

Namun tentu saja dia tidak sadar.

Sampai akhirnya suara tersebut menghilang. Taeyong pun berhenti bergerak dan kembali terlelap. Namun, dalam tidurnya, Taeyong merasa gelisah. Rasanya seperti ada sesuatu yang dia lupakan.

Taeyong merasa sedikit ringan ketika mengingatnya. Ah, harus pergi ke Busan pukul setengah lima pagi nanti.

Setengah lima... dia memasang alarm satu jam sebelum setengah lima.

Mata Taeyong terbuka lebar dengan cepat.

Bisa-bisanya dia tidur kembali?! Sudah berapa lama dia tertidur lagi?!

"A-akh! Auh, kepalaku." Taeyong menggerutu ketika merasakan pening menjalar di kepalanya akibat bergerak terlalu cepat sehabis bangun.

"Pelan-pelan saja, Taeyong-ssi."

Taeyong menoleh ke walk in closet-nya. Dari ranjangnya, dia bisa melihat punggung lebar membelakanginya, sepertinya sedang sibuk memasukkan barang-barang.

"Jaehyun-ssi?"

"Ya?"

Taeyong berjalan masuk ke walk in closet miliknya dan memandangi Jaehyun yang memegang pouch berukuran sedang.

"Kau sedang apa?" Taeyong bertanya kepada Jaehyun yang tampak segar dengan pakaian rapi.

Jaehyun menunjukkan pouch ditangannya. "Alarm-mu keras sekali, jadi aku ke sini untuk mematikannya, tapi tadi tidak sengaja kulihat barang-barangmu masih berantakan, jadi kurapikan."

Taeyong mengambil pouch-nya dari Jaehyun dan melihat isinya. Produk wajahnya berada di dalam sana, tertata dengan rapi.

"Produk wajahmu kuletakkan di sana. Untuk benda-benda yang sekiranya perlu kau bawa ke mana-mana kuletakkan di clutch bag itu."

Taeyong meletakkan pouch-nya dan mengambil clutch bag-nya. Isinya tidak terlalu banyak, tapi semuanya berguna. Jika Taeyong yang merapikan semua ini sendiri, dia akan meletakkan semua barang yang menurutnya diperlukan ke dalam satu tas berukuran cukup besar kecuali ponselnya. Melihat betapa rapinya semua ini membuat Taeyong wajahnya terasa seperti terbakar.

"Terima kasih." Taeyong mencicit.

"Benahi dirimu, setelah itu makan."

Jaehyun melebarkan senyumnya sebelum keluar melewati Taeyong. Sementara Taeyong terpaku memandangi kopernya.

"Jaehyun-ssi, kau tidak menyentuh koperku bukan?"

Jaehyun yang masih berada di kamar Taeyong berjalan mundur dan mengintip ke dalam walk in closet. "Tidak, aku pikir itu akan sangat tidak sopan untuk menyentuh pakaianmu."

Taeyong menghela nafasnya lega. "Baiklah, terima kasih."

Taeyong memasukkan pouch-nya ke dalam kopernya, kemudian meletakkan semua keperluannya di dekat pintu walk in closet-nya, kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ketika dia sudah siap, Taeyong membawa koper dan clutch bag-nya ke ruang tamu.

"Sudah semuanya? Biar kumasukkan ke mobil, makan sarapanmu, hm?"

Jaehyun sudah mengangkat kopernya, jadi tidak akan berguna jika Taeyong menolak.

"Terima kasih, Jaehyun-ssi."

Sarapan Taeyong pagi itu adalah full english breakfast dan Taeyong hanya bisa tersenyum hampa melihat betapa banyak porsi yang Jaehyun hidangkan untuknya. Taeyong baru saja ingin mengajukan komplain, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menahannya. Jaehyun sudah susah payah membuatkan Taeyong sarapan ini, tidak... Jaehyun sudah terlalu banyak melakukan banyak hal untuk Taeyong. Taeyong harus menghargai apa yang dilakukan suaminya untuknya.

Namun, perut Taeyong tidak bisa diajak bekerja sama. Hanya setengah yang mampu Taeyong habiskan, telur di piring masih tersisa satu, sosis masih tersisa beberapa, tapi setidaknya Taeyong berhasil menghabiskan bacon dan kacang merahnya.

"Sudah selesai?"

Taeyong menyeka bibirnya menggunakan serbet, baru kemudian memandang Jaehyun penuh penyesalan seraya mengangguk. "Maaf karena tidak bisa menghabiskannya. Perutku selalu sedikit tidak nyaman setiap kali akan melakukan perjalanan jauh, jadi aku tidak sanggup menghabiskannya."

Jaehyun menggeleng dan seperti biasa, senyuman menghiasi wajah pria tampan tersebut. "Tidak apa, aku yang terlalu banyak menuangkan isian ke piringmu. Kalau begitu, ayo kita berangkat."

Jaehyun sudah memberi tahu Taeyong bahwa dia ingin mengantar ke stasiun kemarin. Taeyong mulanya menyarankan pria itu untuk tidak mengantar karena Taeyong tahu Jaehyun juga harus bersiap-siap untuk menghadiri pelelangan.

Stasiun hanya berjarak dua menit lagi, Taeyong merasa harus mengatakan sesuatu sebelum mereka sampai. Yah, juga untuk memecah keheningan yang sejak tadi melingkupi mereka sejak mereka berangkat. Sedikit basa-basi tidak akan menyakitkan.

"Jangan lupa memeriksa kunci pintu utama sebelum tidur."

"Aku tidak akan lupa."

"Pintu belakang juga."

"Tentu saja."

"Tolong pindahkan Cony ke atas ranjangku, aku merasa bersalah karena meletakkannya di lantai."

Jaehyun terkekeh pelan. "Akan kuingat."

Taeyong mengulum bibirnya sesaat sebelum berdeham kecil dan berkata, "Terima kasih."

Taeyong pikir Jaehyun hanya akan mengantarnya hingga lobi ketika mereka sampai, tapi pria itu tidak pergi ke lobi dan malah masuk ke area parkir, kemudian mengikuti Taeyong dengan membawa koper Taeyong di tangannya hingga ke dalam. Jadi itu mengapa pakaiannya rapi.

"Lee Biseo sedang berada di toilet. Aku bisa menunggu sendiri, kau bisa pulang, Jaehyun-ssi."

Jaehyun mengulas senyumnya dan mengangguk. "Baiklah. Jangan lupa untuk sarapan dengan makanan sehat. Jangan terlalu lelah. Jangan merindukanku. Ah, yang terakhir aku hanya bercanda, hahahaha!"

Taeyong terpaku mendengar ucapan terakhir Jaehyun. Entahlah, tapi itu membuat Taeyong seperti... seseorang menggelitik perutnya begitu pelan dan halus. Taeyong tidak tahu harus bereaksi seperti apa walau Jaehyun bilang itu hanya candaan belaka.

"Ah, Taeyong-ssi, jangan anggap serius yang terakhir." Jaehyun tampak khawatir.

Taeyong berdeham, kemudian mengangguk. "Hm. Hati-hati di jalan, Jaehyun-ssi." Satu tangannya melambai kecil kepada Jaehyun.

Suaminya tersebut terdiam sesaat sebelum membalas lambaian kecil Taeyong dengan lambaian yang cukup besar. "Kau juga, Taeyong-ssi. Sampai jumpa dua hari lagi. Aku akan menunggu di rumah."

Senyum Taeyong terulas begitu saja mendengar perkataan Jaehyun. Pulang ke rumah dua hari yang akan datang mungkin akan menjadi pulang yang berwarna nantinya.








Ocean Deep [JaeYong] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang