12 - | Special Patient 1 |

1K 197 39
                                    

"Selamat datang di kedai es teh ma--- n-niss." Salah satu karyawan terbata ketika melihat kedatangan perkumpulan laki-laki berbadan besar.

Wajahnya datar dan menyeramkan membuat dirinya yakin kalo mereka kesini bukan berniat membeli tapi hal lainnya, dia menendang kaki teman disebelahnya.

"Sat, panggil bos Sehun kalo ga bos seulgi gih cepet. "

Satria terheran mendengar nada panik temannya. "Kenapa sih emang?".

Bintang menunjuk pintu masuk memakai dagunya membuat satria ikut mengikuti arah pandangnya yang kemudian membuatnya menelan gumpalan dilehernya yang tiba tiba terasa penuh.

"Cepetan heh jangan bengong!".

"A-ah iya iya." Satria berlari menuju ruangan Seulgi, kebetulan Seulgi baru aja keluar dari ruangannya tapi dia justru kebingungan karna ngeliat lagak karyawannya gak santai.

"Loh sat kenapa ko panik gitu?".

"Itu b-bos ada preman diluar."

"Preman?".

Seulgi sontak pergi dari sana dan bener aja ada preman-preman yang nyeremin udah mana bawa tongkat baseball dan sebagainya tapi Seulgi ga mau suudzon. Dia mencoba positif thinking, siapa tau mereka cuman mau minum kan ye? Makanya dia ngeberaniin diri buat nyamperin.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Seulgi se-sopan mungkin.

Preman-preman itu saling pandang sambil menepuk-nepuk tongkat ditangannya dengan enteng sebelum kembali mempusatkan antensinya kearah Seulgi. "Kita keamanan didaerah ini."

"Setiap toko disekitar sini harus bayar iuran perbulannya." Ujar salah satu preman yang berada diantara mereka, yang Seulgi bisa tebak dia ini pentolan atau pemimpin dari kumpulan para preman ini.

Seulgi bingung lah apaan banget coba abad 20 masih aja ada preman keliling abal-abal begini, bukannya dia mau nantangin atau sok berani tapi sebelumnya dia gak pernah dapet informasi dari sehun ada iuran pengamanan kaya gini dan lagi aktivitas semacam ini tuh ga bisa dibiarin karna ini bukan iuran pengamanan lebih cocoknya malak alias illegal.

"Maaf tapi kita ga butuh jasa pengaman."

"Apa ucapan saya tadi terdengar seperti penawaran?".

Seulgi menghela napasnya harusnya dia udah tau dari awal mereka ga akan nyerah sampai mereka dapet apa ya ng diinginkan, tapi kalo mengira Seulgi bakalan putus asa, ya nggak lah. Skema pendapatannya aja lagi menurun ya kali Seulgi bakalan ngebiarin ada pengeluaran buat hal yang ga penting kaya gini.

"Ada apa gi?''.

Seulgi menoleh keaeah temannya yang baru datang. "Ini ada yang minta iuran."

"Kita ga punya waktu buat denger perdebatan kalian jadi cepat kasih kita uangnya atau tempat ini akan hancur dalam sekejap."

Sehun menatap Seulgi seolah memberitahu mending ngalah aja dulu tapi Seulgi malah menanggapi dengan gelengan.

"Jawaban saya tetap sama." Tangan Seulgi refleks masuk kedalam kedua kantong sakunya membuat preman itu merasa ditantang.

Mereka tertawa meremehkan lalu dalam sekejap keberadaan bat itu melayang tepat didepan wajah Seulgi namun lengan Seulgi dengan kecepatan kilat menahannya. Tatapan tajam mereka bertemu, Seulgi segera mendorong sebelum menendangnya hingga pria kekar itu tersungkur menubruk kawanannya.

Dari situ kekacauan dimulai, pelanggan yang sedang menikmati waktunya disana pada berlarian keluar kedai.

Tiga preman lainnya menghancurkan segala barang-barang disekitar, memukul meja dengan besi yang mereka bawa hingga terbagi menjadi dua dan sebagainya. Pecahan kaca memenuhi pendengaran mereka semua.

| Es Tèh Tawar |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang