Taeyong menutup laptopnya dan mematikan tabletnya. Sudah pukul lima petang dan karena semua pekerjaannya sudah selesai, sudah waktunya bagi dia dan Jaehyun untuk pergi ke supermarket untuk membeli semua kebutuhan yang habis.
Jaehyun sudah selesai bekerja kurang lebih satu jam yang lalu. Pria itu berulang kali mendatangi Taeyong dan menanyakan apa Taeyong sudah selesai. Sangat lucu melihat Jaehyun seperti itu, suaminya terlihat seperti anak anjing yang mengajak majikannya untuk bermain.
"Taeyong-ssi, sudah selesai?"
Taeyong menoleh dan mengangguk. "Hm, Jaehyun-ssi tunggu di luar sebentar, aku akan ganti baju terlebih dahulu."
Jaehyun terdiam sesaat sebelum matanya terbelalak seraya mengangguk kikuk. "Oh? O-oh, aku akan tunggu di depan."
Jaehyun pergi begitu cepat sampai Taeyong tidak bisa mengamati kenapa pria itu berbicara dengan terbata seperti itu.
Setelah mengganti kaos polos dan celana panjang rumahannya dengan sweater rajut putih dan celana bahan berwarna hitam, Taeyong berjalan keluar tanpa membawa apa pun. Jaehyun tercatat secara resmi sebagai kepala keluarga, jadi pria itu yang membayar kebutuhan rumah. Mereka juga sudah membicarakan ini sebelum menikah, bahkan Jaehyun sendiri yang mengajukan diri.
Jika kembali mengingat pertemuan mereka... Jaehyun sudah menyukainya saat itu. Taeyong ingin tahu bagaimana perasaan Jaehyun ketika tahu mereka dijodohkan.
"Jaehyun-ssi, ayo."
Jaehyun yang menunggu di garasi membukakan pintu untuk Taeyong sebelum berpindah ke sisi lainnya dan mereka pun berangkat.
Taeyong sudah sangat terbiasa dengan kecepatan mobil Jaehyun sekarang berhubung suaminya ini sempat menjadi supirnya sebelum mereka mengisolasi diri.
Taeyong menoleh dan memandangi Jaehyun yang mengemudi. Kembali terlintas di pikirannya, lima belas tahun... sungguh, apa pria tampan ini benar-benar menyukainya selama itu?
"Jaehyun-ssi, jangan salah paham, oke? Tapi kenapa kau bisa... ekhm, aku... kau tahu."
Lain kali Taeyong harus ingat bahwa dia sangat payah menanyakan hal seperti ini. Wajahnya sudah terlebih dahulu memanas dan itu membuatnya tidak bisa merangkai kata.
"Ah, itu. A-aku... a-aku sebenarnya tidak tahu mengapa dan aku tahu ini... aneh, tapi ketika kau memukuli anak yang menindasku, seperti ada cahaya terpancar darimu. Kemudian aku mencari tahu lebih banyak tentangmu dan ketika aku sadar, perasaan itu sudah ada di sana."
Terdiam, hanya itu yang bisa Taeyong lakukan. Otaknya tidak bisa menghasilkan reaksi atau kata untuk membalas itu.
Temannya pernah memberi tahunya, cinta yang paling sempurna adalah cinta yang tidak memiliki alasan. Karena ketika yang kau cintai terpuruk, kau tidak memiliki alasan untuk tidak mencintainya. Perasaanmu padanya tanpa alasan, murni.
Untuk menerima yang seperti itu... Taeyong tidak tahu apakah dia pantas atau tidak. Lagi-lagi Taeyong merasa bersalah kepada Jaehyun yang sudah memberikan banyak hal untuknya.
"Tolong jangan merasa terbebani, Taeyong-ssi. Bersikap biasa saja, kumohon."
Taeyong meremat seat-beltnya. "Ah, tidak sama sekali, hahahaha."
"Tawa itu terdengar dipaksakan."
Taeyong menggeleng cepat. "Tidak, tidak sama sekali."
Jaehyun terkekeh. "Baiklah, baiklah."
Suasana yang sedikit tidak nyaman itu bisa dihapus begitu saja oleh Jaehyun. Taeyong rasa dia terlalu beruntung mendapatkan Jaehyun sebagai teman hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Deep [JaeYong] ✓
Fanfic✨A Story by Z✨ Mungkin jika Taeyong sudah tidak bisa menahan malunya hingga ingin bercerai dengan pria yang hampir sempurna ini, alasan atas gugatannya adalah "Rasa malu akibat memiliki suami yang serba bisa." ▶️JaeYong ▶️NCT ⚠️BxB [210823] #3 in j...