Part 10: Penyakit Ara

8 7 1
                                    

Happy Reading🐣

Dirumah sakit Azril tidak berhenti mondar mandir, sebab dari tadi dokter yang menangani Ara belum keluar.

"Nak, Ara gimana?" tanya Mita menghampiri Azril.

Sesudah Ara ditangani oleh dokter, Azril langsung menghubungi orang tua Ara.

"Azril gatau Tan, soalnya dari tadi dokter belum keluar," jawab Azril lesu.

"Yah, anak kitaa." lirih Mita yang kembali menangis dipelukan suaminya.

"Udah udah, anak kita gak papa. Anak kita kan kuat." Ucap Bram menenangkan istrinya.

Ceklek..

"Dokter, gimana keadaan anak saya dok? anak saya gak papa kan? gak ada yang serius kan dok? dokter jawab anak saya gak papa kan dok?" tanya Mita bertubi tubi.

Dokter itu tersenyum.
"Anak ibu hanya kelelahan, ia sering melamun dan banyak pikiran yang membuat otak dia lelah karena pemikirannya itu.
Itu sebabnya ia mimisan.
Jadi jangan sampai anak ibu banyak pikiran yah, karena itu sangat berbahaya buat kesehatannya. Kalau anak ibu terus seperti itu bisa saja nanti mengalami pendarahan otak, yang menyebabkan dia amnesia." Dokter itu menjelaskan panjang lebar.

"Tapi anak saya bisa sembuh kan Dok?" tanya Mita meneteskan air matanya.

"Sangat bisa Buk, asalkan anak ibu jangan banyak pikiran saja." Ucap sang Dokter meyakinkan.

"Makasih Dok," ucap Bram yang di tanggapi senyuman oleh sang Dokter.

"Kalau mau masuk harap tenang, jangan membuat pasien merasa terganggu." Ucap Dokter yang dibalas anggukan oleh mereka bertiga.

"Kalau gitu saya permisi dulu."

***

Didalam ruangan yang serba putih dan bau obat obatan yang menyengat membuat Ara risih.
Yaa, Ara sudah sadar sejak tadi, karena kebisingan diluar membuat Ara tersadar.

"Sayang, nak kamu gak papa kan? ada yang sakit hmmm? apa yang sakit bilang sama Bunda sayang?"

"Ishh Bunda, anak baru siuman udah disuguhi pertanyaan sebanyak itu." Ketus Bram.

"Yakan Bunda khawatir, emangnya Ayah apa biasa biasa aja sama anak,  hah?"  ketus Mita sambil melirik suaminya ketus.

"Apa Bunda bilang? Ayah biasa biasa aja! Ayah juga sama khawatir kali sama anak semata wayang Ayah ini," balas Bram tak kalah ketus.

"Halah, buktinya apa tadi? Ayah biasa aja tuh gak kayak Bunda." Jawab Mita dengan sinisnya.

"Yakan Bun.."

Belum selesai Bram mengucapkan perkataannya, Ara merintih kesakitan.

"Om, Tante, udah yah kalian jangan berantem lagi kan Ara baru sadar." Ucap Azril menasehati.

"Iyaa sayang maafin Bunda yah," ucap Mita mengelus surai hitam milik Ara.

"Maafin Ayah juga yah sayang," ucap Bram mengikuti istrinya.

Melihat itu, Ara tersenyum begitupun Azril. Ia juga tersenyum melihat orang tua Ara yang seperti kanak kanak.

"Loh Zril, kok kamu gak sekolah sih?" tanya Ara yang menyadari keberadaan Azril.

"Gak papa, lagian gw udah izin kok sama Kepseknya Ra," ucap Azril tersenyum.

"Tapi kan Zril, kamu juga harus latihan basket," lanjutnya lagi.

"Syutt, udah. Jangan banyak pikiran oke, aku gamau kamu kenapa napa lagi," ucap Azril mendudukan bokongnya dikursi yang tersedia disana.

"Ekhem, kita jadi nyamuk Yah," sindir Mita sambil menyenggol lengan suaminya.

Stay With Me RiskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang