🐌 TGTHL 20 •|Seranjang|•

46 3 0
                                    

•||•
HAPPY READING
•||•

Hari ini, Bryan pulang cepat tak seperti biasanya. Jam lima sore dia sudah duduk santai di ruang tamu. Dengan tubuh segar sehabis mandi.

"Din, buatin aku kopi dong!!" Bryan berteriak, sambil terfokus pada iPad ditangannya.

Dinda bergegas, membuatkan kopi dan mengantarnya ke ruang tamu.

"Temenin." Bryan menarik tangan Dinda, membuat wanita itu terduduk di sampingnya.

"Dedeknya cengeng gak?" Bryan memeluk pinggang Dinda dari samping, tangannya yang lain mengangkat cangkir kopi, dan menyesapnya perlahan.

"De-dedek apa?" Dinda bertanya dengan kaku, dia merasa tak nyaman jika duduk berdekatan begini dengan Bryan.

"Ini!" Bryan mengusap perut Dinda yang mulai terasa menonjol.

"O-oh, i-itu dia gak cengeng kok." Dinda tersenyum tipis, terlihat terpaksa.

"Kamu gak pernah mual-mual? Gak ngidam juga?" Bryan merasa harusnya ada beberapa hal yang dialami Dinda di awal kehamilannya itu.

"Gak ada." Ucap Dinda pelan, Bryan mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.

"Mulai malam ini, kamu tidur di kamar utama, bareng aku." Dinda menelan ludah, dia tak terlalu nyaman dengan sikap Bryan yang langsung berubah secepat ini.

"Ta-tapi-"

"Gak ada tapi-tapian, itu bagus supaya kamu gak kesusahan kalau butuh sesuatu." Dinda mengangguk pasrah saja, dia hanya duduk kaku di samping Bryan.

>\<

Malam harinya, Dinda tak juga tidur. Dinda berbaring dengan memunggungi Bryan. Dinda tak tau saja, jika Bryan sedari tadi memperhatikannya.

Dinda mengambil posisi duduk, dan hendak beranjak dari kasur. Dinda pikir si pemilik kamar sudah tidur, karena mendengar suara nafas teratur milik Bryan.

"Mau kemana?" Dinda tersentak kaget, tangannya bergerak mengusap dadanya.

"Astaga." Bryan terkekeh dan menarik tangan Dinda, kemudian memeluk tubuh Dinda erat.

"Kamu kok belum tidur?" Bryan mengecup puncak kepala Dinda penuh kasih sayang.

"Aku mau ke kamar mandi, kebelet." Dinda menjawab dengan canggung.

"Oh, ya udah sana, cepet ya, soalnya aku mau peluk kamu. Biar bisa tidur." Bryan melepaskan pelukannya, kemudian mengambil posisi berbaring yang nyaman.

Dinda masuk ke dalam kamar mandi, sengaja dia berlama-lama di dalam, berharap setelah keluar Bryan sudah tidur.

Dinda bernafas lega saat keluar kamar mandi dia melihat Bryan sudah menutup mata dan mengeluarkan dengkuran halus.

Dinda duduk di sofa menghadap kaca besar yang memperlihatkan pemandangan malam yang indah. Jangan lupakan, kalau Dinda sudah membuka gordennya sedikit.

Dinda memeluk lutut sambil memikirkan kehidupannya yang terlihat aneh, seperti cerita dengan alur maju-mundur.

"Huft..." Dinda mengelus perutnya sambil menatap langit yang terlihat hitam pekat, tak ada cahaya bintang atau bulan.

"Kenapa gak langsung tidur?" Dinda terkejut saat ada sepasang lengan memeluk lehernya.

"Gak nyaman?" Bryan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher perempuan itu.

"Gak kok, aku belum kepengen tidur aja." Dinda menjawab sambil bergerak gelisah. Lehernya terasa geli, karena hembusan nafas Bryan.

"Ya udah, ayo... Aku keloni biar ngantuk." Bryan membantu Dinda beranjak dari sofa, membawanya kembali kedekapan hangatnya.

WITH YOU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang