4 - | Confused |

1.2K 233 9
                                    

Seulgi merasakan usapan lemah dipucuk kepalanya, Matanya masih terlalu berat buat terbuka tapi gerakan dikepalanya ngebuat dia penasaran. Perlahan dia mulai mengangkat kepalanya dan menyadari kalo dirinya ketiduran beberapa menit lalu.

Pemandangan yang pertama kali liat kala mata seulgi terbuka sepenuhnya adalah senyuman yang sebelumnya sangat dia rindukan. "i- ibu?"

Senyuman itu semakin merekah saat anak pertamanya memeluk tubuh yang sudah merentan itu dengan hati hati, tangan ibu Seulgi berusaha kuat mengusap punggung anaknya yang bergetar.

"A- aku kangen ibu..''

Terasa gerakan kecil naik dan turun dibahu Seulgi. "I- ibu juga k-kangen s..sama s-seulgi..."

"S-selalu.."

Air mata Seulgi semakin mengalir deras mendengar suara ibunya yang terputus-putus dan suaranya sedikit menghilang. Pipi Seulgi ditangkup oleh ibunya yang lantas didorong perlahan. Agar bisa berkontak mata langsung dengan anaknya.

ibu jari nya mengusap lembut jejak air mata Seulgi yang tertinggal. Lalu dia menggeleng mengisyaratkannya untuk berhenti menangis.

Seulgi menurut menghirup ingusnya yang hampir aja turun untuk masuk kembali. Dia menyentuh kedua tangan ibunya lalu dikecup ringan.

Si ibu menoleh ke sekitar ruangan kamer membuat Seulgi mengikuti arah pandangnya, dan langsung menyadari kalo ibunya mencari seseorang.

"Tadi Yeji lagi Seulgi suruh buat beli sarapan dulu bu, dari kemarin dia makannya dikit."

Tapi gelengan yang justru Seulgi dapat,

"i- irene sama anak mu."

"Mereka nanti malam baru bisa kesini, soalnya Irene harus izin cuti dulu sama atasannya."

Wanita paruh baya itu magut magut mengerti sambil mengulas senyum minimnya. "Sampaikan salam ibu buat irene ya seulgi.."

"Ibu juga kangen sama cucu ibu." Ujar ibunya masih terbata-bata namun saat ini lebih terdengar redup dari sebelumnya.

Seulgi mengencangkan sedikit genggamannya ditelapak tangan ibunya, ia menggeleng. ''Ngga ibu harus ketemu dan bilang langsung sama mereka, mereka juga kangen sama ibu mau ketemu ibu." Tubuh Seulgi semakin bergetar juga berkeringat dingin.

"i- ibu lelah seulgi.."

Seulgi berdiri dari kursi mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan si ibu. "N-nngga bu i- ibu harus tetep sama Seulgi."

"Seulgi janji seulgi bakalan pindah ke indonesia oke?"

"Setelah ibu p- pulih ibu pindah kerumah Seulgi, biar Seulgi yang ngurusin ibu. Dan ibu ga akan kesepian lagi nanti, ibu bisa main sama cucu ibu di rumah nanti.."

Lagi lagi perkataan ambigu wanita tua itu bikin Seulgi takut, takut ini akan menjadi yang terakhir kalinya sedangkan seulgi masih belum bisa menunjukan baktinya kepada sang ibu.

Nafas sang ibu mendadak tercekat namun dia masih bisa memaksakan tersenyum menatap mata coklat anaknya yang sudah dibasahi air mata terlalu banyak, pandangannya sudah memburam.

"I- ibu aku mohon.." Seulgi menoleh kearah monitor detak jantung yang mulai berbunyi cepat dan grafiknya yang mulai menurun detik demi detik.

"M-maafin aku ibu harus ngelahirin anak yang ga berguna kaya Seulgi.."

Wanita tua itu masih bisa menyangkal. "i- ibu b- ber..un-ntung."

Untuk yang terakhir kalinya dan genggaman terlemahnya si ibu menopang pipi Seulgi, awalnya Seulgi ingin melepaskannya dan berencana memanggil dokter karena monitornya semakin menghasilkan suara yang intens namun ibunya menahan.

| Es Tèh Tawar |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang