"tidak ada perpisahan secara baik-baik! setelah nya pasti akan ada yang terluka"
——————————————————Disisi lain, lebih tepat nya rooftop. Seorang seperti tengah berbicara dengan seseorang dari disebrang sana melalui ponsel yang ditempelkan pada telinga nya.
Laki-laki itu berdiri dari duduk nya. Tangan terkepal erat seperti sedang menahan sesuatu. Jika saja orang disebrang sana ada didepan nya mungkin ia sudah membogem wajah orang tersebut.
Beruntung kini rooftop sedang sepi, jadi ia tidak perlu khawatir akan ada yang mendengar percakapan nya.
"Gue udah ngelakuin apa yang lo mau selama ini! Jadi jangan sentuh dia!!"
Terdengar kekehan yang keluar dari sebrang sana. Dan ia pastikan jika orang tersebut kini sedang menyeringai licik.
"Masih banyak lagi yang harus lo lakuin" jawab nya
Ia menggertakkan rahang nya, tangan nya semakin mengepal terbukti dari kuku yang menancap ditelapak tangan hingga meninggalkan bekas dan sudah ada darah yang keluar karna terlalu dalam.
"Gue udah turutin kemauan lo, sekarang apa lagi yang lo mau, hah?!" Gertak lelaki yang kini sudah berpegangan pada pembatas rooftop.
Angin berhembus memberikan ketenangan bagi lelaki itu, ia memejam kan mata nya lalu membuka kembali mata nya melihat pemandangan didepan nya. Gedung-gedung tinggi terlihat dari atas dan ia melihat kebawah, banyak murid SHC yang bermain basket dilapangan outdoor.
Ia tertawa miris, hidup nya bergantung pada orang yang sedang berbicara pada nya sekarang.Tapi itu untuk beberapa tahun saja, setelah beranjak dewasa ia tinggal di apartemen nya sendiri.
Ia kembali teringat pada masa kecil nya, menerawang jauh sebelum keluarga nya dibantai habis. Dulu ia adalah anak yang baik, rajin dan patuh menuruti perintah orang tua nya. Ia kira kebahagiaan nya akan berlangsung lama hingga ia mempunyai keluarga baru nanti.
Tapi itu semua direnggut oleh orang yang kejam dan penuh kekuasaan nya, dengan sadis mereka membunuh kedua orang tua nya. Ia yang sedang tidur siang tersentak kaget ketika mendengar suara yang sangat keras. Ia yang masih berumur sembilan tahun bangun dari tidur nya, buru-buru keluar dari kamar nya.
Mengintip dari sela pintu, ia yang masih kecil saat itu mematung melihat ibu nya ditembak tepat dikepala nya hingga peluru tersebut menembus kepala sang ibu. Sedangkan ayah nya diseret oleh beberapa orang berbadan kekar dan berbaju hitam dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik baik saja, babak belur, wajah sudah banyak lebam dan darah mengucur dari pelipis ayah nya.
Ia kembali tersentak ketika mendengar langkah kaki cepat yang menaiki tangga. Anak kecil tersebut kembali masuk kedalam kamar nya, membuka lemari baju dan menarik gantungan yang mana gantungan tersebut adalah terhubung dengan pintu rahasia yang terbuka, ia kembali dengan cepat segera masuk jalan rahasia tersebut.
Beruntung bagi anak seumuran nya yang memiliki otak yang cerdas, jadi ia cepat mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah nya agar ia tetap bertahan hidup dan akan kembali membalaskan dendam kematian orang tua nya.
"Sudah berubah pikiran, heh?" Tanya seseorang disana menyadarkan dari lamunan nya
"Nggak! Nggak akan berubah!! Mereka udah ngebunuh orang tua gue. Darah dibalas darah, nyawa dibalas nyawa" ucap nya tegas terlihat kebencian dimata nya. Suasana disekitar kini terlihat suram karna pembawaan lelaki tersebut
"Cepat bergerak! Lo lamban atau dia yang akan jadi taruhan nya" lelaki yang sudah kembali duduk di sofa usang yang ada di rooftop itu menghembuskan nafas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA
Teen FictionFOLLOW DULU YUK😉 "Menarik" batin Samudra dengan menunjukkan smirk. "Mine" ucapnya dingin namun terkesan tajam. "hah?!" kaget Qilla. Nih orang apa-apaan kenal kaga tiba-tiba main mine-mine aja.batinku "Lo pacar gue sekarang dan gue nggak nerima peno...