🐌 22 •|Berubah 180°|•

31 2 0
                                    

•||•
Warning 18+



































Dinda menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Rasanya tak ada lagi yang membuatnya bertahan disini, dia hanya bisa merasakan kehampaan.

Bryan hanya membutuhkan tubuhnya, tak bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan keduanya.

Dinda mendudukkan tubuhnya dari posisi rebahan tadi, matanya dapat melihat wajah lelah Bryan.

"Hari ini, aku akan menyenangkan mu, dan mungkin akan membuat mu jengkel, semoga itu menjadi pengalaman yang tak pernah kau lupakan." Dinda bergumam sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Bryan.

Cup...

Dinda mencium kening Bryan lama.
"Hati ku masih deg-deg'an seperti dulu." Dinda tersenyum miris, dia mengusap matanya yang tiba-tiba ber'air.

Rasanya ia bodoh sekali.

>\<

Pagi ini, Bryan merasa Dinda berbeda 180°. Mulai dari bangun pagi yang langsung memberinya ciuman di pipi dan ucapan selamat pagi.

Cup...

"Selamat pagi!!" Dinda tersenyum riang, sambil menatap wajah cengo Bryan yang baru saja melek.

"Pagi." Bryan menjawab dengan kikuk, sedikit mengucek matanya, mana tau dia masih di alam mimpi.

"Ayo, bangun... Kita akan mandi bareng." Dinda berjalan riang ke kamar mandi. Mengisi bathub dengan air hangat.

Dinda menarik Bryan ke kamar mandi, mengajaknya berendam. Menggosok punggung Bryan, dan memijat bahu Bryan.

Bryan masih terlihat linglung, sesaat kemudian dia pun sadar karena melihat adiknya bangun. Berakhir mereka dengan olahraga pagi selama satu jam.

Rasanya Bryan semakin semangat hari ini. Sedari tadi, senyum Bryan tak kunjung surut. Matanya selalu memperhatikan tingkah Dinda yang terlihat manja padanya.

"Mau disuapin.." Dinda merajuk, tak mau memakan sarapannya sebelum Bryan yang menyuapinya.

"Hah?" Bryan yang awalnya ingin menyendokkan nasi ke dalam mulut, malah terhenti.

"Mau disuapin?" Lanjutnya dengan mata membulat. Bryan menampar pipinya pelan, manatau sebenarnya dia hanya berhalusinasi dari tadi.

"Heem, dedeknya yang mau." Dinda mengerucutkan bibirnya, membuat Bryan gemas dan langsung mengecupnya.

Mata Bryan berbinar, dengan semangat dia menarik kursinya dan mendekati Dinda.
"Ok anak Daddy, permintaan mu akan Daddy turuti!!" Bryan mengelus perut Dinda, dan mulai menyuapi Dinda, sesekali mencuri-curi kecupan di pipi tembam istrinya.

Rasanya sarapan kali ini berlangsung sangat cepat, baik bagi Dinda maupun Bryan sendiri. Sebab kedua pasangan itu terhanyut di dalam kenyamanan masing-masing.

"Hari ini aku cuti aja deh." Bryan tersenyum lembut sambil mengeratkan pelukannya. Keduanya tengah duduk di sofa, dengan Bryan yang memangku Dinda.

"Emang gakpapa?" Dinda menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Bryan.

"Hm, cuma sekali doang juga." Bryan mengeratkan pelukannya dan mengelus perut Dinda.

"Gak sabar banget liat dia keluar." Bryan tersenyum lembut.

"Sampai kapan kamu terus pura-pura Bry?" Dinda bertanya dalam hati, dia tak mau merusak suasana.

Seharian mereka menghabiskan waktu bersama. Dinda tak melihat setitik pun rasa jengkel dari Bryan. Dinda sempat ragu ingin bersikap manja, tapi tak menyangka akan seperti ini respon pria itu. Bryan mau saja meladeni apa kemauannya.

WITH YOU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang