TJ

2.3K 210 18
                                    

"Ish, lihat tikus got itu, dia bahkan memiliki hubungan dengan gangster dan preman. Syukurlah dia ditangkap." Ibu Jaehyun yang sedang mengupas buah menunjuk televisi dengan pisau buahnya. Wajahnya tampak jijik dan marah melihat wajah Nyonya Gu berada di berita.

"Beruntung anaknya juga terkait dan tidak bisa terlepas seperti dahulu." Ibu Taeyong yang duduk di sebelah ibu Jaehyun menambahkan. Wanita itu tampak tenang dan anggun seperti biasa, tapi ekspresinya begitu tajam.

Jaehyun dan Taeyong yang berbaring di ranjang masing-masing hanya terkekeh diam-diam melihat reaksi ibu mereka.

Kemarin pagi setelah berdiskusi, ibu Jaehyun dan Taeyong memutuskan untuk memindahkan Jaehyun dan Taeyong ke kamar suite agar Taeyong dan Jaehyun bisa berada di satu kamar dan memudahkan Taeyong, ibu Jaehyun, serta ibu Taeyong untuk menjaga Jaehyun. Taeyong yang mengusulkan karena dia merasa tidak tenang ketika dia harus kembali ke kamarnya untuk makan siang.

Jaehyun melirik Taeyeong yang berada sedikit jauh darinya. Lelaki itu tampak puas, tapi Jaehyun bisa merasakan amarah menguar di sekeliling pasangannya.

"Apa yang kau pikirkan?"

Taeyong menoleh dan mengulas senyumnya. "Tidak ada."

"Sepertinya Taeyong-ssi marah."

Taeyong terdiam, kemudian menghela nafasnya. "Aku berharap aku bisa setidaknya memukul wanita itu satu kali saja."

Taeyong mengepalkan tangannya. Dibandingkan dengan marah karena wanita itu membuatnya celaka, Taeyong jauh lebih marah karena wanita itu mencelakai Jaehyun yang tidak salah apa-apa. Taeyong ingin sekali menampar, atau memukul, atau jika bisa mengubur wanita itu.

"Dia akan sangat tidak beruntung jika Taeyong-ssi benar-benar melakukan itu karena kurasa Taeyong-ssi tidak akan menahan diri."

Taeyong berdecih. Tentu saja dia tidak akan menahan diri. Untuk apa menahan diri pada wanita dan anak iblis?

"Omong-omong, aku sudah tahu berita waktu itu."

Taeyong mengerutkan dahinya. "Berita apa?"

"Berita yang kau bilang ketika aku di Singapura."

Mata Taeyong mengedar, mencoba mengingat-ingat berita macam apa yang Jaehyun maksud. Kemudian kepalanya mengangguk-angguk kecil ketika mengingat berita yang Jaehyun bicarakan.

"Ah, itu. Benarkah?"

Jaehyun mengangguk. "Berita tentang ketika Taeyong-ssi menuntun tanganku untuk mengusak kepala Taeyong-ssi."

Wajah Taeyong yang sudah lama tidak merasakan hangat kini memerah karena panas yang mendera. Mungkin karena ingatan bawah sadarnya ingat akan Jaehyun yang mengatakan padanya untuk tidak menyembunyikan wajahnya ketika malu, Taeyong jadi tidak menyembunyikan wajahnya, hanya mengipasinya.

"Aku meminta hadiah untuk jawabanku, ingat?"

Taeyong mengangguk. "Waktuku."

Jaehyun mengangguk. "Aku sudah merencanakan semua yang ingin kulakukan bersamamu."

"Y-yak, seharusnya kau fokus pada pemulihanmu, Jaehyun-ssi. Tulang kakimu bahkan masih retak." Taeyong menoleh ke arah televisi.

Jaehyun terkekeh geli melihat Taeyong yang salah tingkah. "Tentu saja itu harus menunggu hingga aku pulih sepenuhnya. Aku hanya ingin memberi tahu saja."

Senyuman Jaehyun tidak surut bahkan ketika Taeyong berpura-pura tidak mendengar dan tidak memberikan balasan atas ucapannya. Matanya terpaku memandangi pasangannya seolah tidak ada lagi hal di dunia ini yang bisa dia pandangi selain Taeyong.

"Setelah kau diperbolehkan pulang, kau tidak boleh bekerja dulu. Istirahat total di rumah, mengerti?" Taeyong berbicara tanpa menoleh pada Jaehyun.

"Hm? Aku masih harus mengu—"

"Biar aku yang urus itu. Sekretarismu pasti tahu banyak tentang itu bukan? Aku dan Lee Biseo akan membantu sekretarismu." Taeyong menoleh. "Kali ini, biarkan aku yang tangani."

Jaehyun menggeleng walau Taeyong tidak mungkin bisa melihatnya. "Tae—"

"Biarkan aku berguna untukmu walau sekali, Jaehyun-ssi." Taeyong menoleh dan tersenyum, "Kau bisa mengandalkanku."

Jaehyun terpaku di tempatnya, nafasnya tertahan tanpa disadarinya. Dia yang sudah terjatuh untuk Taeyong begitu dalam kembali jatuh untuk teman hidupnya ini. Jika dalam film ada mimpi di dalam mimpi, mungkin Jaehyun harus menyebut yang ini jatuh cinta di dalam jatuh cinta.

Sedangkan untuk Taeyong, ini adalah yang pertama untuknya. Taeyong merasa sangat beruntung mendapatkan Jaehyun sebagai suaminya dan dia senang karena pada akhirnya pernikahannya tidak hanya didasarkan atas perjanjian belaka. Pernikahan mereka sekarang didasari atas perasaan mutual.

"Jaehyun-ssi." Taeyong memanggil dengan bisikan pelan.

"Hm? Ada apa?"

Kedua pipi Taeyong merona dan jantungnya berdegup keras. Keberaniannya dia kumpulkan agar kata-kata yang berada di otaknya bisa fia keluarkan menggunakan mulutnya.

"Aku... aku menyukaimu."

Jaehyun terkesiap selama beberapa saat sebelum akhirnya senyumnya terulas begitu lebar diiringi dengan binaran terang di kedua matanya. Jaehyun bergeser ke sisi kanan ranjang. Tangan kanannya terentang ke arah ranjang Taeyong. Taeyong yang mengerti menelan bulat-bulat rasa malunya dan bergeser ke sisi kiri ranjang, tangannya dia rentangkan agar dia bisa meraih tangan Jaehyun dan menggenggamnya.

Taeyong tidak akan pernah menyesal memiliki Jaehyun sebagai teman hidupnya. Tidak akan pernah.




End





Ocean Deep [JaeYong] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang