40

12.4K 577 41
                                    

"kamu kembali datang setelah aku bisa melupakan mu walau hanya setitik!

seberapa keras usaha ku untuk melupakan mu dengan waktu yang tidak sedikit tapi jika hati ku telah menetap pada mu semua nya akan sia-sia."

see u ganteng ku!
———————————————————

Bughh

Bughh

Bughh

Bugghhhh

Sreekkkkkk

Plaakkk

Aarghhhh

Suara suara itu berasal dari ruangan yang gelap dengan penerangan yang minim cahaya. Rintihan dan jeritan kesakitan yang keluar dari mulut si korban tidak membuat orang yang melakukan nya menjadi iba, dan bahkan semakin brutal membabi buta.

"Sssakitt"

"Lepasin kita!!!"

"Aammpunhh"

Teriakan, rintihan, jerit emosi si korban dibuat naik turun kadang meminta ampun kadang memaki.

Devan. Orang yang sedari tadi mencambuk dan memukuli empat orang tua yang bau tanah yang sudah berani membuat Qilla pingsan dan membuat Devan merasa tidak becus menjaga Qilla, menatap orang didepan nya dengan datar.

Tersenyum miring, Devan kembali melayangkan cambukan pada orang yang sudah membuat Qilla pingsan.

Dengan tubuh yang sudah lemas tangan dan kaki mereka terikat rantai pada masing-masing tiang. Bahkan mereka sudah tidak kuat untuk menopang tubuh mereka jika tidak diikat dengan rantai.

Devan menuju lemari dan membuka nya, dapat dilihat benda yang mengkilap tajam dan bersih seperti baru diasah dan tentu nya dari berbagai ukuran.

Devan memilih benda manakah yang cocok untuk bermain dan pilihan nya terjatuh pada pisau lipat dengan ukuran kecil namun sudah diolesi racun jika manusia terkena racun tersebut maka bagian tubuh nya sudah tidak dapat berfungsi dan akan langsung terkena pada saraf atau bisa dibilang lumpuh.

"LEPASIN KITA BOCAH!!!!"

"Melepaskan kalian, huh? Dalam mimpi!" Ucap Devan dengan smrik nya dan ditangan nya ia sudah memainkan pisau tadi membuat para begal sudah berkeringat dingin.

"MAU APA KAU?!"

"Sedikit bermain dengan kalian mungkin akan menyenangkan"

Berbeda dengan Devan yang asik bermain dengan mainan nya lain lagi dengan dua manusia yang sedari tadi menonton dipojok sofa dengan tangan yang sibuk mengupasi kuaci.

"Rey si Devan serem anjir kalo udah kumat" celetuk leon yang masih santai menonton adegan didepan nya sambil memakan kuaci ditangan nya

"Heum. Salah sendiri salah cari lawan" balas Rey dengan mengupas kulit kuaci dengan mulut nya lalu ia lemparkan kulit yang sudah dicecap pada Leon

"Anjir Reyhanjing jorok lo setan!" Sewot Leon ia lemparkan kembali kulit kuaci tersebut pada Rey dan dibalas kekehan

"Samudra mana sih! Gue kan nggak sabar mau nonton yang lebih seru" ucap Leon melihat ke arah pintu

Dan tak lama suara pintu terbuka ditendang dengan keras hingga membuat orang didalam nya melihat ke arah suara. Samudra masuk dengan aura hitam pekat, amarah nya tidak bisa ditahan, mata yang tajam menatap empat orang didepan nya membuat mereka yang ditatap menjadi takut. Keringat dingin sudah membasahi tubuh mereka. kini mereka hanya bisa berdoa dalam hati semoga ada keajaiban yang membuat mereka terbebas dan masih bisa merasakan indah nya dunia.

SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang