51

9.1K 458 173
                                    

Setelah menemani Qilla seharian dikamar, Samudra akhirnya pulang tentu nya paksaan dari Qilla. Dan sekarang Qilla baru saja selesai mandi terlihat lebih segar ditambah rambut nya yang basah menetes hingga lantai karena dibiar kan terurai.

Menuju kaca melihat tampilan nya, menggunakan baju oversize bergambar beruang dengan celana pendek membuat nya terlihat kebesaran ditubuh Qilla bahkan celana yang digunakan tidak terlihat.

Melihat penampilan nya Qilla berdecak, "Ck... Ck.... Kenapa ada manusia secantik dan sekiyowo kaya gue, Kan gue merasa kasihan sama cowo diluaran sana yang cuma bisa mengagumi tanpa bisa memiliki"

"Emang ya kalo aurora gue itu kuat banget. Bukti nya bisa meluluhkan ayang kutub, ibarat nih es lilin yang udah cair nah itu tinggal air nya" ucap Qilla dengan meneliti dirinya

Kruyuk~~ kruyukk~~

Dengan memegangi perut nya Qilla meringis malu melihat pantulan bayangan diri nya dikaca. "Shhh, cacing cacing didalem perut gue udah demo aja"

"Yok lah karna perut gue udah laper mari kita turun!" Setelah menyelesaikan aktivitas nya Qilla keluar dari kamar nya

Ting!

Pintu lift terbuka lalu melangkah kan kaki nya menuju meja makan. Qilla sengaja memakai lift karena kaki nya masih tidak memungkinkan untuk turun menggunakan tangga.

Dilihat nya meja makan sudah terisi makanan kesukaan nya dan juga Devan. Qilla kembali berjalan menuju dapur untuk mencari sang bunda.

"Bunda!"

Rini yang sedang membantu para koki memasak menoleh kan kepala nya ketika mendengar suara.

"Loh sayang kok jalan jalan! kaki kamu kan belum sembuh harus nya kamu tunggu aja dikamar biar makanan nya bunda yang antar" omel Rini kesal juga dengan sikap Qilla yang tidak bisa diam. Mungkin jika itu anak perempuan lain akan menangis kesakitan, manja serta mengeluh karna kaki nya tidak bisa digunakan untuk berjalan berbeda dengan Putri nya ini. Lihat bahkan sekarang Qilla berdiri dihadapan nya dengan kaki yang diperban.

"Bunda pikir aku ni lumpuh?! Kaki aku masih sehat bun lagian luka kecil nggak ada apa-apa nya dibandingin sama aku yang seterong ini"

"Seterong dari bojong gede!"

"Dan apa kamu bilang, luka kecil?!! Terus luka besar nya apa? Nunggu kepala kamu bunda getok pake centong, hah!" Lanjut Rini dengan mengangkat centong sayur ditangan nya

Qilla memegang dada nya shock. Menatap bunda nya dengan tatapan tak percaya.

"Bunda... Bunda tega sama anak mu yang cantik bin comel dan kiyowok ini?"

Rini memutar mata nya malas. Kaki nya yang sakit tapi kenapa otak putri nya juga ikutan sakit.

"Lebih baik kamu duduk bunda takut liat kamu beneran nggak bisa jalan nanti" ucap Rini berlalu setelah itu kembali ke dapur melanjutkan memasak nya

Qilla mengelus dada nya sabar. "Sabar Qil untung sabun, sayang bunda"

Qilla lebih memilih menuruti ucapan Rini dari pada bunda nya kembali mengomelinya, Qilla pilih jalur aman saja.

Baru saja akan kembali ke meja makan terlihat Radit dan Devan yang baru saja keluar dari lift berjalan ke arah nya.

"Adek!"

"Qilla!"

Suara kedua lekaki berbeda umur itu memanggil Qilla bersamaan.

"Siapa yang memperbolehkan jalan?" Suara tegas dan menatap tajam Putri nya, Radit.

SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang