🐌 TGTHL '17'

52 3 0
                                    

-o0o-
HAPPY READING
-o0o-

Bryan duduk dengan resah, matanya sesekali memandang pintu kamar mandi yang belum terbuka.

Bryan kembali memandang jam tangannya, terhitung sudah tiga puluh menit Dinda belum keluar dari kamar mandi.

Beberapa kali, Bryan ingin melangkah mendekati kamar mandi, tapi egonya mengalahkan semua itu. Dan akhirnya dia memilih duduk di kursi dan kembali menatap pintu kamar mandi dengan sedikit rasa resah, garis bawahi sedikit saja.

Memilih mengacuhkan egonya kali ini, Bryan mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya dengan kasar.

"Heh, Dinda kamu ngapain sih di dalam, aku sudah lapar, bentar lagi berangkat ke kantor, cepat pergi masak" Bryan terus memukul pintu dan sesekali menendangnya.

Tapi tidak ada suara yang terdengar dari dalam, hanya ada suara keran air yang masih menyala, pertanda bahwa keran belum di matikan.

Bryan menatap cemas pintu itu, tanpa pikir panjang, Bryan mendobrak pintu itu berkali-kali, dan di dorongan ke lima barulah pintu itu terbuka.

Di sana, seorang perempuan terduduk di bawah keran. Salah satu lengannya memeluk lututnya yang ditekuk.

Bryan mendekati Dinda yang tidak bergerak, dengan baju basah dan terlihat kulit lengan Dinda yang memar sudah pucat.

Bryan mendekati Dinda, dan menarik lengannya. Dinda pun terbaring dengan lemas, darah mengucur deras dari lengan kirinya.

Tanpa dapat dibendung, air mata Bryan turun perlahan. Dengan cepat Bryan menarik kasar tangan kanan Dinda, dan mengangkat tubuh yang sudah mulai mendingin itu.

Bryan dengan langkah cepat beranjak dari kamar mandi, berlari tergesa-gesa keluar dari rumah, dan mendekati mobilnya.

Bryan dengan masih menangis, meletakkan tubuh Dinda di atas kursi kemudi. Dengan kecepatan tinggi, Bryan mengendarai mobilnya ke rumah sakit terdekat.

Setelah sampai, Bryan berlari di sepanjang koridor. Bahkan, pria itu beberapa kali menabrak tubuh orang lain.

"Cepatlah,,, selamatkan dia" Bryan berlari kesana-kemari. Dengan Dinda di gendongannya.

"Sabar pak, tenang kami akan mengurusnya" beberapa perawat mengambil alih tubuh Dinda, dan mulai mendorong brankar memasuki ruang UGD.

*
*

"Bapak siapanya pasien?" Seorang dokter keluar dari dalam ruangan itu.

"Sa-say-ya" belum sempat Bryan menjawab, seorang perawat dari belakang dokter menyahut.

"Bukankah bapak adalah pak Bryan, Presdir di Aldero group?" Bryan tersentak, dan tersenyum kaku, ternyata ada orang yang mengenalnya disini.

"Ah, iya" Bryan menjawab dengan kaku.

"Jadi hubungan pak Bryan dengan pasien apa?" Dokter tadi kembali bertanya.

"Oh, i-itu maksudnya saya temannya dok, iya temannya" Bryan tersenyum kaku, dan menatap ke arah lain.

"Jadi, apa bapak mengenal keluarga dari pasien?" Dokter itu kembali bertanya.

"Tidak dok, setau saya Dinda itu yatim piatu, dan tidak memiliki salah seorang keluarga pun" Bryan berucap dengan nada rendah.

"Baiklah, kalau begitu mendingan kita saja yang bicara pak, manatau bapak mengenal orang yang bersangkutan dengan pasien" Bryan mengangguk dan mulai mengikuti dokter itu dari belakang.

WITH YOU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang