Part 9: Murid Baru

9 7 1
                                    

Happy Reading🐣

'Jika dalam mimpi aku bisa bahagia, aku rela tertidur tanpa harus bangun lagi'

~Jihan Fahira Arafandita~

"Kok semalam gw mimpiin Risky yah, kenapa mimpi gw serasa nyata.
Bahkan sikap Risky tidak berubah sedikitpun, dia tetap memperlakukan gw sama seperti kayak dulu, Ky gw kangen sama lo, kapan sih lo balik?" gumam Ara yang duduk didepan meja rias.

Merasa sudah cukup, tidak ada yang kurang sedikitpun dari pertama berpakaian hingga buku yang harus dibawa sudah siap.
Ara menuruni satu persatu anak tangga.

"Morning Ayah, Bunda." Sapa Ara tersenyum.

"Sayang, kamu sakit yah?" tanya Mita khawatir.

"Hah? Nggk kok, Ara gak sakit Bunda. Malahan Ara baik baik aja," jawab Ara sambil mendudukan bokongnya dikursi yang sudah tersedia.

"Kalau kamu lagi sakit, jangan maksain nak." Kini giliran Bram yang membuka suara.

"Ara cuman sedikit pusing doang kok Yah, ntar juga bakalan sembuh." Alibi Ara meyakinkan ortu nya.

"Yaudah, tapi kalau kamu emang gak kuat, kamu jangan maksain yah." Balas Mita yang agak ragu dengan perkataan Ara.

Yaa, hari ini muka Ara sangatlah pucat, bahkan bibirnya pun tampak keungu unguan.
Tapi, Ara ya tetap Ara. Mau bagaimana pun ia akan bersi keras untuk sekolah.

"Ayah anter kamu sekolah yah?" tawar Bram, pasalnya ia takut anak semata wayangnya ini kenapa napa.

"Gak papa Yah, gausah biar Ara di anter sama supir aja," balas Ara sambil mengunyah roti coklatnya.

"Gak ada penolakan, pokoknya Ayah anterin kamu." Penekanan Bram membuat Ara pasrah.

***

"Belajar yang benar yah, jangan maksain kalau kamu sakit! Kalau ada apa apa tlpn Ayah, Oke." Ucap Bram sambil mengelus pucuk kepala Ara.

"Iyaa Ayah, lagian Ara bukan anak kecil ih," ketus Ara yang membuat Bram terkekeh.

"Yaudah, Ara masuk dulu ya Ayah, Assalamualaikum." Ucap Ara sembari mencium tangan Ayahnya.

"Waalaikumsallam."

***

"Eh Ra, katanya bakalan ada murid baru loh," ucap Naysa yang ditanggapi deheman oleh Ara.

"Ishh Araaa! gw ngomong sama loh ih," rengek Naysa yang membuat Ara terpaksa meliriknya.

Bukan apa apa, hari ini Ara sedang males untuk berbicara apalagi yang jadi topik pembicaraan adalah hal yang sangat tidak penting.
Please Nay, kepala Ara lagi pusing. Ditambah lagi dengan mulut mercon lu! hadehhh.

"Nah, gitu dong. Kan kalau ngelirik ke gw gini enak gw ngomongnya," ucap Naysa cengengesan.

"Ehh...ehh, tapi kok muka lu pucat gitu sih Ra, lu sakit yah?" tanya Naysa sambil memegang kening ara.

"OMAYGAATTTT ARAAA, LU SAKIT IHH, BADAN LU PANAS BANGT LU DEMAM YAH? KALAU LU DEMAM KENAPA LU MAKSAIN SEKOLAH SIH RA! UDAH AH GW BILANGIN SAMA GURU YAH BIAR LU PULANG AJA OKE. GW GAMAU LU KENAPA NAPA KALAU MAKSAIN TERUS RA," oceh Naysa yang membuat Ara semakin pusing.

"Apaan sih Nay, gw gak papa. Lagian cuma pusing doang kok," ucap Ara lesu.

"Gak papa gimana lu? sumpah Ra lu mah ish buat gw pengen jadiin lu sate aja deh!" ketus Naysa sambil melipat tangannya di dada.

"Gw panggilin Azril aja yah, biar lu di anterin sama dia oke. GAK ADA PENOLAKAN! TITIK."

"APAAN SIH NAY, UDAH GW BILANG GW GAK PAPA YAA GAK PAPA!" kini giliran Ara yang meninggikan suaranya.

"Ra, muka lu udah pucat kayak mayat banget tau! dan apa tadi? lu bilang lu gak papa! Cih! Mau jadi sok jagoan lu?" ketus Naysa sambil berdecih sinis.

"Ta--tapi gw ga..."

Belum selesai bicara, Naysa sudah dikagetkan dengan Ara yang tiba tiba saja pingsan.

"ARAAA."

"Raa, bangun Ra."

"Woy, lu semua pada buta apa gapunya mata hah, bantuin gw bukan cuma liatin doang!" bentak Naysa yang jengah dengan siswa maupun siswi yang malah menonton dirinya yang sedang menangis, dikira ini drama korea apa.

"Lebih baik kalian panggil Azril, CEPETAN!" lanjutnya lagi dengan menekan kata Cepetan.

Salah satu dari mereka berlari terbirit birit untuk memberi tahu Azril.
Karena takut dengan amukan Nay, maka ia langsung saja berlari.
Tidak lama kemudia Azril datang dengan masih menggunakan kaos basket.
Yaa, dari tadi Azril memang sedang latihan, dikarenakan sebentar lagi akan mengadakan acara pertandingan basket antara kelas di SMA GARUDA.
Maka dari itu Azril memutuskan untuk latihan saja.

"MINGGIR!" bentak Azril yang melihat Ara sudah berlumur darah.

"Zrill, Araa." ucap Nay lirih.

Tanpa memperdulikan perkataan Naysa, Azril langsung menggendong Ara ala bride style.
Itu alasan kenapa Naysa marah marah, pasalnya Ara pingsan dengan mengeluarkan darah dari hidungnya.

"APA KALIAN HAH? BUBAR! GW BILANG BUBAR TOL*L!" bentak Naysa yang membuat mereka bubar seketika.

"Ra, sebenarnya lu sakit apa sih?" gumam Nay sambil meneteskan air matanya.

Bukan lebay ataupun alay, bahkan cengeng.
Selama hidup, Ara tidak pernah pingsan dengan mengeluarkan darah seperti tadi.
Itu alesan kenapa Nay sangat khawatir sama Ara.

***

"SUSTER...SUSTERRR!" teriak Azril yang mengundang pandangan orang orang yang ada di sana.

"SUSTER! ARGHHH! INI RUMAH SAKIT ATAU APA SIH HAH! Azril kembali berteriak seperti orang kesetanan.

"Eh den Azril," sapa suster tersebut sambil tersenyum.

"CEPETAN TANGANIN DIA!" bentak azril yang membuat suster itu membawa Ara ke ruangan IGD.

Di sekolah jam pelajaran sudah dimulai, tapi Naysa tetap saja memikirkan Ara.

"Pagi anak anak." Sapa Buk Nina.

"Pagii Bu," jawab anak anak serempak.

"Oke, hari ini sekolah kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan nama kamu" titah Bu Nina.

Pemuda itu melangkahkan kakinya memasuki kelas tersebut.
Ia berjalan dengan gaya cool nya, baru aja didepan pintu para siswi sudah berteriak histeris.

"Aaaa jodoh aku,"

"Oh pangeran, bidadarimu disini."

'Ganteng banget sih jodoh orang.'

'Bang ikut neng ke pelaminan yu'

Begitulah cibiran cibiran kaum hawa.
Yang membuat sang guru menggelengkan kepalanya.

"Sudah sudah! Kalian diem." Bentak bu nina.

"Silahkan perkenalkan namamu nak."

"Perkenalkan nama gw Risky Maulana Aditama."

Yaps, murid baru itu adalah Risky orang yang pertama yang membuat Ara sakit hati.

"Silahkan kamu duduk dibelakang bangku Naysa."

"Naysa,"

"NAYSA!"

"NAYSA! IBU MANGGIL KAMU!" bentak bu Nina sontak memudarkan lamunan Naysa.

"E--eh iya Bu ada apa?" tanya Naysa terbata bata karena kaget oleh bentakan Bu Nina.

"Sebenarnya kamu lagi mikirin apa sih?" tanya bu nina.

"A--anu Bu itu, eumm saya lagi. Oh iya saya lagi mikirin tugas buat nanti ujian, iya itu bu." Jawab Naysa gelagapan.

"Yaudah, Risky silahkan kamu duduk,"

Tanpa menjawab perkataan Bu Nina, Risky sudah melangkahkan kakinya menuju bangku yang di tunjuk Bu Nina.

Bersambung...

Stay With Me RiskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang