06. Nayeon

67 22 0
                                    

Apa yang harus Yerin lakukan? Yerin sekarang takut. Harusnya kejadian di kantin tadi tidak terjadi jika Yerin bisa mengontrol ucapannya. Andaikan Yerin bisa mengulang waktu, tapi tidak mungkin kan?

Ini hari pertamanya sekolah disini, tapi Yerin sudah terlibat dalam keributan, parahnya lagi Yerin berurusan dengan anak dari pemilik sekolah ini, Im Nayeon. Yerin tidak sengaja membeberkan kelakuan dari murid itu. Ck, kenapa Yerin selalu mudah untuk terpancing emosi?

Yerin harus siap.

Siap jika dia harus dicap sebagai anak aneh. Karena kejadian di kantin tadi pasti akan menyebar sangat cepat, Yerin sudah menduga itu.

Ya begitulah Yerin, dia punya kelebihan yang jarang dimiliki orang lain.

Bisa melihat sifat dan kelakuan seseorang jika Yerin menatap wajah lawannya, menakjubkan... mungkin. Itulah sebabnya dia tidak suka keramaian, dia tidak mau melihat sifat mereka karena tak sengaja bertukar pandang, bahkan melihat hal privasi mereka. Menyebalkan.

Dan ... mungkin bukan hanya itu saja.

Mereka

Yerin bisa merasakannya, tidak bisa melihatnya, hanya bisa merasakannya.

Untung saja Yerin tidak bisa melihat wujud mereka. Walaupun hanya bisa merasakan, tapi Yerin selalu risih karena mereka. Dan Yerin sangat tidak suka itu.

Yerin menatap pantulan wajahnya di cermin, tapi setelah itu dia kembali menundukkan kepalanya, seolah tak ingin melihat dirinya sendiri.

Saat ini, Yerin sedang ada di toilet. Setelah menyimpan roti dan air mineral untuk Yuju, Yerin langsung pergi ke toilet karena seragam dan wajahnya yang basah.

"Eonnie ...." Yerin berucap lirih.

Mata Yerin memerah, namun ia berusaha untuk tidak menangis.

Dia butuh seseorang disampingnya saat ini, ingin ada yang mendukungnya, dan membuatnya tidak seperti sekarang. Tapi Yerin tidak bisa melakukan apa-apa. Yerin takut? Sangat takut.

"Eonnie ... apa yang harus kulakukan?" Satu tetes air mata jatuh membasahi pipi putihnya.

Kamu lemah. Dua kata itu, yang selalu Yerin katakan saat menilai dirinya. Bahkan Yerin sendiri juga bingung kenapa dia selalu berkata seperti itu.

Yerin membersihkan wajahnya, dia tidak suka jika harus melihat dirinya menangis.

"Kamu disini ternyata".

Yerin menoleh ke arah pintu, ternyata Yuju.

Ah ya, soal Yuju, teman pertama Yerin disekolah ini.

Yerin sempat melihat sifatnya, dia anak yang baik dan sedikit ... cerewet, tapi walaupun begitu Yuju punya sifat yang friendly, dan ternyata dia termasuk murid yang pintar.

Tapi ... apa Yuju akan menjauhinya jika tau tentang kelebihannya?

"Iya saya disini, baru saja selesai." Jawab Yerin dengan senyum samar diwajahnya.

Yuju mengangguk. "Jika begitu ayo ke kelas, akan ada guru lain yang mengisi jadwal pelajaran yang kosong."

Yerin mengangguk kemudian beranjak pergi.

"Yerin-a." Panggil Yuju

"Ya?" Yerin menjawab dengan pandangan yang masih lurus kedepan.

"Kamu yang membelikan roti untukku?" 

Yerin menoleh. "Iya, saya yang belikan."

"Tidak usah terlalu formal, santai aja." Yuju berucap seperti itu karena menurutnya Yerin terlalu formal dan kaku saat berbicara.

"Sa– ku usahakan." Yerin sedikit tertawa karena kesalahan pengucapannya.

Yuju hanya tersenyum. "Terimakasih untuk rotinya, padahal aku bisa membeli makanan sendiri."

"Tak masalah bagiku." Yerin menjawab seadanya.

"Aku dengar dari Jennie, seragam punyamu basah saat ke kelas, kenapa?" Uh, pertanyaan tentang itu.

Yerin memandang ke arah lain, mencoba tenang agar tidak salah bicara.

"Ekhem, aku tidak sengaja tersenggol oleh murid lain di kantin, dan minum yang dipegangnya tumpah ke seragamku."

"Benarkah? Siapa dia?"

Yerin bingung, apa dia harus memberitahu Yuju?

"Emm Im Nayeon? Jika tidak salah," jawab Yerin ragu.

"Im Nayeon? Si anak pemilik sekolah ini ya, kamu tidak apa-apa kan?"

"M-maksudnya?" Yerin bingung, Yuju tiba-tiba nanya keadaannya.

"Kamu tidak tau tentang Nayeon?"

"Memangnya kenapa dengan Nayeon?" Sebenarnya Yerin sudah tau, tapi dia tidak mungkin bilang ke Yuju.

"Dia adalah anak dari pemilik sekolah ini, tapi dia punya sifat yang buruk. Nayeon selalu menyiksa murid yang tidak mau melakukan perintahnya, Nayeon merasa jika dia adalah yang harus dihormati di sekolah ini. Perbuatannya pada murid-murid lain memang bisa dibilang pembullyan, tapi pihak sekolah tidak pernah menghukum Nayeon, aku sendiri juga bingung kenapa seperti itu, tapi mengingat jika dia anak dari pemilik sekolah ini, itu bisa saja menjadi alasan para guru tidak mau menghukum Nayeon". Yuju menjelaskan panjang lebar, untung koridor sepi, kalau ada yang dengar terus laporan ke Nayeon kan gawat.

"Cukup banyak yang keluar dari sekolah ini karena terus diperlakukan kasar oleh Nayeon."

Yerin terkejut. Sebegitu nya kah Nayeon?

"Dan aku beruntung tidak pernah berurusan dengannya." Tambah Yuju. "Kamu juga, jika ada Nayeon abaikan saja, apalagi ketika dia bersama dengan dua temannya."

"Dua temannya? Siapa mereka?" Yerin bertanya setelah cukup lama diam menyimak.

"Mina dan Jihyo."

Kening Yerin berkerut, dia tidak tau siapa mereka, dan saat di kantin pun Yerin tidak melihat dua teman Nayeon itu.

"Mereka satu kelas dengan Nayeon. Mina, dia anak dari salah satu guru disini. Dan Jihyo, euu aku kurang tau tentang dia, tapi yang jelas keluarganya termasuk golongan yang berada."

"Mereka seolah terhormati karena status orang tua mereka." Itu bukan Yuju tapi Yerin.

"Kamu benar." 

Dan setelah itu tidak ada percakapan yang lain, hingga mereka sampai di kelas ...

"WOY KUDA BALIKIN BUKU GUE!"




"WOY KUDA BALIKIN BUKU GUE!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Happiness [Back July]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang