24 - | Between Brother and Sister |

1K 173 109
                                    


Seulgi pulang kerumah tentu aja karena dia berniat balikin mobil dan mengambil barang-barang yang sekiranya dibutuhkan, masalah dia bakalan tinggal dimana juga gampang nanti. Mungkin sementara waktu dia tidur di toko, yang penting Irene tetep bisa tinggal dirumah.

Dia juga sebenarnya masih belum punya rencana selanjutnya terutama tentang anak-anaknya, mereka bertiga akan ikut siapa nantinya? Jangankan itu bahkan Seulgi aja gak tau harus kasih pengertian apa sama anak-anaknya kalo dadda sama mamanya bakalan pisah.

Seulgi gak mau jadi salah satu pihak egois yang ngambil seluruh hak asuh. Mereka masih terlalu kecil untuk ditinggalin salah satu orang tuanya, dan yang pasti mereka sangat butuh perhatian kasih sayang kedua orang tuanya apapun yang terjadi.

Pasangan menikah jika bercerai memang akan merubah status menjadi mantan tapi tidak dengan anak.

Tidak ada yang namanya mantan anak.

Ketika sampai ada mobil asing yang berada dihalaman rumahnya dan Seulgi bisa tebak itu adalah mobil milik Irene lainnya terlihat ada supir yang dia kenal sudah menunggu didepan rumah.

Tanpa perlu buang waktu lagi Seulgi menuju kedalam rumahnya dan dia disambut oleh Irene bersama banyak bawaan kopernya dan sikembar yang hanya terdiam agak berjarak dari Irene tapi saat mereka menyadari ada Seulgi mereka bersicepat berlari memeluk setiap kaki Seulgi.

"Dadddaaaaa!"

"Hei sayang, maafin dadda semalem ga pulang ya." Seulgi mengusak kedua rambut anaknya.

"n-nda papa yan penting cekalang dadda ada dicini." Suara Chaeryeong parau seperti baru aja selesai nangis jadi dia memutuskan buat membopong bocah itu.

"Kenapa ko cery nangis?".

Dia menggeleng lemah, matanya terdapat semburat merah sekaligus hidungnya juga memerah sesekali menarik ingusnya naik. "Dadda nda papa kan?".

Alis Seulgi terjalin mendengar pertanyaan si bungsu. "Dadda gapapa sayang. Emangnya kenapa?".

Tangan mungil yang sebelumnya sudah terbasahi oleh air mata terangkat mengarah ke pipi kanan Seulgi lalu diusapnya perlahan. "C-cemayem celi yiat dadda d-di p-pukuy cama mama."

Dari situ Seulgi teringat bahwa saat mereka berdua bertengkar ada ketiga anaknya di atas dan mereka berdua bertengkar diruang tamu jadi kemungkinan besar mereka penasaran dan mengintip apa yang terjadi.

Rasanya air mata Seulgi ingin ikut turun tapi dia menahannya. Gantinya dia menampilkan senyumnya untuk meyakinkan bocah kecil itu. "Mama ngga pukul dadda, itu karena ada nyamuk dipipi dadda makanya mama mau ngusir nyamuknya."

Dia tidak lagi membalas tapi dari raut wajah yang diberikan itu diantara percaya dan tidak. Mereka bertiga kearah sofa, mengabaikan Irene yang hanya memperhatikan.

Seulgi menyuruh sikembar untuk duduk dulu sementara dia ngobrol sama Irene. "Kalian tunggu sini oke?" Tapi saat dia berdiri tangannya lebih dulu ditahan oleh genggaman jari jemari yoyon.

Dia menggeleng tanpa sebab. "Yoyon takut cama mama, yoyon nda mau pelgi cama mama." Suaranya lirih kecil tapi itu sampai ke pendengaran Irene.

Bagaimana perasaan seorang ibu jika tau anaknya sendiri takut kepada dirinya sendiri? Tentu aja hancur.

Seulgi menghela napasnya, dia berjongkok menyetarakan anaknya yang sedang duduk disofa lalu menakup kedua pipi gembil itu. ''Ga ada yang perlu ditakutin oke? Yoyon sama cery tunggu sebentar disini fokus aja nonton upin ipinnya."

"Yoyon percaya kan sama dadda?".

Dia magut-magut kecil.

Terakhir kalinya Seulgi mencium kening bocah itu sebelum kembali bangkit, menjalankan niat awalnya. Menemui Irene calon mantan istrinya.

| Es Tèh Tawar |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang