12

23.1K 1.1K 2
                                    

"ASSALAMUALAIKUM PAKET"

Teriak Qilla memasuki mansion dengan Samudra.

"Jangan teriak baby, nanti tenggorokan kamu sakit" ucap Samudra.

"Dihutan Sono kalo mau teriak" omel Devan. Qilla mendengus menanggapi ucapan Devan, ia segera berlalu menuju dapur menghampiri bundanya yang sedang memesak.

Rini berjalan mendengar suara ribut-ribut dari depan, "Ade jangan teriak-teriak gitu ah, suara kamu kedengeran sampe kedapur" ucap sang bunda.

"Hehehe maap bunda" balas Qilla cengengesan.

"Yaudah kalo gitu aku kekamar dulu ganti baju" pamit Qilla. Samudra dan Rini mengangguk. Devan mengikuti Qilla hendak menuju kamarnya untuk mengganti bajunya.

5 menit Qilla dan Devan turun, duduk lesehan dibawah beralaskan karpet berbulu dengan cemilan yang ia ambil dari toples. Sedangkan Samudra ia ikut dibawah menjadikan paha Qilla sebagai bantalan untuk tiduran. Qilla tak menolak ia membiarkan Samudra melakukan sesukanya.

Devan yang fokus dengan ponsel nya. Rini datang dari arah dapur. "Kalian makan dulu sana bunda udah masakin masakan kesukaan Qilla sama Devan. Ayam kecap sama tumis kangkung. Sam kamu ganti baju juga yah, pake bajunya Devan dulu aja, nggak papa kan?" Tanya Rini dan dijawab anggukan oleh Samudra.

Samudra menghampiri Qilla dan Devan dimeja makan. Qilla sesaat terpesona, kadar ketempanan Samudra meningkat. Padahal ia hanya menggunakan celana pendek selutut dan baju hitam polos serta rambut basah yang acak-acakan. Sepertinya ia sehabis mandi.

"Hey" ucap Samudra menyadarkan, Qilla tersentak. "Kenapa hm?" Tanyanya mengelus kepala Qilla.

"Nggak ada" jawab Qilla. Devan hanya melihat dengan diam dia sibuk mengambil makanan lalu memakannya.

Qilla berinisiatif mengambilkan nasi beserta lauknya untuk Samudra. "Kamu mau pake apa?" Tanyanya. "Apa aja, yang dari tangan kamu aku makan" jawabnya, Qilla mengangguk, mengambilkan ayam kecap, tumis, dan juga udang tumis.

"Berarti Qilla bawa batu lo bakal makan dong" ujar Devan sok polos.

Qilla yang dasar nya polos ikut mengiyakan. "Yaudah nanti kalo aku bawa batu kamu makan juga dong terus kalo aku lagi pegang kayu kamu juga makan, terus aku bawa da..." Ucapan Qilla terhenti oleh Samudra.

"Nggak seperti itu sayang" ucap Samudra. Devan tersenyum licik, dia sengaja ingin mengerjai ketua dari geng paling ditakuti dengan kepolosan kembarannya. Polos sama bego beda tipis, untung pacar. Batin Samudra mencoba sabar.

"Boong tuh Qill, dia mah dikasi cabe juga mau asal dari tangan lo" kompor Devan

"Kamu mau aku ambilin cabe, bentar yah" ucapnya berdiri dari duduk nya.

"Mau kemana?" Tanya Samudra. "Tadi katanya minta aku ambilin cabe" jawab Qilla lempeng bangkit dari duduknya dan kembali lagi dengan segenggam cabai rawit menyodorkan kepada Samudra. Samudra dibuat melongo terlalu penurut dengan apa yang orang ucapkan. Dan Devan yang tertawa.

Qilla memiringkan kepalanya mengerjab matanya polos. Apa yang salah dengan ia yang memberikan segenggam cabe. "Kenapa?" Tanyanya melihat Devan yang tertawa.

"Polos sama bego beda tipis yah Qill?" Tanya Devan. Qilla yang masih tak mengerti dengan apa yang terjadi menjawab pertanyaan Devan dengan wajah polosnya. "Iyah" Devan lagi-lagi tertawa, Samudra menggeleng kepalanya. Ia menarik tangan Qilla agar kembali duduk.

"Kamu makan yah, sini biar aku yang ambilin. Kamu mau pake apa?" Tanya Samudra. "Aku mau pake ayam kecap" jawab Qilla dengan semangat.

Samudra tersenyum, mengambilkan nasi dengan ayam kecap. Ia kini mengetahui makanan kesukaan gadisnya. Ayam kecap.

SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang