A Kidnapped Boy (Winwin)

Chapter 27 : Pergi

Sekitar 8 jam kemudian di rumah sakit di Spokane, Washington, Winwin mulai siuman. Dia sudah mulai sepenuhnya siuman sambil dia mulai mengangkat kepalanya dari bantal tempat dia mengistirahatkan kepalanya. Dia menoleh ke kanan dimana dia menyadari beberapa peralatan rumah sakit. Dia kemudian menoleh ke kiri dimana dia menyadari gegenya, Kun sedang tertidur di kursi.

"Ge," bisik Winwin. Kun mulai bangun dan menyadari adiknya sudah sadar. "Winwin, oh terima kasih Tuhan," ujar Kun. "Ge, aku dimana?" tanya Winwin. "Kau berada di rumah sakit Winwin dan kau akan baik-baik saja," jawab Kun.

Tiba-tiba saja, Winwin melihat ke arah tangannya dan menyadari dia sudah tidak diikat. Kemudian Winwin melihat ke arah kakinya dan menyadari kakinya juga sudah tidak diikat. Winwin kemudian menatap Kun dan meneriakkan nama Lucas. "Tenanglah Winwin, Lucas tidak akan menyakitimu lagi. Dia tidak akan menculikmu lagi. Dia menjadi tahanan polisi begitu juga dengan Kris dan Luhan," Kun memberitahu Winwin yang lega.

Winwin kemudian merebahkan kepalanya di bantal dan meletakkan tangannya di kepala. Dia menyadari kepalanya diperban. Dia kemudian menyadari ada sedikit darah di tangannya, yang dimana mulai merambat keluar dari perbannya.

"Oh Tuhan apa yang terjadi?" ujar Winwin dengan keras. "Tenang, kau akan baik-baik saja," jawab Kun sambil dia memanggil perawat. "Tunggu, kumohon ge. Beritahu aku apa yang terjadi," ujar Winwin. Kun kemudian kembali duduk di samping adiknya.

"Winwin, kepalamu terbentur dengan keras ke lantai ketika Ten melompat ke depan untuk melindungimu dari peluru yang ditembakkan dari pistol milik Lucas," jawab Kun. "Ten, Oh Tuhan, dimana Ten. Dimana dia?" tanya Winwin sambil mulai menangis.

Setelah lama terdiam, Kun mulai memberitahukan kabar buruk kepada Winwin. "Winwin, aku sangat menyesal harus memberitahumu. Tapi Ten terkena peluru yang ditembakkan dari pistol Lucas. Winwin, dia sudah meninggal. Ten meninggal sebagai seorang pahlawan. Dia menyelamatkanmu," Kun memberitahu Winwin yang hancur. Yang bisa dilakukan Winwin hanya menangis dan menangis. "Tidak, jangan Ten. Tolong Ten, kembalilah padaku," Winwin menangis tersedu-sedu.

Mata Kun mulai berkaca-kaca. "Dengar win. Kau harus tahu Ten merasa sangat buruk dengan apa yang telah dia lakukan padamu. Dia sangat menyesal menyekapmu dan membuatmu dalam bahaya besar. Dia menghancurkan dirinya sendiri karena hal itu," Kun memberitahu Winwin yang berduka.

"Winwin, aku memiliki surat untukmu. Itu dari Ten. Kenapa kau tidak membacanya sementara aku pergi memanggil perawat untuk memeriksamu," Kun memberitahu adiknya. Kun meletakkan suratnya di ranjang dan bangkit untuk keluar dari ruangan. Setelah beberapa detik, Winwin mengambil suratnya secara perlahan.

"Winwin sahabatku tersayang, biar aku mulai dari betapa menyesalnya aku menyekapmu. Aku tidak tahu bagaimana seorang sahabat bisa melakukan hal itu pada sahabatnya sendiri. Bagaimana bisa aku melakukannya pada sahabatku sendiri. Aku hanya bisa berharap suatu hari dalam hatimu kau memaafkanku. Aku tahu aku tidak pantas mendapat maafmu. Aku akan sangat mengerti jika kau tidak bisa memaafkanku. Kau mungkin akan sulit mempercayai ini, tapi aku tetap mencintaimu. Kau adalah sahabatku yang berharga dan akan terus seperti itu. Hal itu jugalah yang menimbulkan perasaan asing yang tumbuh dalam diriku, yang seharusnya tidak boleh ditujukan pada sahabatku sendiri. Aku pikir dengan menyekapmu aku bisa memberimu kehidupan yang lebih bagus atau setidaknya aku mencoba. Sekarang aku mengerti bahwa itu salah. Sangat salah. Jika kau membaca surat ini, maka aku sudah pasti tidak berada disini untuk berbicara langsung padamu dan aku sudah berada di dunia lain. Tapi win, aku akan selalu menjagamu dan akan selalu mencintaimu. Seperti yang kukatakan, aku hanya bisa berharap suatu hari kau akan memaafkanku. Dengan penuh cinta, Ten."