🌬
Malam ini senyum Hyunjin terasa lebih mekar saat dirinya mendapat pesan dari Yeji, kesayangannya. Padahal sebelum-sebelumnya setiap mendapat pesan dari Yeji ia juga tersenyum, tetapi entah kenapa malam ini senyumnya melewati beberapa jam, awet layaknya sinar matahari di siang tadi.
"Jin, kok senyum-senyum sendiri loh? Hayo anak mama udah besar, cerita dong sama Mama," Hyunjin tidak menyadari bundanya yang tengah menatapnya sejak tadi, berdiri di depan pintu kamar dengan menggendong buah hati perempuan, adik Hyunjin.
"Hyunjin, bisa tolong Mama, ngga?" Bunda Hyunjin kehabisan stok susu dan makanan bayi untuk adiknya yang masih berumur sekitar 2 tahun. Bisa dibilang perbedaan usianya dengan Hyunjin cukup jauh. Namun Hyunjin sangat menyayanginya.
"Jam Jam lapel!" teriak Hyejam pada kakaknya itu, gemas sekali.
"Jam Jam tunggu kakak beli cucu, oke?" Ia langsung beranjak dari kamarnya, sempat mencubit pipi Hyejam sehingga adiknya itu mengiris dan memonyongkan wajahnya kesal pada Hyunjin. Bunda Hyunjin hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua. Keduanya masih tetap terlihat seperti bayi, setidaknya itu yang dikatakan oleh bunda Hyunjin sendiri.
Hyunjin segera mengambil jaket dan dompetnya, hendak keluar membeli keperluan Jam Jam.
"Lino?! Dari kapan lo udah di sini?" Hyunjin jelas terkejut saat mendapati Lino yang sedang berada di depan rumahnya selarut ini.
Hyunjin dan Lino berjalan bersamaan menuju minimarket dekat rumahnya.
"Jin, gue malem ini di rumah lo, ya?"
Hyunjin sama sekali tak bermaksud untuk mencegah Lino menginap, tetapi Hyunjin perlu alasan spesifik yang menguatkan mengapa Lino menginap di rumahnya secara tiba-tiba. Hyunjin tahu bahwa sahabatnya itu tak akan menjawab langsung ketika ditanya. Maka dari itu ia berusaha untuk menghubungi orang tua Lino -secara diam-diam- walaupun menurut Lino orang tuanya menjengkelkan.
'Tante minta tolong ya, Hyunjin.'
Mendengar hal itu Hyunjin mengijinkannya menginap. Tetapi tetap saja, orang tua Lino terdengar sangat cemas sebelum Hyunjin mengatakan bahwa Lino ada bersamanya saat ini. Ini membuktikan bahwa pandangan Lino terhadap orang tuanya tidak sepenuhnya benar. Tetapi bagaimana lagi, ia tak bisa mengubah prinsip sahabatnya yang berkepala batu itu.
"Ma, ini susunya Jin taruh di dapur ya," Hyunjin meninggalkan Lino di kamar bersama bundanya yang sedang menanyakan kabar satu sama lain.
"Tumben semalem ini main ke sini? Kangen Tante ya?" canda bunda Hyunjin.
"Lagi bosen aja di rumah, Tan,"
"Aloo kakak Ino!" sapa Jamjam pada Lino. Hyejam mengingat Lino dengan baik, padahal Jamjam baru kali kedua bertemu dengannya. Lino membalas sapaan Jamjam, tangannya gemas hendak memainkan pipi Jamjam yang gembul itu.
"Ma, ada sprei baru? Sprei Hyunjin udah bau, ntar yang ada Lino minggat karna bau spreinya," Bunda Hyunjin menggelengkan kepala, "Bentar, mama cariin. Jamjam, main sama dua kakak ganteng dulu ya?" Hyejam mengarahkan ibu jarinya kearah bundanya.
"Sekarang apalagi? Lo ceritanya minggat gitu?" lontar Hyunjin sembari menggendong Jamjam. Lino memalingkan wajahnya, menarik napasnya panjang sebelum berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced || Lia × Lino
FanfictionLino, merupakan anak seorang pengacara terkenal yang mempunyai kuasa tinggi untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Akan tetapi berbeda halnya dengan Lia. Ayahnya hanyalah pengacara biasa yang sudah ditinggal pergi oleh sang istri akibat suatu...