Chapter 20 : Dekat, Tapi Tidak Begitu Dekat

517 23 2
                                    

Ten duduk di ruang tamu sambil memperhatikan foto dirinya, Winwin, dan Kun sebagai sahabat bahagia, dia hanya bisa membayangkan apa yang sudah terjadi dengan kehidupan pertemanannya yang sempurna. Kun datang dan menawarkannya segelas air. "Ini, minumlah," Kun memberitahu Ten. "Tidak, terima kasih. Aku tidak haus," respon Ten.

Kun meletakkan gelasnya. "Dengar Ten. Kau harus berhenti menghukum dirimu sendiri. Kau sudah cukup melakukannya," ujar Kun. "Bagaimana bisa. Winwin bisa berada dalam keadaan sulit ini karenaku. Aku memerintahkannya untuk diculik. Ini salahku. Jika kita tidak mendapatkannya kembali, aku..." omongan Ten dihentikan oleh Kun. "Kita akan mendapatkannya kembali. Kau lihat, Winwin akan kembali berada disini bersama kita," Kun memberitahu Ten.

"Dengar Ten, kau benar. Kau menyekap sahabatmu sendiri. Iya, kau yang memulai mimpi buruk ini. Dan iya, ini salahmu. Tapi kau membuat kesalahan fatal. Semua orang melakukan kesalahan. Sayangnya, hal ini menghasilkan penculikan Winwin. Dengar, apa yang ingin kukatakan adalah tidak semua orang sempurna. Semua orang belajar dari kesalahan mereka dan mereka akan menjadi orang yang lebih baik. Jadi tolong, berhentilah menyakiti dirimu sendiri," Kun memberitahu Ten.

"Ge, apakah kau pikir Winwin akan memaafkanku?" tanya Ten. "Yah, sejujurnya, pasti. Mungkin seiring berjalannya waktu dia akan memaafkanmu. Tapi kau harus memberinya waktu," jawab Kun. "Apakah kau pikir Lucas memperlakukannya dengan baik?" tanya Ten. "Menurut pendapatku, iya. Aku pikir Lucas memperlakukan Winwin dengan baik. Kalian juga sudah berteman dari dulu kan," tambah Kun. "Walau Lucas sedang menyekapnya dengan mengikat dan menyumpal mulutnya, aku yakin dia memberinya makan," tambah Kun.

Kun beranjak pergi ke dapur ketika hpnya berbunyi. "Halo, ini Kun. Ada yang bisa kubantu?" Kun bertanya pada orang yang meneleponnya. "Kun, ini detektif Yuta." "Detektif, ada kabar mengenai adikku?" Kun bertanya seraya Ten berdiri dan berjalan mendekati Kun. "Iya, dia sudah ditemukan. Winwin disekap di rumah Kris," sang detektif memberitahu Kun.

"Oh Tuhan, dia berada disitu sepanjang waktu. Bagaimana bisa?" tanya Kun sembari Ten ingin mengetahui apa yang dibicarakan oleh sang detektif. "Begitu. Aku hanya tidak bisa mempercayainya. Tolong, tetap hubungi kami," Kun memberitahu sang detektif sambil dia memutus teleponnya. "Ten, kau tidak akan percaya ini, tapi Winwin disekap di rumah paman Kris," Kun memberitahu Ten yang terkejut.

"Bagaimana mereka menemukannya?" tanya Ten. "Seorang remaja bernama Jaemin mencoba menyelinap masuk, jadi dia memanjat ke arah yang mengarahkannya ke sebuah ruangan. Winwin ada di ruangan itu," Kun memberitahu Ten. "Kita harus pergi ke situ, sekarang," Ten memberitahu Kun dan bersiap untuk pergi. Kun menghentikannya. "Tidak. Kita harus membiarkan detektif dan polisi melakukan pekerjaan mereka. Kita tidak ingin memberi petunjuk pada para penculik," Kun memberitahu Ten.

Sekarang Ten mulai marah. "Lihat ge, bukankah aku sudah memberitahumu firasatku bahwa Winwin sangat dekat. Apa yang terjadi. Kau bilang kau sudah mengecek seluruh rumah, kenapa kau tidak menemukan Winwin?" tanya Ten dengan marah. "Sudah. Aku sudah memeriksa semua ruangan. Mereka pasti menaruh Winwin di ruangan tersembunyi. Tapi aku tahu bahwa aku sudah mengecek semua ruangan," jawab Kun. "Lalu kenapa. Kenapa dia masih tidak ditemukan dan kenapa anak itu bisa dengan mudah menemukannya?" tanya Ten sambil mulai menangis.

"Dengar, aku tidak tahu. Kita hanya perlu berdoa jika sang detektif berjalan melewati pintu itu dengan Winwin di sisinya. Itulah yang perlu kita lakukan," Kun memberitahu Ten. "Kumohon Tuhan, tolong kembalikan Winwin. Aku janji akan menebus kesalahanku, aku janji," doa Ten dan kemudian memeluk Kun, yang juga mulai menitikkan air mata.

Kembali ke rumah Kris, detektif Yuta sedang mengedor pintu, tapi tidak ada yang menjawab. Kemudian dia mendobrak pintunya dan menerobos masuk. Dia memberitahu kepolisian yang bersamanya untuk memulai pencarian. Sang detektif naik ke atas menuju ruangan dimana anak itu mengatakan dia melihat Winwin.

Sang detektif mengetuk pintunya, tapi tidak ada jawaban. Dia membuka pintu dan masuk ke dalam sambil mengacungkan pistol. "Oh Tuhan, ini tidak mungkin," sang detektif berseru lantang. Detektif Yuta melihat ke ranjang dimana seharusnya Winwin berada disitu, tapi tidak. Ranjangnya kosong. Detektif Yuta justru menemukan seutas tali diatas ranjang. "Sial, aku terlambat. Mereka kabur," dia berteriak dengan marah.

"Apa, apa yang kau maksud dengan mereka kabur?" Ten bertanya pada detektif Yuta. "Kun, apa yang dilakukannya disini. Bukankah aku memberitahumu untuk menjauhkannya dari sini?" tanya sang detektif. "Maaf detektif, aku sudah mencoba," respon Kun sambil Ten berjalan menuju ranjang dan mengambil tali itu. "Kun, dia benar berada disini. Dia diikat di ranjang ini," Ten memberitahu Kun dan mulai menangis.

"Dengar Kun, anak yang melihat Winwin berada di bawah di dalam mobil polisi. Apakah kau ingin berbicara padanya?" tanya detektif Yuta. "Iya, aku ingin berbicara padanya," ujar Ten. "Baiklah, ikuti aku." Mereka turun ke bawah menuju mobil polisi. "Baiklah nak. Keluarlah," detektif Yuta memberitahu Jaemin. Jaemin melakukan apa yang disuruh.

"Hai, namaku Ten. Ini gege Winwin, namanya Kun. Bisakah aku menanyakan beberapa pertanyaan padamu tentang Winwin?" Ten bertanya pada Jaemin. "Tentu," respon Jaemin. "Jadi, kau mengatakan bahwa kau menemukan Winwin di ranjang. Apakah dia diikat?" Ten bertanya pada Jaemin. "Iya ge, dia diikat. Tangannya terikat di tiang ranjang. Kakinya diikat. Mulutnya juga dilakban," Jaemin memberitahu Ten. Ten mulai menangis. 

"Ge, aku harap polisi menemukannya. Sungguh," Jaemin memberitahu Ten dan kembali ke mobil polisi. "Terima kasih Jaemin, begitu juga aku," jawab Ten. "Dengar Kun, bawa Ten pulang ke rumah. Kami harus memeriksa rumah ini dan memastikan jika kami bisa menemukan kemana mereka membawa Winwin," sang detektif memberitahu Kun. "Baiklah, tetaplah mengabari kami," respon Kun sambil dia dan Ten kembali ke rumah. "Sial, dimana kau sekarang Winwin. Kemana mereka membawamu?" sang detektif bertanya pada dirinya sendiri.

Sekitar 50 mil jauhnya, sebuah mobil van putih sedang menuju arah Barat. Seseorang yang terbaring di belakang mobil van adalah Winwin. Tangannya diikat ke belakang. Kakinya diikat. Mulutnya dilakban dan matanya juga ditutup.

Jika saja Winwin tahu seberapa dekat dia menuju kebebasan. Sekarang, siapa yang tahu apakah dia akan ditemukan. 

A Kidnapped Boy (Winwin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang