Taeyong melirik Jaehyun yang duduk di seberangnya dengan seksama. Masih pukul lima petang, tapi suaminya ini sudah duduk di depannya, duduk manis menungguinya menyelesaikan pekerjaan. Jaehyun bilang jadwalnya kosong dan hanya ingin menghabiskan waktu bersama Taeyong sebelum mereka pulang bersama. Namun, pria itu sibuk menatap tabletnya, tampak sangat jelas sedang mengerjakan sesuatu.
Taeyong memijat batang hidungnya, "Jaehyun-ssi, jika masih memiliki sesuatu untuk dikerjakan seharusnya kau tidak ke sini."
Jaehyun tersenyum sembari melirik Taeyeong dengan kedua matanya yang melengkung. "Tidak, tidak, ini... ini mendadak. Tadi jadwalku sudah kosong. Jangan khawatir, Taeyong-ssi."
Meski Jaehyun berkata seperti itu, Taeyong tahu bahwa Jaehyun berbohong. Jika jadwal Jaehyun benar-benar kosong, pria itu tidak akan membawa tas kerjanya ke dalam ruangan Taeyong. Namun, Taeyong memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun lebih lanjut. Jaehyun pasti memiliki alasan tersendiri untuk berbohong seperti ini.
"Ah, apa ada makanan khusus yang ingin kau makan malam ini, Taeyong-ssi?"
Taeyong menggeleng. Tadinya Taeyong tidak ingin membuka mulutnya kembali, tapi sesuatu terpintas di benaknya.
"Apa... apa kau sudah tahu tentang... berita itu?"
Seluruh perhatian Jaehyun terarah kepada Taeyong. Pria itu mengangguk sembari memperlebar senyumannya. "Ya, tentang yang kita lakukan di ruang tunggu tamu bukan?"
"Uhuk!" Taeyong terbatuk. Bukan salahnya jika dia berpikir yang macam-macam! Cara Jaehyun berbicara membuatnya terdengar seperti mereka melakukan kegiatan... tidak senonoh.
"T-tolong, Jaehyun-ssi, b-bicaralah dengan konteks yang jelas."
"Ini." Jaehyun mengangkat satu tangannya dan menepuk pelan kepalanya sendiri. Taeyong mengangguk-angguk kecil sebelum kembali fokus pada kertas di mejanya.
Ruangan itu begitu hening hingga jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Taeyong meregangkan tubuhnya dan menutup laptop serta membersihkan mejanya. Kertas-kertasnya dia tumpuk menjadi satu dalam satu map dan dia berikan kepada Lee Biseo.
"Tolong berikan yang ini kembali kepada kepala keuangan. Ini untuk divisi pengembangan. Ini untuk bagian keamanan."
"Baik, Hoejangnim."
"Ah, Lee Biseo, bisa tolong periksa apa mobilku sudah siap? Aku akan sangat menghargainya jika kau bisa melakukannya."
Lee Biseo mengangguk kecil sebelum melangkah keluar, menyisakan Taeyong dan Jaehyun berdua di ruang tersebut.
"Um, untuk apa mobilmu? Biasanya kita akan pulang—"
"Mulai hari ini aku akan menjemputmu."
Taeyong mengerutkan dahinya. "Apa maksudnya mulai hari ini? Kau akan menjemputku setiap hari setelah ini?"
Jaehyun mengangguk tegas. Pria itu kemudian menyunggingkan senyumnya lebih lebar. "Aku juga akan mengantarmu setiap hari."
Mengantarnya setiap hari? Taeyong tidak yakin itu diperlukan. Taeyong tidak perlu diantar dan dijemput setiap hari, menghabiskan waktu untuk melirik Jaehyun diam-diam di saat pria itu fokus pada jalanan, dan merasakan sesuatu yang aneh setiap kali Taeyong rasa dia terlalu dekat dengan Jaehyun.
Sebenarnya tidak selalu ketika Taeyong merasa dia terlalu dekat dengan suaminya, itu... entahlah. Itu terjadi begitu sering belakangan ini.
"Kurasa itu tidak dibutuhkan, Jaehyun-ssi."
"Aku ingin melakukannya."
"Jae—"
"Apa kau masih canggung denganku?"
Taeyong menggeleng dengan cepat, lebih terasa seperti sebuah refleks daripada gerakan yang dihendaki. "Tidak, tidak. Hanya saja—"
"Kalau begitu, tidak ada alasan untuk menolak bukan?"
Taeyong terdiam. Untuk mengeluarkan alasan yang sebenarnya dia sama sekali tidak memiliki keberanian. Bagaimana jika Jaehyun menganggapnya aneh?
Taeyong pun menghela nafasnya, kemudian mengangguk kecil, membiarkan Jaehyun berlaku sesukanya. Lagipula banyak hal positif yang bisa diambil bukan? Selain mendapat senam jantung setiap harinya, Taeyong bisa menghemat bensin, mengurangi polusi, dan mungkin tidur di mobil jika dia mengantuk.
"Aku akan sangat menikmati waktu bersama Taeyong-ssi."
Kepala Taeyong menoleh ke arah lain dan tangannya menopang dagunya sembari menutupi setengah wajahnya. Lagi, untuk yang kesekian kalinya, Jung Jaehyun membuat wajahnya panas hanya dengan perkataan seperti itu. Sebenarnya Taeyong ini kenapa?
"Tuan Jung, mobil Anda sudah berada di lobi."
"Ah, terima kasih, Lee Biseo." Jaehyun menoleh dan memberikan senyum tipis untuk sekretaris Taeyong tersebut, kemudian kembali menoleh pada Taeyong. "Apa Taeyong-ssi ingin pulang sekarang?"
Taeyong mengangguk kecil sembari berdiri dan melangkah pergi. Jaehyun yang melangkah di sampingnya tampak sedikit tegang hari ini. Mungkin jadwalnya terlalu padat atau ada masalah yang sulit untuk diselesaikan.
Taeyong menepuk punggung Jaehyun dengan lembut beberapa kali seraya berkata, "Kau sudah bekerja keras, Jaehyun-ssi."
Jaehyun menoleh. Wajah pria itu seperti anak anjing yang kebingungan, tapi Taeyong bisa melihat kebahagiaan di wajah tampan tersebut.
"Taeyong-ssi juga."
Nafas Taeyong tercekat begitu kulit hangat Jaehyun menyentuh pucuk kepalanya. Satu sisi Taeyong ingin terus melangkah, tapi kakinya terasa lemas. Situasi yang tidak imbang itu mengakibatkan Taeyong tersandung kakinya sendiri dan hampir terjerembap ke depan jika saja Jaehyun tidak menahannya.
"Hati-hati, Taeyong-ssi. Kau bisa melukai dirimu sendiri."
Taeyong tidak bisa membalas. Perhatiannya terfokus kepada tangan Jaehyun yang melingkari pinggangnya. Hanya sebuah sentuhan lembut, tapi tempat yang Jaehyun pegang terasa panas.
"A-ah, t-terima kasih." Taeyong melepas tangan Jaehyun dari pinggangnya dan dia melangkah dengan cepat agar mendahului suaminya tersebut.
Taeyong mendapat perasaan bahwa jika dia menghabiskan lebuh banyak waktu dengan Jaehyun, dia akan kehilangan kewarasannya cepat atau lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Deep [JaeYong] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ Mungkin jika Taeyong sudah tidak bisa menahan malunya hingga ingin bercerai dengan pria yang hampir sempurna ini, alasan atas gugatannya adalah "Rasa malu akibat memiliki suami yang serba bisa." ▶️JaeYong ▶️NCT ⚠️BxB [210823] #3 in j...