Ending: Pergi

55 7 8
                                    

Happy reading 🎉.

***
Pulang

Lahir dalam tangisan
Tumbuh dalam kehidupan
Rasa sedih, gembira selalu mengikuti
Dalam kehampaan, sunyinya malam ini

Suatu saat nanti kelak
Senyumku tak akan kau saksikan kembali
Tubuh ku tak bisa kau gapai lagi
Aku kembali pada mu, hanya dalam bentuk bayangan

Ada tawa yang telah terhenti
Ada tangis yang mulai tertatih
Berduka, bukan hal yang perlu dibeberkan
Pergi, bukan hal yang butuh diperingati

Aku pergi bukan karena aku lelah
Aku pergi bukan karena telah menyerah
Aku pergi bukan karena tak tahan
Tapi aku pergi karna sudah waktunya

Hide A love

***

Lukanya sangat dalam, luka kemarin saja belum pulih.  Setelah pergi ke taman akhirnya Laura memutuskan untuk pulang dengan keadaan bercak darah. Pikirannya masih memikirkan Mamahnya, apa benar rumor tentang orang tuanya. Ia berjalan menyusuri komplek perumahan yang sudah sepi.

Bila hari ini hari terakhirnya, ia ingin menciptakan sesuatu yang akan membuat semua orang ingat padanya, entah sesuatu itu apa. Karena sejatinya, sebuah penantian memang harus menemui pemberhentian. Aku sudah berusaha untuk lupa , tapi semesta selalu saja punya cara untuk membuatku mengingatmu secara tiba tiba Laura membatin.

Laura pun mulai melangkahkan kakinya menuju rumahnya, langkahnya begitu pelan sangat pelan. Badannya terasa sangat lemas, darah yang ia buat masih terus mengalir. Akhirnya ia sampai pada gerbang rumahnya, dengan langkah perlahan. Samar samar ia mengdengar suara seorang sedang mengobrol. Laura tak langsung masuk ia diam dibelakang pintu rumahnya, bisik bisik percakapan itu semakin terdengar. Kurang lebih seperti ini.

"Anak kecil yang dipoto ini siapa"

"Ini anak dari suami aku, yang sudah meninggal"

"Meninggal?"

"Iya dia meninggal kecelakaan saat ingin membelikan boneka bersama anaknya"

"Sekarang anak itu dimana"

"Dia masih ada, anak itu tumbuh sebagai anak yang baik dan penurut. Aku sangat menyanyanginya, sudah aku anggap seperti anak ku"

"Nama anak itu siapa"

"Laura Afganesta, cantik bukan namanya ia sama seperti orangnya"

Hatinya perih seperti ditikam ribuan belati, jadi ini fakta sebernarnya akhirnya ia tau sendiri mengenai teka teki ini. Hancur ia hatinya sangat hancur saat mengetahui ternyata ia bukan anak kandung mamahnya, ayahnya pun sudah meninggal mengapa ia tak tau kejadian ini. Tiba tiba kepalanya sangat pusing, darah segar mengalir dari hidungnya, Laura harus segara pergi dari sini. Ia pun berlari tak peduli dengan darah-darah ditubuhnya.

Langkahnya terhenti di halte bis, tempat biasa ia akan berangkat sekolah. Laura mengeluarkan sebuah buku, ntah ia menuliskan apa dibuku itu setelah itu ia merobekan kertasnya langsung melipat dan menyimpannya di tas bagian depan. Ada seorang lelaki yang sedang menunggu angkot di halte Bis itu.

"Banyak masalah deketin diri ke allah Teh, bukan malah kaya gitu" ucap Lelaki itu.

Sial lelaki itu tau Batin Laura. Laura hanya membalas dengan senyuman.

Angkot pun berhenti dihalte itu, lelaki itu kembali menatapnya "Hati-hati teh, saya duluan" ucapnya lalu pergi, menaiki angkot itu.

Laura pun kembali berjalan tanpa arah. Laura terluka untuk sekian kalinya, kali ini Laura ingin bahagia.

Hide A Love (SELESAI)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang