Part 22: Masih Keadaan Duka

3 3 0
                                    

Vote.

Satu minggu berlalu, keadaan pilu masih menyelimuti keluarga Risky, walaupun berat tapi Vina harus berusaha ikhlas, da ia juga harus menepati janjinya pada Dewi untuk menjaga dan merawat El seperti anaknya sendiri.

Disitu juga, Risky sudah menjelaskan semua kejadiannya dari awal hingga akhir sama Ara.
Mendengar hal itu membuat keluarga Ara juga datang ke rumah Risky untuk turut berbela sungkawa atas kepergian mendiang Dewi.

***
Sekarang hari minggu, berarti sekolah libur.
Ara memutuskan untuk berkunjung kerumahnya Risky, siapa tau dengan kedatangan Ara, Vina tidak terlarut dalam kesedihan.

"Bunda, udah yah jangan sedih lagi." Ucap Ara berusaha menenangkan Vina.

"Iyaa sayang," ucap Vina tersenyum.
Walaupun Vina tersenyum tapi tidak bisa dipungkiri kalau hatinya terluka dan menangis.

"Kalau Bunda nangis, nanti cantiknya ilang tau," canda Ara memeluk Bundanya.

"Berarti kalau Bunda gak nangis, Bunda cantik gitu?" tanya Vina membalas pelukan Ara.

"Hu'um, Bunda itu kalau gak nangis cantiiik banget.
Tapi tetap cantikkan Ara," ucap Ara dengan senyum manisnya itu.

"Anak Bundaa, makasih sayang udah tenangin Bunda," ucap Vina mengelus surai hitam milik Ara.

"Iyaa Bunda, lagian kalau Bunda sedih Ara juga sedih tau," ucapnya sedikit manja.

"Umhh, yaudah Bunda gak sedih lagi,"

Melihat istrinya tersenyum kembali, membuat Bagas dan Risky bahagia.
Selama seminggu kematian adiknya, Vina sering menangis apalagi ketika melihat wajah El, ia akan menangis sejadi jadinya.
Tapi setelah adanya Ara, Vina bisa tersenyum dengan lelucon receh yang Ara buat.

Huwaaa..

Huwaaa..

Ketika Ara dan Vina sedang bergurau ringan, dan Risky juga Papanya sedang mengamati mereka dari jauh tiba tiba suara tangisan membuat mereka semua tersadar.

"El," ucap Vina mulai beranjak dari duduknya.

"Biar Ara aja Bunda, bolehkan?" tanya Ara yang diangguki oleh Vina.

Mendapatkan ijin dari Vina, Ara langsung berlari menuju sumber suara El yang sedang menangis, yaitu di kamarnya Vina.

"Ululuhh, anak ganteng kok nangis sih. Kenapa sayang?" tanya Ara menghampiri El.

Umur El itu udah dua tahun, walaupun dia masih kecil tapi dia memiliki otak yang jenius, ia tau kalau Ibu nya meninggal, tapi dia juga berusaha ikhlas karena Vina, Bagas dan Iky yang selalu menasehatinya.
Walaupun begitu, kadang juga El pas lagi tidur suka manggil manggil Ibu nya.
Bahkan dia sering demam karena kangen sama Ibu nya.

"Ibuu," ucap El masih menangis.

"Sini sayang sama Kakak, El kan anak baik jadi El gaboleh nangis yah sayang," ucap Ara menggendong El.

"Tapi El kangen Cama Ibu," ucapnya lirih, hal itu membuat Ara ingin meneteskan air matanya juga, tapi buru buru ia seka, Ara sangat bersyukur karena ia masih mempunyai kedua orang tua yang lengkap, berbeda seperti bocah kecil yang malang ini.

Ara menggendong El dan membawanya menuju ruang tengah, yang dimana orang orang sedang berkumpul.

"El sayang udah bangun," ucap Vina yang ingin mengambil alih El dari pangkuan Ara.
Baru saja Vina mengangkat tangannya El sudah menggelengkan kepalanya.

"Nda au, el au ya cama kakak Ala," ucap El gumush.

Vina tersenyum melihat El yang sudah dekat dengan Ara, padahal mereka bertemu baru sekarang.
Hari hari sebelumnya juga Ara memang sudah bertemu dengan El, tetapi El nya selalu sedang tidur.

"Sama abang aja sini," ucap Iky mengangkat tangannya.

"Ndaa au, El au na cama kakak Ala ada,"
(Gak mau, El maunya sama Kakak Ara Aja)

"Kalau sama Papa?" kini giliran Bagas yang mencoba, siapa tau El mau padanya, tapi nihil El tetap saja tidak mau dan ia makin mengeratkan pelukannya sama Ara.

"El nda au cama meleka, El au na cama kak Ala Ada," rengek El yang sudah berkaca kaca.

"Ululuhh iyaiaa sayang, El nya sama Kak Ara aja oke, yaudah kalau mau sama Kak Ara, El gak boleh nangis yah," ucap Ara menghapus air mata yang telah lolos keluar dari kelopak mata indah milik El.

El menganggukkan kepalanya pertanda 'Iya.
Dan benar saja El berhenti menangis.

Sihir Ara manjur bangt, tadi Vina sekarang El. Wkwk. Canda Ra.

"El mau jalan jalan gak?" tanya Iky yang beralih duduk kesamping Ara.

"Au," jawab El antusias.

"Yaudah kalau mau jalan jalan, El nya sini ke abang dong," bujuk Iky membuat El beralih kepangkuannya.

"Ihh, Bunda liat Iky! masa dia curang gitu sih," adu Ara pada Vina.

"Apaan surti?" tanya Iky terkekeh.

"Papa, Bunda marahin Iky, masa iya dia bujuk El nya pake cara curang gitu," rengek Ara memajukkan bibirnya.

"Udah ah jangan berantem udah pada dewasa juga, gak malu apa sama El?" ucap Vina terkekeh.

"Yaa tapi si upil curang Bunda," ucap Ara sendu.

"Ikyy, kamu udah lebih dewasa masih aja gitu," ucap Bram mengomeli Iky.

"Apaan Iky? si onta aja yang cengeng," ucap Iky ketus.

Melihat perkelahian kecil membuat El pusing." Iiih, jalan jalannya jadi gak cih, El pucing tau dengelin kalian beantem telus," cibir El dengan suara gumush anak kecil gitu.

"Iyaa sayang jadi, salahin dulu tuh mak lampir gara gara dia kita telat jalan jalannya," ucap Iky ketus.

"Mak lampil ciapa, Bang?" tanya El bingung, dan Iky menjawab pertanyaan El menggunakan bibirnya yang mengarah ke Ara.

"Makcud Abang Kak Ala mak lampilnya?" tanya El polos.

"IKYYYYYY!" belum sempat Iky menjawab pertanyaan El, Ara sudah berteriak geram kearahnya.

"Bodo ah nyebelin," ucap Ara merajuk.

"Udah udah, lebih baik kalian bawa El jalan jalan aja. Soalnya Bunda mau istirahat," ucap Vina memecahkan perdebatan anatara anak anaknya.

"Iyaa benar kata Bunda, mending kalian bawa El jalan jalan aja, Papa sama Bunda mau istirahat dulu," lanjut Bagas.

"Yaudah deh, kalau gitu Ara sama Iky bawa El jalan jalan dulu, Bunda sama Papa beneran istirahat, Bunda juga awas aja kalau nangis," ucap Ara memperingati.

Vina tersenyum mendengar perkataan Ara yang begituà peduli padanya." Iya sayang, Bunda istirahat dan Bunda gak bakal nangis lagi," jawab Vina lembut.

"Papa juga harus istirahat gak boleh kecapean," ucap Ara beralih menatap Bagas.

"Iyaa anak Papa yang bawell, yaudah sana kasian El nya," ucap Bagas mengelus surai hitam milik Ara.

"Yaudah kalau gitu kita pamit dulu ya, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsallam,"

"El sini sama Kakak," ucap Ara mengambil alih El dari pangkuan Iky.

"Babay upil kebooo, kita duluan," teriak Ara berlari menggendong El menuju mobil.

"Woy surti, tungguin napa," teriak Iky menyusuli Ara dan El.

Vina dan Bagas geleng geleng kepala melihat tingkah anaknya." Semoga kesedihan ini awal dari kebahagiaan baru keluarga kita dengan haditnya El, Ya Pah," ucap Vina tersenyum.

"Aammin,"

"Ammin,"

Apakah mereka akan bahagia seperti itu?
Atau malah sebaliknya, semoga aja mereka selalu bahagia.

Stay With Me RiskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang