Happy reading
***
"Mencoba terseyum dan terlihat baik baik saja ,walau nyatanya rapuh"_ Hide A Love _
***"Rey lo bisa ke rumah Gue enggak sekarang"
"Duh maaf ya Ra Gue lagi latihan buat tanding besok"
"Yaudah ngak papa next time ya Rey"
"Iya Ra udah dulu ya"
Sambungan telepon pun terputus.
Dilain tempat seorang lelaki sedang mengikuti seseorang dipusat perbelajaan. Tak sengaja lelaki itu menabrak perempuan yang sedang membawa belanjaan yang cukup banyak.
"Eh sorry Gue ngak sengaja"
"Eh iya ngak papa" perempuan itu pun melihat siapa orang yang menabraknya.
"Lo" tunjuk perempuan itu.
"Awas Gue buru-buru" jawab lelaki itu menyusul seseorang didepan sana. Lelaki itu pun berlari mengejar seseorang dan perempuan itu mengikutinya.
"Lo Rey kan ya" ucap perempuan itu.
"Iya kenapa sih lo ikutin Gue buru-buru, Malika!" Ucap Rey , iya lelaki itu Rey ia sedang mengikuti papahnya bersama perempuan lain entah lah itu siapa.
"Gue ikut ya" ucap Malika.
"Jangan berisik dan ngak usah banyak tanya" ucap Rey.
"Lo ngikutin siapa sih Rey" ucap Malika kepo.
"Lo ngak denger tadi jangan banyak tanya!" Ucap Rey memperingati.
"Eh itu kaya mirip.." ucap Malika sembari mengingat ngigat.
Papah Rey pun memasuki Restoran di pusat perbelanjaan ini, tangan perempuan itu digandeng seperti layaknya orang yang sedang berpacaran. Rey tak bisa melihat jelas perempuan itu yang jelas ia sangat benci dengan keduanya sama-sama tidak tau diri. Dasar pelakor dan lelaki brengsek Batin Rey, tangannya sudah mengepal sangat keras sampai kuku-kukunya terlihat putih.
"Eh cewe yang lagi digandeng om-om kaya Mamahnya Laura ngak sih, dari belakang" ucap Malika.
"Maksud lo?" Ucap Rey, enggak mungkin Batin Rey.
"Coba lo perhatiin deh" ucap Malika.
Setelah beberapa menit akhirnya papah Rey pergi dari restoran itu, saat papahnya akan keluar ia melihat sekilas wajah perempuan itu, dan benar yang dikatakan Malika. Brengsek Gue benci perselingkuhan Batin Rey. Untuk memastikan benar apa tidak ia terus mengikuti papahnya sampe parkiran sepertinya ia akan mengantar perempuan itu.
"Rey Gue numpang ya" ucap Malika yang dibelakang Rey.
"Cepet naik ngak usah banyak omong" ucap Rey, dan menaiki motornya disusul oleh Malika dibelakangnya.
Diperjalanan benar saja ini arah ke Rumah Laura. Gue benci keluarga pelakor itu termasuk Laura, ternyata sebrengsek ini kelakuannya Gue kira dia cewe lungguh cewe baik-baik ternyata ngak, Mamahnya pelakor. Gue nyesel udah cinta sama Lo Ra ternyata lo busuk sama kaya Mamah lo, hidup Gue udah hancur dari kecil sekarang hidup Gue lo ancurin lagi Ra Gue udah percaya sama lo ternyata ini balasan lo Ra. Rey marah kali ini sangat marah, ternyata kepercayaannya telah dihancurkan.
"Eh kok berenti disini, rumah Gue bukan sini" ucap Malika.
"Sabar cuma salah belok doang" ucap Rey, sekarang perasaan Rey sedang kacau. Setelah itu Ia mengantar malika. Ia pergi ke danau tempatnya pulang saat hatinya sedang tidak baik-baik saja, di danau itu ada rumah pohon yang ia bangun dulu saat ia kelas satu Smp, tadinya ia ingin mengajak Laura ke danau ini karna Laura orang special nyatanya orang special yang sekarang merusak kepercayaannya.
Beberapa panggilan tak terjawab dari Laura, dan hpnya berdering lagi ya angkat telepon itu.
"Rey"
"Hm"
"Gue mau cerita"
"Gue sibuk"
Dan Rey menekan tombol merah itu. Gue muak Ra cuma denger suara lo doang apalagi muka lo Gue benci lo ra mulai saat ini Gue benci lo Ra Batin Rey. Hatinya sangat sakit, keluargganya tak pernah terlihat harmonis sejak Ia kecil, yang ia dengar hanya tangisan, teriakan, pukulan. Memori saatnya kecil kini terulang lagi.
Seorang anak kecil sedang memamerkan pialanya karna ia juara satu disekolahnya, senyumnya pun sangat mengembang. Saat Ia berlari kerumahnya dan ternyata yang ia liat pertengkarang kedua orang tuanya, ia melihat mamahnya sedang dipukuli.
"Pah kenapa Mamah dipukulin" ucap anak itu polos, sembari membentangkan kedua tangannya menghalangi papahnya untuk memukul mamahnya lagi, dan ia sekarang anak itu yang kena pukul, anak itu terhuyung kebelakang sekarang hidungnya sudah berdarah, hidungnya kena pukul Papahnya.
"Pah maafin aku kalo aku nakal" ucap anak itu lagi.
"Diam kamu anak kecil gara-gara kamu lahir di dunia ini tau ngak!" Suara itu begitu menggema, itu bukan suara dari papahnya melainkan itu suara mamahnya.
"Mah Pah aku dapet piala dari sekolah, aku juara satu" ucap anak itu sambil tersenyum walau darah dihidungnya tidak berenti mengalir.
"Pah Mah maafin aku ya gara-gara aku, kalian jadi ribut terus aku janji kok mah pah aku ngak akan nakal lagi" ucapnya lagi, namun pialanya dibanting oleh Mamahnya sendiri.
"Mah pah maafin Rey, Rey janji ngak akan nakal kok, Mah pah Rey cuma butuh kata selamat dan pelukan kaya anak-anak diluar sana" ucapnya lagi sambil menangis melihat pialanya dibanting, darahnya tidak berenti mengalir sampai saat ini tapi anak itu tidak peduli iya sedang mengambil puing puing pialanya dan kembali menyatukannya kembali tapi tetep saja rusak. Anak itu pun berlari dan masuk kekamarmya sembari membawa piala itu. Anak itu menangis sesegukan.
"Mah pah kepala Rey sakit" ucapnya ditengah tangisan itu.
Tanpa sadar Rey mengingat memorinya saat kecil, ia tak pernah diinginkan lahir didunia ini oleh orang tuanya, mungkin benar kata mereka Ia anak pembawa sial tapi mengapa mereka tidak bunuh Rey saat kecil saja, Rey tersiksa selama ini hatinya terluka, dan sekarang penyembuh hatinya mengecewakannya. Mungkin alam semesta belum mengijinkannya bahagia, tak terasa air matanya mengalir senyum palsu yang selalu ditunjukannya sekarang tidak ada hanya ada air mata, menyedihkan bukan hidupnya.
Kecewa atau dikecewakan?
***
Yeay gimanaa, dapet feelnya ngak?
Jangan lupa vote !
Makasih buat yang udah nyempetin waktunya buat baca cerita ini.
Sayang kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide A Love (SELESAI)✔
Short Storywelcome to my firs story. Typo berdebar. Penasaran, boleh mampir dulu siapa tau tertarik. Kalo ngebosenin tinggalin. "Bila pertemuan kita adalah suatu kebetulan,aku harap kebersaman kita bukan suatu kesalahan"Laura afganesta. "Terjatuh dalam pandan...