🌬
"Gue bisa pergi sendiri, No." Lia bahkan sengaja tak menatap mata Lino seminggu terakhir.
Lia melanjutkan ritual paginya seperti biasa, dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa dengan Lino di hadapan ibu ayahnya.
Lino tidak habis pikir. Sudah hampir seminggu Lia irit berbicara dengannya. Kali ini Lino sengaja meninggalkan kunci mobilnya, berlari mengejar Lia sebelum ia menuju halte bus.
"Lia, tunggu!"
Lino berhasil menjumpai Lia, memegang bahu Lia dari arah belakang. Masih terdengar engahan napasnya setelah mengejar Lia.
Lia diam tak berbalik, sedikit pun.
"Lo masih ga mau bicara sama gue? Kenapa? Gue masih ga paham sama sikap lo seminggu ini."
Lino masih meratapi Lia dari belakang, berharap Lia membalikkan badan untuk berbicara terang padanya.
"Coba lo tanya sama diri lo sendiri, No."
"Gue pergi."
Lia melihat bus mendekat ke arah halte. Lia menepis tangan Lino dari bahunya dan segera saja meneruskan langkahnya mencapai halte yang kurang lebih hanya tersisa sepuluh meter dari jaraknya.
Lino sempat terdiam, hanya memandang Lia yang sedang menaiki bus dan menemukan satu kursi kosong untuknya duduk. Lia bahkan tak menoleh ke arah kaca bus yang dimana menayangkan wajah Lino yang memandangnya dari halte itu.
Lino menendang tumpukan daun yang berjatuhan dekat halte itu. Ia lalu duduk di bangku halte itu dengan raut wajah yang kacau dan beberapa kali mengacak kasar rambutnya.
--
Lino sempat menerima ajakan Hana beberapa kali untuk bertemu lagi di sebuah kafe.
Namun kali ini Lino yang ingin bertemu dengan Hana. Kafe yang didatangi mereka jaraknya cukup jauh dari rumah Hana, hal itu membuat ibu tiri Hana meminta kakaknya, Han untuk mengantarnya kesana.
Mobil Hana rusak, perlu waktu beberapa minggu untuk kembali menggunakannya. Jika tidak rusak maka Hana tak akan merepotkan kakaknya itu.
"Pulang naik bus aja, gue sibuk." ucap Han pada Hana setelah dirinya turun dari mobil.
Hana melambaikan tangannya sembari bergumam, "Lo terlalu keras sama diri lo sendiri, Kak."
--
"Jadi, gimana? Lia salah paham sama hubungan kita?"
"Gue ga paham lagi harus gimana, Na."
Beberapa hari lalu, Lia sebenarnya sempat memergoki Hana dan Lino di sebuah kafe dekat kampusnya. Lia menyembunyikannya. Dari malam itu Lia enggan berbicara dengan Lino, enggan menatap Lino, bahkan Lino tak mendapat ciuman pipi yang biasa dilakukan Lia padanya.
Bukan hanya menjauh dengan Lino, Lia menjaga jaraknya dengan Hana setiap mereka berlatih. Yuri yang benar-benar ceria itu pun tak berani mengusik masalah mereka berdua, sehingga Yuri sementara ini bergaul dengan teman lainnya.
Soobin pun menyadari ada yang salah dengan Lia. Ia bahkan sering melamun ketika Soobin mengajaknya makan saat istirahat siang.
"Kalo lo ada masalah, cerita aja, Lia. Gue sahabat lo, apapun masalah lo, gue tampung."
Beberapa kali juga Soobin membujuk Lia untuk kembali semangat seperti sebelum-sebelumnya. Namun, respon Lia tetap tersenyum menolak halus untuk bercerita pada seseorang.
Kejadian sebenarnya di antara Lino dan Hana hari itu adalah saling memberikan klarifikasi dan memperjelas batasan mereka. Mereka tahu bahwa mereka pernah saling menyukai. Lino bahkan jujur dengan Hana saat itu, bahwa beberapa kali ia sempat memikirkan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced || Lia × Lino
FanfictionLino, merupakan anak seorang pengacara terkenal yang mempunyai kuasa tinggi untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Akan tetapi berbeda halnya dengan Lia. Ayahnya hanyalah pengacara biasa yang sudah ditinggal pergi oleh sang istri akibat suatu...