Part 4: Hari Terakhir

12 9 1
                                    

Happy Reading🐣

Pagi hari menyapa, matahari pun bersinar menampakkan dirinya.
Namun, berbeda dengan gadis cantik yang setia dengan selimutnya, ia enggan membuka matanya untuk menyapa pagi hari yang sangat cerah ini. Sehingga seseorang datang membangunkan dia dari alam mimpinya.

"Araa..." Panggil sang Bunda, tapi nihin Ara sama sekali tidak menyahutinya.

"Raa..Sayang, bangun yuk," lanjutnya lagi.

Is ni anak, kebo nya kebangetan. "Sayang, bangun kita sarapan. Iky udah dibawah nungguin kamu tuh." Panggilnya lagi sambil menggoyangkan lengan Ara.

"Euggh...Bunda, Ala masih ngantuk ih." Ucap nya sambil menarik selimutnya kembali.

"Dibawah Iky udah nungguin kamu loh, katanya kalian mau jalan jalan kan? apalagi sekarang hari terakhir kalian libur loh." Ucap sang Bunda yang berhasil membuat Ara membukakan kedua bola mata nya yang indah itu.

Ara mendengus kesal, karena disaat dia lagi enak enak nya bermimpi terbang bersama doraemon dengan menggunakan baling baling bambu doraemon, ehh dengan tidak ada perasaannya sang Bunda malah membangunkan dia. Padahal terbang itu adalah keinginan Ara sejak dahulu. "Iyaiaa! Ala bangun." Setelah menjawab perkataan sang Bunda, Ara melengos pergi untuk melakukan ritual mandinya.

Setelah beberapa menit, Ara melakukan ritual mandinya, akhirnya Ara selesai juga. Ara mengenakan baju lengan pendek putih, sambil mengenakan rok mini di atas lutut berwarna biru muda, tak lupa dengan bando biru yang serasi dengan rok mini yang ia pakai, menambah aura kecantikannya makin bertambah aja.

"Loh, Iky mana Bun?" tanya Ara yang tak melihat keberadaan Risky di meja makan.

"Katanya mau kekamar mandi dulu tadi." Jawab sang Bunda sambil mengambil kan Ara nasi berserta lauk pauk.

Ara hanya menjawab perkataan sang bunda dengan membentuk mulut seperti berucap 'Oh'. Tak lama kemudian Iky pun datang dari kamar mandi.

"Loh, kok muka kamu lesu gitu sih, Ky?" tanya Ara yang melihat raut wajah Risky terlihat sangatlah lesu, bahkan seperti tidak ada kebahagiaan didiri dia, padahal matahari di luaran sana begitu cerah. Tapi mengapa wajah Risky tidak secerah sinarnya matahari, bahkan ekspresi dia menunjukan seakan akan matahari redup dan tidak memberi semangat.

Risky tersenyum melihat wajah Ara, yang menampakan kekhawatiran didirinya. "Iky, gak papa Ra." Jawab Iky sambil mendudukan bokongnya di kursi.

"Hmm, yaudah iya." Ara tidak ingin banyak bicara, ia tau kalau Iky sedang tidak baik baik aja, tapi Iky berusaha menutupi semuanya dari Ara bahkan Bundanya.

Hening, hanya keheningan yang terjadi di meja makan itu. Tanpa adanya yang membuka suara atau berucap, biasanya kalau lagi sarapan seperti ini Ara bakalan bawel banget dengan segala mimpi yang ia alami malam tadi, tapi sekarang semuanya menjadi hening, hanya ada dentuman sendok dan garpuh saja yang mengiringi sarapan pagi mereka.

***

"Bun, Ala sama Iky mau main dulu yah, kan sekalang hali terakhil kita libul." Ucap Ara tak lupa dengan logat nya yang cadel, ntah sampe kapan Ara akan cadel seperti ini.

"Yaudah iya, tapi kamu jangan berantem yah sama Iky." Nasehat sang Bunda, yang di angguki oleh Ara.

"Yaudah Ara sama Iky pergi dulu yah, Bun." Pamit Iky yang di balas anggukan oleh sang Bunda, sebelum mereka berangat seperti biasa mereka selalu menyalami tangan sang Bunda terlebih dahulu.

"Kita mau kemana Ra?" tanya Iky sambil menggenggam tangan mungil Ara.

"Eumm, kemana yah? gimana kalau ke taman lagi aja ky," tawar Ara yang di balas anggukan oleh Risky.

Stay With Me RiskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang