Part 19: Makanan Kesukaan Ara

3 3 0
                                    

Happy reading🐥

Setelah terjadi perkelahian ringan di dalam mobil tadi, akhirnya Ara dan Risky memutuskan untuk masuk kepekarangan rumah yang bak Istana itu.

Sesampainya di dalam rumah, Ara disambut dengan sangat hangat oleh Papa dan Bunda nya Risky.
Tentu saja itu mengenang masa masa kecilnya dulu.

"Pah, anak anak sini kita makan," teriak Vina dari arah dapur.

"Bunda kalian udah manggil tuh, yuk kita makan dulu," ajak Bagas yang beranjak dari duduknya.

Mereka bertiga berjalan menuju dapur.

"Wihh, pada lezat lezat nih," ucap Iky masih berdiri.

"Siapa yang lahiran mas, orang orang pada duduk kenapa anda berdiri sendiri," cibir Vina yang melihat Iky tetap berdiri.

Iky celingak celinguk mencari orang yang Vina maksud, tapi nihil, ia tidak mendapati sosok tersebut malahan diantara mereka hanya Iky seorang yang berdiri.
Oh sungguh, apa Bundanya itu sedang menyindir dirinya? jika benar sungguh menyebalkan Bundannya itu.

"Maksud Bunda ke Iky gitu?" tanya Iky menunjuk dirinya sendiri.

"Anak tetangga," jawab Vina singkat.

"Ishh, kan dirumah kita gak ada anak tetangga Bun," ucap Iky sedikit ketus.

"Sudah sudah, kasian anak Papa udah lapar. Yakan sayang?" ucap Bagas melirik ke arah Ara.

Ara hanya tersenyum, dasar keluarga ini sama halnya dengan keluarga Ara, selalu bercanda dan bertengkar ringan gara gara hal spele.

"Anak Bunda udah lapar yah, yaudah lauknya mau sama apa sayang, mau ini, apa ini, atau ini?" bawel Vina menunjuk satu persatu makanan yang ada disana.

"Udah Bunda, biar Ara ambil sendiri aja," ucap Ara tersenyum.

"Gak! pokoknya Bunda ambilin gak ada penolakan," ucap Vina ketus, hal itu membuat Ara menghela nafas kasar, Bunda keduanya ini memang sangat keras kepala seperti Bunda kandungnya.

"Mau sama apa sayang?" sambungnya lagi.

"Ara mau sama ayam goreng aja, Bun." Ucap Ara membuat Vina segera mengambilkan ayamnya.

"Dari dulu gak berubah kesukaannya ayam goreng, atau gak ayam bakar," ucap Vina mengisi piring milik Ara dengan lauk pauk.

"Nih, sayang." Ucap Vina memberikan sepiring nasi dan lauk pauk pada .

"Makasih Bunda,"

"Papa gak di tawarin gitu," ucap Bagas menyindir istrinya.

"Iky juga," ucap Iky menimpali Papanya.

"Kalian berdua! ambil sendiri," ucap Vina penuh penekanan.

"Yaudah, besok besok Papa nyari janda aja," ketus Bagas sambil mengambil nasi dan lauk pauk.

"Apa kata Papa, mau cari janda hah? yaudah sana, tapi siap siap aja Bunda bikin Papa jadi perempuan," cibir Vina mengancam suaminya.

Risky, Ara dan Bagas membulatkan matanya ketika mendengarkan perkataan Vina, apa katanya? dia akan merubah Bagas menjadi perempuan, berarti Vina akaaaan---.

"Aaaaaa! gak, gak," Bagas berteriak membayangkan apa yang akan Vina lakukan terhadap dirinya, hingga membuat ia ngilu sendiri.

"Yaudah, jadi mau gimana? masih mau nyari janda atau Bunda BIKIN PAPA JADI PEREMPUAN HAH!" ucap Vina menekan setiap perkataannya, ia mendekatkan garpuh ke muka suaminya.

"Bunda kan cantik, aduhai, kayak gitar spanyol jadi mana mungkin Papa nyari janda yang gak ada bandingnya sama Bunda," ucap Bagas bergidik ngeri.

Pelipis Bagas sudah berkeringat, istrinya ini sunggu seperti PSYCOPATH, ia tidak pernah main main dengan perkataannya.

Melihat suaminya yang suda berkeringat dingin, tentu saja membuat Vina tertawa terbahak bahak.

"Papa, Bunda terus kita makannya kapan dong? Ara udah lapar tau," rengek Ara menusuk nusuk ayam gorengnya.

"Oiyaa, Bunda sampai lupa," ucap Vina menepuk keningnya, lalu kembali duduk.

"Papa sih, Ara jadi nahan lapar kan," ketus Vina kepada suaminya.

"Apaan Papa? jelas jelas Bunda yang salah," ucap Bagas membela diri.

"Papa! Bunda! udah," kini Iky yang angkat bicara, ia pusing melihat Papa dan Bundanya tidak berhenti adu mulut.
Katanya pengen makan malam bareng Ara, tapi apa? bukannya makan malam mereka malah menyuguhi Ara dengan perdebatan yang tidak ada faedahnya.

"Yaudah kita makan," ucap Vina sambil cengengesan tidak jelas.

"Yang pimpin do'a siapa?" tanya Bagas bingung.

"YAA PAPA LAH," ucap mereka serempak.

Bagas menghela nafas kasar, lalu ia mengangkat kedua tangannya untuk mulai memimpin do'a. Allahumma lakasumtu wabika ama--"

"PAPAAA!" teriak Vina, Iky dan Ara serempak, masa iya Papa nya malah membaca do'a berbuka puasa.

Mendengar teriakan istri dan anak anaknya membuat Bagas menyengir kuda, ia mengulang satu kali lagi.
Dan akhirnya makan malam pun dimulai.

***

Selesai makan malam dan membantu Vina mencuci piring piring kotor, Ara berpamitan untuk pulang.

"Bunda, Ara pamit pulang dulu yah, soalnya besok kan sekolah." Pamit Ara.

"Padahal Bunda masih kangen sama kamu tau," ucap Vina menghela nafas nya kasar.

"Kapan kapan kalau ada waktu luang, Ara bakalan sempatin main kesini," ucap Ara membuat Vina tersenyum girang.

"Serius?" tanya Vina antusias.

"Iyaa Bunda, dua rius malah," jawab Ara tersenyum.

"Yaudah kalau gitu peluk dulu," rengek Vina seperti anak kecil.

"Emmm, Ara sayang sama Bunda," ucap Ara memeluk Vina penuh kasih sayang, begitupun Vina ia memeluk Ara seakan akan tidak mau kehilangan Ara.
Padahal kan Ara pamit untuk pulang, bukan meninggal.
Dasar Bundanya ini sangat berlebihan.

"Bunda lebih sayang sama kamu," jawab Vina memeluk Ara erat.

"Yaudah, kalau gitu Ara pamit pulang yah Bunda," ucap Ara melepaskan pelukannya.

"Iya sayang, hati hati yah," ucap Vina.

"Kan yang bawa mobil Iky bukan Ara," jawab Ara terkekeh.

"Ikyyy, sini kamu," teriak Vina membuat Iky menghampirinya.

"Kamu bawa mobilnya hati hati, jangan kebut kebutan apalagi sampai buat anak Bunda lecet awas aja kamu, pokoknya kalau sampai anak Bunda lecet Bunda potong uang jajan kamu, Paham?" cibir Vina mengomeli Iky.

"Iya Bunda iyaa," ucap Iky pasrah dengan perkataan Bundanya.

"Jangan iyaiaa doang," sambungnya lagi.

"Siyapp komandan, saya akan mengantarkan Tuan Putri sampai ketujuan dengan keadaan selamat tanpa goresan sedikitpun!"ucap Iky penuh penekanan disetiap perkataannya.
Mendengar perkataan Iky sontak membuat Vina dan Ara terkekeh.
Hal itupun membuat Bagas menghampirinya.

"Ada apa ini? kenapa pada ribut," tanya Bagas yang tiba tiba saja datang.

"Gak ada apa apa kok, oiyaa Pah, Ara mau pamit pulang soalnya besok sekolah," ucap Ara beralih menghadap Papanya.
Ehh ralat, maksudnya Papa Iky.

"Loh, Papa kira mau nginep disini?" ucap Bagas menebak.

"Insyaallah kapan kapan Ara nginep," ucap Ara tersenyum.

"Yaudah, tapi beneran yah jangan bohong?" ucap Bagas menyakini perkataan Ara.

"Iyaa Papa," sambungnya lagi.

"Yaudah, kalau gitu Iky mau nganterin Ara dulu Bun, Pah." Ucap Iky berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Iya nak, kamu hati hati bawa mobilnya," ucap Bagas mengelus punggung Iky yang sedang menyalaminya, begitupun dengan Ara.

Setelah berpamitan mereka berjalan menuju mobil, Bagas dan Vina tersenyum melihat anaknya yang kembali ceria tidak seperti biasanya.

"Semoga aja Iky selalu bahagia yah, Pah." Ucap Vina menatap punggung Iky yang telah hilang ditelan pintu.

Stay With Me RiskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang