8 - That Roller Coaster

654 92 2
                                    


🌬

Malam itu juga Lino maupun Lia memperlihatkan ekspresi canggung mereka. Satu patah kata pun tak keluar dari bibir mereka. Sejak Lino tak sengaja menyatakan perasaannya itulah dimulai kecanggungan mereka. Akan tetapi tetap saja, bagaimana bisa dua orang yang berada dalam satu ruangan sama sekali tidak membuka percakapan?

Lia merasa tak enak diri jika mereka harus tetap berdiam seperti ini. Lino yang biasanya mendengar omelan Lia pun sekarang tengah duduk diam di sofa tempat Lia biasa tidur itu.

"Gue—"
"Gue—" ucap Lia yang tak sengaja berbarengan saat Lino hendak membuka suasana sepi itu. Mereka menatap satu sama lain. Lino menggaruk tengkuknya sengaja, padahal tidak gatal.

"Lo dulu," ucap Lia yang ingin tahu apa yang akan dibicarakan oleh Lino.

"Gu—gue tidur di sini," ucap Lino terbata-bata setelah dirinya tanpa sengaja menyatakan perasaannya pada Lia. Tidak biasanya Lino mengalah. Ia memberikan Lia kasur kebanggaannya itu tanpa ragu.

"Tapi lo bilang ga bisa tidur di sofa ... ?"

"Pokoknya malem ini gue di sofa titik ga pake koma." Lia yang mendengar ucapan Lino yang agak asing di telinganya itu hanya menatapnya lurus.

"Gue pake kamar mandinya duluan ya?
"Gue mau pergi sama Hyunjin ntar malem."

Kenapa jadi canggung gini sih ah!, batin Lino.

"Oh ... iya, duluan aja."

Ini gue kenapa sopan banget sih jawabnya, batin Lia.

▪️▪️

"What?! Lino yang gue kenal udah bisa gini ya," ucap Hyunjin setelah mendengar pengakuan Lino yang sempat menyatakan perasaannya pada Lia.

"Trus, trus, reaksi Lia gimana, No?" tanya Hyunjin sembari mengambil dua botol soju dari lemari pendingin toko. 

"Jin?"

"Hari ini aja, No. Lagian gue udah bawa ktp palsu gue hehe," bisik Hyunjin.

"Bu, saya pesen mi biasanya ya dua!
"Oh ya sama sundae juga, ok?" Hyunjin memberi tanda jempol pada ibu pelayan di warung ini.

"Ditunggu ya," sahut pelayan itu tanpa melirik Hyunjin, sebab dia hapal betul dengan suara Hyunjin.

"Nih, minum dulu biar fresh." Hyunjin mengambil gelas kecil lalu menuangkan soju itu untuk Lino.

"Ga, lo aja yang minum, Jin."

"Yakin lo? Oke deh kalo lo ga mau ya udah gue yang—"
Belum selesai Hyunjin berbicara, Lino sudah meneguk satu gelas yang tadinya masih berada di tangan Hyunjin.

"Ashh," lirih Lino sebab minuman itu sangat tak nyaman.

"Pake nolak segala lo. Dasar." Hyunjin terkekeh melihat ekspresi Lino sehabis meminum itu.

"No, lanjutin cerita lo dong! Gue mau denger hehe."

Bukannya bercerita, Lino malah mengambil gelas tersebut lalu mengisinya kembali dan meminumnya. Hyunjin hanya tersenyum melihat tingkah Lino. Dia tahu temannya ini tak akan bisa menceritakan hal yang memalukan bagi dirinya.

"Udahan minumnya, No." Hyunjin mengambil gelas tersebut dari tangan Lino. Wajah Lino terlihat memerah saat ini. Entah apa yang terjadi sepertinya teman Hyunjin ini sudah mulai mabuk.

"Hadeh, rugi gue beli makanan, lah dia udah teler gini ...," keluh Hyunjin yang hendak menghabiskan makanan Lino.

"Jin ... Hyunjin ...," ucap Lino terbata-bata, entah dirinya sadar atau tidak.

Forced || Lia × LinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang