T-20

1.1K 190 3
                                    

Cukup sulit bagi Taeyong untuk membuka matanya. Matanya terasa begitu berat, ditambah dengan beberapa bagian tubuhnya yang terasa sakit, juga sakit kepala yang menderanya.

Mulanya Taeyong hanya bisa melihat putih yang bersinar terang, kemudian dia melihat wajah-wajah yang menatapnya begitu lekat.

"Taeyong-ah, kau bisa dengar ibu?"

Taeyong melirik ke sumber suara. Di kanannya, ibunya berdiri dengan mata yang begitu sembap. Rautnya wajahnya tampak sangat khawatir dan takut.

"Ibu," suara Taeyong begitu kecil, dia tidak bisa mengeluarkan suara yang lebih besar karena kerongkongannya terasa kering. Berbagai pertanyaan menghinggapi kepala Taeyong, tapi semuanya terjawab begitu dia mengingat ingatan terakhirnya.

Dia berbelanja dengan Jaehyun, mereka sedang berjalan menuju mobil mereka, kemudian dia melayang dan tergeletak di tanah, kemudian... kemudian... Jaehyun dilinangi darah.

"Jaehyun," tubuh Taeyong bergerak bangun dengan cepat. Ibu Taeyong beserta dokter dan suster yang berada di sana segera menahannya.

"Taeyong-ah, jangan bergerak terlalu banyak."

"Jaehyun, di mana Jaehyun?" Taeyong bertanya seperti orang kehilangan, baik raut wajahnya maupun nada bicaranya.

"Kau harus tenang terlebih dahulu." Ibu Taeyong mencengkeram lengan Taeyong, membuat anaknya menatapnya tepat di mata.

"Dengar ibu. Keadaanmu harus lebih baik terlebih dahulu, baru ibu akan memberitahumu tentang Jaehyun."

Taeyong terdiam. Tanpa perlu diberi tahu Taryong dapat menyimpulkan sesuatu yang buruk menimpa suaminya. Taeyong menarik nafasnya dengan susah payah. Dadanya terasa sesak, tapi sesuatu seperti terjebak di tenggorokannya dan ketika Taeyong membuka mulutnya, isakan keluar begitu saja.

"J-Jaehyun, apa yang terjadi pada Jaehyun?" Taeyong berucap di sela isakannya. Matanya yang dilinangis air mata menatap ibunya memelas, meminta jawaban untuk pertanyaannya.

"Taeyong-ssi, Anda harus menstabilkan kondisi Anda terlebih dahulu karena kami harus melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Anda."

Taeyong menggeleng kecil, tidak mempedulikan ucapan dokter yang berdiri di samping ranjangnya. "Ibu."

"Nanti. Pulihkan dulu keadaanmu, setelahnya, Ibu berjanji akan memberitahumu."

Taeyong menarik nafasnya dan menyeka wajahnya. "Lakukan secepat mungkin."

Hanya itu yang bisa Taeyong ucapkan. Tidak peduli seberapa keras dia meminta, ibunya tidak akan memberi tahu karena ibunya adalah orang yang selalu memegang perkataannya.

Semuanya terasa berjalan begitu lambat, Taeyong bahkan rasanya ingin kembali menangis ketika perawat memberi tahunya masih ada beberapa hal yang harus diperiksa. Namun, Taeyong tidak ingin merelakan wajahnya untuk sesuatu seperti itu. Dia sudah kehilangan satu sebelumnya dengan menangis secara refleks.

Aneh jika dipikirkan. Bahkan dia bisa dengan mudahnya merona di depan Jaehyun, meski mulanya dia terus menutupinya, tapi lihatlah belakangan ini, dia tidak menutupinya. Gengsinya hampir tidak ada lagi di depan Jaehyun.

"Terima kasih, dokter."

Taeyong tidak mengatakan apa pun hingga ibunya membawanya keluar dari ruangan dokter. "Bagaimana dengan Jaehyun?" adalah apa yang dia katakan begitu mereka berada di luar.

Ibunya tidak menjawab, hanya terus mendorong kursi roda yang Taeyong duduki. Taeyong tadinya sudah akan melemparkan protesnya ketika mereka masuk ke dalam lift, tapi dia memilih untuk bungkam ketika melihat lantai yang ditekan ibunya bukanlah lantai tempat kamar rawatnya berada.

Jantungnya berdebar cepat, tapi untuk kali ini Taeyong bisa dengan mudah mengetahui penyebabnya. Dia takut, sangat takut sesuatu terjadi kepada Jaehyun. Ketakutannya bertambah begitu melihat tulisan yang terpampang besar dan jelas di depannya serta kedua mertuanya yang duduk di ruang tunggu dengan isakkan sebagai pengiring.

"Oh, Yong-ah, kau sudah sadar? Syukurlah." Tuan Jung bangun dari duduknya dan menyambut Taeyong dengan senyuman sendu.

"Y-Yong-ah."

Taeyong menatap ibu mertuanya dengan cemas. Mata Nyonya Jung begitu sembap, wajah cantik wanita itu tampak kacau.

"M-Mama, di mana Jaehyun?"

Nyonya Jung membuka mulutnya, tapi hanya isakkan yang bisa dikeluarkan wanita paruh baya itu. Taeyong meremas pakaian pasiennya dengan tangannya yang gemetar. Merasa ibu mertuanya tidak bisa menjelaskan, Taeyong pun menoleh dan memandang ibunya.

"Jaehyun kenapa?"

Ibu Taeyong menarik nafasnya sebelum menjawab, "Seseorang dengan sengaja menabrak kalian. Kau tidak sadarkan diri selama dua malam—"

"Jaehyun, Ibu, ada apa dengan Jaehyun?" Taeyong memotong dengan tidak sabar.

"Dia mengalami luka kepala yang parah. Keadaannya kritis, tapi dokter bilang sudah ada sedikit perkembangan."

Debaran jantungnya seolah berhenti, tubuhnya seolah berhenti berfungsi. Taeyong tidak bisa mendengar apa pun, tidak bisa melihat apa pun, dan tidak bisa merasakan apa pun selain hampa.

Begitu dia kembali ke kenyataan, dia menemukan dirinya terisak begitu pilu, hampir seperti dia tidak bisa bernafas. Tangannya bergerak untuk memukul dadanya yang begitu sesak.

"I-ini karena— hik, a-aku."

Taeyong mengeraskan pukulannya. Kehangatan yang dia rasakan kala tubuhnya melayang adalah pelukan Jaehyun, Taeyong mengingatnya sekarang. Tubuh Jaehyun melindunginya dari luka yang lebih parah. Jika saja Jaehyun tidak melakukannya mungkin Jaehyun tidak akan separah ini.

"Yong-ah, ini sama sekali bukan salahmu." Nyonya Jung bangun dan mendekati Taeyong, tangannya dengan lembut meraih tangan Taeyong dan mengusapnya lembut. "Apa pun yang terjadi saat itu, itu sudah menjadi takdir."

Taeyong menggeleng, ingin membantah mertuanya dan memberi tahu apa yang Jaehyun lakukan untuknya, tapi dia sama sekali tidak bisa mengeluarkan suaranya. Isakkannya mengalahkan kemampuan bicaranya.

"Tenangkan dirimu, Yong-ah. Jaehyun adalah anak yang kuat. Dia pasti bisa melewati masa kritis dan kembali pulih." Tuan Jung memberikan tepukan lembut di bahu Taeyong.

Namun tidak peduli seberapa besar usaha kedua orang tua Jaehyun untuk menghibur Taeyong, Taeyong tetap tidak bisa menghilangkan kecemasan dan ketakutannya. Taeyong takut dia tidak bisa melihat dua manik bersinar milik Jaehyun. Taeyong takut dia tidak bisa melihat senyum manis Jaehyun. Taeyong takut dia tidak bisa melihat tingkah lucu Jaehyun. Taeyong takut dia tidak bisa melanjutkan hidup bersama Jaehyun. Taeyong sangat takut hingga dia rasa dia akan mati.









Ocean Deep [JaeYong] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang