Di rumah di jalan Oak, Winwin, yang masih pingsan dari pengaruh biusnya, hanya terbaring di ranjang, terikat dengan mulut dilakban. Perlahan dia mulai sadar. Dia perlahan menyadari bahwa dia diikat saat dia menyadari dia tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya. "Mmmppphh" Winwin mencoba berteriak tapi tertahan oleh lakban di mulutnya.
Seseorang itu kembali ke kamar dan menyadari tawanannya sudah sadar. "Aw kau sudah bangun. Itu bagus. Aku khawatir jika aku mungkin membiusmu terlalu banyak kloroform," kata seseorang itu. Winwin merasa dia tidak mengenali suaranya karena matanya ditutup.
Seseorang itu berjalan ke arahnya dan hanya menatapnya. "Aw ya ampun. Akhirnya kau harus melihatku," ujarnya sambil dia membungkuk untuk melepas penutup mata Winwin. Setelah penutup matanya dilepas, Winwin membelalakkan matanya. "Mmmpphh," Winwin kembali mencoba untuk berbicara.
"Baiklah, dengar. Jika aku melepas lakbannya, apakah kau janji untuk tidak berteriak. Karena jika kau berteriak, kau akan membuatku tidak punya pilihan tapi menyakitimu dan aku tidak mau melakukannya. Jadi, apakah kau janji untuk tidak berteriak?" tanyanya. Winwin menganggukkan kepalanya. Seseorang itu membungkuk dan melepas lakbannya dari mulut Winwin.
"S-siapa kau. Kenapa menculikku?" tanya Winwin. "Baiklah, kurasa sudah waktunya kau untuk tahu cerita dibalik penculikanmu," ujarnya. "Biar kutanya kau sesuatu. Apakah kau masih mengingat kejadian 10 tahun lalu?" tanyanya. "Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Winwin.
"Yah, entah apakah kau masih mengingatnya atau tidak, tapi aku sudah pernah menculikmu bersama kawananku dulu ketika kau masih kecil," ujarnya. Winwin mengerutkan kening, mencoba mengingat kembali kejadian 10 tahun lalu. Tidak lama setelah mengingatnya, Winwin membelalakkan matanya. "Yap, sepertinya kau sudah mengingatnya. Orangtuamu berutang pada kami dulu. Karena mereka tidak juga membayar, kami menculikmu agar mereka segera melunasi utang. Tapi sialnya, orangtuamu malah membawa kumpulan polisi," ujarnya.
"Kau seharusnya masih berada di penjara. Bagaimana kau bisa bebas?" tanya Winwin. "Yah anggap saja aku mendapatkan sedikit keberuntungan. Lagipula aku masih tidak terima dengan penangkapan kawananku," jawabnya.
"Aku tidak mengerti apa hubungannya aku berada disini, terbaring di ranjang dan terikat," kata Winwin. "Aku akan menjelaskan padamu alasan kenapa aku menculikmu," ujarnya. Winwin hanya menatapnya. "Kau mungkin masih ingat bagaimana salah satu kawananku menembak orangtuamu," ujarnya. "Aku tidak mungkin melupakan itu. Aku benci kalian. Seharusnya kalian membusuk saja di penjara," ujar Winwin dengan geram. Seseorang itu mendekat dan menjambak rambut Winwin, membuatnya meringis.
"Hei, bukan hanya kau saja yang tersakiti. Tapi aku juga mengalami hal yang sama, kehilangan orang terkasihku," ujarnya. Seseorang itu pun melepas jambakannya pada rambut Winwin. "Apa maksudmu kau juga kehilangan seseorang?" tanya Winwin. "Ketika kawananku berusaha untuk kabur, salah satu anggota polisi tidak sengaja menembaknya karena dia melawan. Dan kau tahu, seseorang yang ditembak itu adalah adikku," jawabnya. Winwin terkejut mendengar hal itu. "Adikku mungkin seumuran dengan gegemu saat itu. Aku juga masih mengingat wajah gegemu. Karena polisi sialan itu aku kehilangan adikku. Aku sukarela saja masuk ke penjara, tapi aku tetap dendam pada keluargamu," ujarnya.
"Itu adalah cerita yang menyakitkan," ujar Winwin. "Tentu saja. Aku sudah tidak punya siapa-siapa selain adik kesayanganku. Jika tahu begitu seharusnya aku tidak membiarkan adikku bergabung dengan kawananku," ujarnya. Winwin dapat melihat tatapan sendu orang tersebut, yang membuatnya merasa iba padanya. "Meskipun itu bukan sepenuhnya salah keluargamu, tapi aku tetap tidak terima dengan kenyataan, jadi aku tetap menyalahkan keluargamu yang memanggil para polisi itu," ujarnya.
"Jadi itulah kenapa kau menculikku?" tanya Winwin. "Iya, itu salah satu alasannya," ujarnya. "Jadi, kenapa kau menunggu sangat lama untuk menangkapku?" tanya Winwin. "Adikku berumur 17 tahun di waktu kematiannya. Kau 17 tahun bukan?" tanyanya. Winwin mengangguk. "Yah sebenarnya semenjak aku memasuki penjara, aku mencoba mencari latar belakangmu. Tidak kusangka aku akan melihat berita dimana anak yang pernah kami culik dulu diculik oleh sahabatnya sendiri. Anak itu kau bukan, yang bernama Winwin?" tanyanya. Winwin kembali mengangguk.
"Winwin, rencanaku adalah menculikmu dan kemudian membunuhmu," ujarnya. Winwin mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi berikutnya. "Tapi kemudian aku ingat aku pernah bertatap mata denganmu dulu dan menyadari kau tidak bersalah dalam semua ini," ujarnya. "Maksudmu kau akan melepasku?" tanya Winwin saat dia mulai berharap. "Tidak, maaf win. Aku tidak akan pernah melepasmu. Aku baru saja memutuskan untuk membiarkanmu menjadi adik baruku," ujarnya. Winwin terkejut.
"Adikku adalah laki-laki, jadi aku akan "mengambil" seorang remaja laki-laki baru yaitu kau dan mulai saat ini, kau akan memanggilku Jaehyun gege," ujar Jaehyun.
Jaehyun
"Kumohon, jangan lakukan ini. Biarkan aku pergi, kumohon," Winwin memohon. "Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Kau tahu, aku mungkin sudah menculikmu lebih dulu jika bukan karena Lucas sialan itu," ujar Jaehyun. "Lucas, ya ampun, dia tidak disini kan?" tanya Winwin yang ketakutan. "Tenang saja. Dia tidak disini. Dia tidak akan pernah menyakitimu lagi," ujar Jaehyun.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Winwin. "Karena Lucas sudah mati," jawab Jaehyun. Winwin terkejut dengan komentar dari penculiknya sekarang. "Aku memberitahu seorang detektif jika Lucas berkelahi di penjara dan kabur. Kebetulan kami pernah satu sel. Aku berterima kasih padanya yang membantuku untuk kabur setelah aku sedikit mencuci otaknya untuk bercerita tentangmu. Untung saja dia benar-benar bodoh mengira aku akan membantunya," ujar Jaehyun. "Aku berbohong. Maksudku, aku tidak bohong jika Lucas memang berkelahi, tapi aku membohonginya jika Lucas kabur," tambah Jaehyun.
"Jadi, bagaimana Lucas bisa mati?" tanya Winwin. "Lucas sudah di ambang kematian di perkelahian itu," Jaehyun memberitahu Winwin. "Aku hanya memberitahu detektif itu jika Lucas kabur dan terlihat di sekitar kota, hanya untuk mempermainkannya karena aku sudah menyelidiki bahwa detektif itu yang bekerja sama dengan gegemu untuk menemukanmu," ujar Jaehyun. Winwin mulai melihat seberapa kehilangannya Jaehyun.
"Baiklah Winwin. Jika aku ingin memulai hidup baru denganmu, aku perlu mulai mencari tempat baru untuk kita pindah," ujar Jaehyun. "Kau benar-benar mengira kau bisa lolos dari ini semua?" tanya Winwin. "Winwin, aku tahu akan lolos dari ini. Santai, seperti yang kubilang. Aku akan menjagamu dengan baik, aku janji," ujar Jaehyun.
"Sekarang aku perlu membuat catatan tebusan. Lagipula, untuk memulai hidup baru kita bersama, kita memerlukan uang yang banyak. Dan dengan menyekap seorang remaja spesial, aku bisa mendapatkan uang yang besar," Jaehyun memberitahu tawanannya.
Jaehyun berjalan kembali ke mejanya dan mengambil segulung lakban hitam. Dia berjalan kembali ke Winwin dan bersiap untuk melakban mulutnya. "Tidak, kumohon jangan melakban mulutku lagi. Rasanya sakit ketika kau melepasnya. Bisakah kau menggunakan barang lain untuk menyumpal mulutku?" tanya Winwin.
Jaehyun menggeleng, "Tidak. Aku akan tetap menggunakan lakban ini. Tenang saja aku akan melepasnya secara perlahan jika kurasa sudah waktunya untukmu berbicara." Jaehyun merobek selembar lakban dan menempelkannya di mulut Winwin.
"Winwin, mungkin kau tidak akan percaya ini, tapi aku benar-benar minta maaf melakukan ini padamu, sungguh," ujar Jaehyun sambil mengelus pipi Winwin dan kemudian meninggalkan kamar lalu menutup pintunya. Winwin yang ditawan hanya terbaring disitu, terikat dengan mulut dilakban. Air mata mulai jatuh membasahi pipi Winwin saat dia tidak percaya dia disekap sekali lagi.
2 chapter lagi End :3
KAMU SEDANG MEMBACA
A Kidnapped Boy (Winwin)
FanfictionRemake Story @irresistiblechae Winwin centric NCT 0t23 NCT U NCT 127 NCT Dream WayV Original author : @irresistiblechae Original cast : Kyungsoo EXO Title : A Kidnapped Boy Link : https://www.wattpad.com/story/160950368-a-kidnapped-boy