22 - Parking Lot

193 15 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa vote dan komen

🌬

Suhu dingin di daerah Seoul sore itu semakin menjadi, Lino yang kembali ke dalam kamarnya itu meraih sebuah syal berwarna merah gelap dari dalam lemari, kemudian melangkahkan kakinya menuju seseorang yang akan tampil malam ini yang sedang menunggunya di mobil.

Lia memandang Lino dari dalam mobil yang sedang menuju padanya sembari melipat-lipat syal yang dibawanya agar nantinya bisa dikenakan oleh Lia dengan nyaman.

"Itu untuk apa lagi, No? Gue udah pake ini," ucap Lia seraya memberi tau bahwa dengan syalnya itu saja sudah cukup.

"Loh? Siapa bilang ini buat lo?"

Satu kalimat yang diucapkan Lino seketika meruntuhkan mood Lia yang awalnya tinggi menggapai langit namun tiba tiba dijatuhkan ke dasar bumi.

"Oh," jawab Lia singkat.

Lino tersenyum bahkan sedikit mengejek dengan tawa saat melihat gadis di sampingnya itu mengarahkan pandangan ke luar kaca mobil.

"Aduh!" Satu pukulan di lengan Lino berhasil dilakukan oleh Lia.

"Lo kenapa sih?" ucap Lia kesal setelah memukul lengan Lino yang sempat tertawa tidak jelas itu.

"Hehehe." Lino lagi lagi menaikkan kedua ujung bibirnya dan kini tertawa dengan lebih jelas.

Lia tak habis pikir, jadi dipukulnya lengan Lino untuk kedua kalinya.

"Aduh! lo kenapa mukulin gue terus sih?" Lino melindungi dan mengusap-usap lengannya yang kali ini dipukul lebih mantap oleh Lia.

"Lo ngeselin sih!" Lia menyilangkan kedua tangannya, kembali memandang ke arah luar kaca mobil.

Tiba-tiba Lino meraih pundak Lia, mengarahkan Lia agar bisa berhadapan dengannya.

"Syal lo tipis," ucap Lino dengan tangannya yang sibuk melepaskan syal di leher Lia, lalu melingkarkan syal berwarna merah gelap yang sejak tadi dibawanya itu di leher Lia. Sementara Lino mengenakan syal yang tadinya dikenakan Lia. "Punya lo biar gue aja yang make," lanjutnya.

"Udah cantik, sayang." Lino berucap sembari merapikan rambut Lia yang masih tersangkut di syalnya itu.

Lia yang awalnya sedikit kesal, kini memperlihatkan pipinya yang memerah setelah hal kecil yang dilakukan Lino.

"Kita berangkat sekarang."

--

Seharusnya hari ini, tepatnya pukul tujuh sore Lino menonton pertunjukkan teater dari jurusan Lia di gedung pusat. Lia sangat berharap kehadiran Lino disana juga. Namun, Lino benar-benar tidak bisa berjanji menonton dari awal pertunjukkan. Ia berkata pada Lia bahwa ia memiliki beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan jurusannya yang juga tidak bisa ditunda.

"Gue bakal selesaiin segera, hm? Setelah itu gue balik kesini," ucap Lino yang kini sedang memeluk Lia sembari mengelus punggung Lia.

"Semangat, cantik!"

Lia melambaikan tangannya, "Bye Lino! hati-hati di jalan!"

"Gue janji bakal cepet balik!" teriak Lino ketika sudah berada di dalam mobilnya, dengan kaca yang masih terbuka hanya untuk memastikan Lia sudah memasuki gedung tersebut.

--

Cukup jauh perjalanan, akhirnya sampai juga. Lino memarkirkan kendaraannya tepat di seberang coffee shop yang akan ia datangi. Dirinya menyiapkan wajah yang cukup serius untuk pertemuan sore ini.

Forced || Lia × LinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang