I

311 54 11
                                    

"Petra~"

"Ayah~"

Petra berlari menghampiri ayahnya yang tengah memotong rumput liar di depan pekarangan rumahnya.

"Kenapa tidak bilang? Aku pasti akan menyiapkan-"

"Tidak ayah... Tidak perlu apapun" Ujar Petra sembari melepas pelukannya

Tuan Rall menggenggam bahu putrinya, "Kau sudah besar, bahkan aku saja tidak menyangka bahwa kau adalah putriku yang sangat cantik ini"

"Ayah bisa saja" Jawab Petra dengan senyuman diakhir kalimatnya

"Ayah, aku akan membereskan barang-barangku"

Sesampainya di sana, Petra segera merapihkan kembali barang-barang miliknya, mulai dari baju, properti, dan barang barang penting lainnya. Mengingat kini profesinya adalah sebagai jurnalis dan juga seorang model brand parfume, karirnya melejit ketika pertama kali ia menjalani pemotretan amatir sebagai model pakaian wanita.

Ia membuka pintu kamarnya, dilihatnya kamar yang masih rapih seperti terakhir kali ia meninggalkannya, tidak ada debu, pasti ayahnya selalu membersihkannya. Setelah selesai membereskan barang-barangnya, ia merebahkan dirinya sembarang diatas ranjangnya

"Hmm... Aku merindukannya"

Tiba-tiba, Tuan Rall memanggilnya untuk makan malam bersama

"Petra! Kemarilah! Kita makan malam diluar!"

"Baik ayah! Aku akan bersiap-siap!"

Petra mulai bersiap-siap, stelan dress se lutut dan balutan cardigan putih cukup baginya hanya untuk sekedar dinner diluar bersama ayahnya, tak lupa ia memoles sedikit wajahnya agar tidak terlihat terlalu polos, Petra benar-benar pandai merias diri sekarang.

Setelah dirasa cukup, ia menuruni tangga dan menghampiri ayahnya yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Ayah, aku sudah siap"

"Cantiknya, putri ayah"

~~~

"Boss... Apa ini tidak terlalu mewah? Saya hanya sekretaris biasa, tidak perlu makan di rumah makan semewah ini"

"Aku suka disini, dan ini tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaanmu, jika kau tidak suka silahkan keluar"

"Ah tidak, boss. Saya sangat suka"

Levi, tidak bisa dibilang bos yang ramah karena tampangnya saja selalu memperlihatkan bahwa dirinya seperti ingin menghajar setiap orang yang menatapnya. Dan juga sikapnya yang tegas menjadikannya disegani banyak bawahan dan karyawannya sebagai contoh bos yang baik.

Namun dengan tampang yang seperti itu, ia berhasil memberikan keuntungan dan menanam saham sebaik mungkin bagi perusahaan yang Kenny dirikan.

Kini ia berada di tengah-tengah rumah makan bintang 5 ternama di tokyo berdua bersama sekretarisnya, ia mampir kemari setelah menyelesaikan meetingnya dengan Madam Courine tadi sore.

Sekretaris yang datang bersamanya tampak kebingungan dengan menu yang di sediakan, selain mahal sepertinya makanan ini bukanlah makanan yang matang betulan.
Namun pada akhirnya ia hanya memilih hidangan kecil dengan segelas jeruk.

"Ayle, apa saja jadwalku besok?"

Gadis yang di sebut-sebut sebagai Ayle itu pun membuka buku catatan genggamnya, "Pengisian draf, beberapa pertemuan dengan kolega bisnis dari Australia, rapat pengesahan... Setelah itu anda punya waktu senggang" Jelasnya

Levi memandangi piring di hadapannya, ia memesan pasta extra keju, ternyata kejunya benar-benar sebanyak itu. Ia mulai melahapnya, namun sayangnya kejunya yang lumer berhasil mengotori kemeja dan jasnya.

"Bos.. Yaampun sebentar.."

Ayle mengambil tissue dan mulai membersihkan kemeja bosnya yang terlumuri oleh saus keju, wajah Ayle nampak merah merona, ia dapat merasakan dada bidang Levi di balik kemejanya.

Jaraknya terlalu dekat, Levi sedikit memundurkan badannya, namun Ayle semakin mendekatinya. Levi menatap sekretarisnya dengan wajah bingungnya, apa yang sebenarnya ia coba lakukan padanya?

Mengingat bahwa ia sudah bekerja sebagai sekretarisnya selama 3 tahun, mereka selalu pergi bersama, hampir satu hari penuh Ayle selalu menemaninya, namun tampaknya Ayle sudah salah menempatkan perasaannya.

Ayle mulai berhenti dengan aktivitasnya, ia menatap Levi tajam dari jaraknya yang sama sekali hanya berkisar 10 cm saja dari wajah Levi. Bosnya sangat tampan, walaupun wajahnya menyebalkan, bohong kalau tidak ada gadis yang tidak tertarik padanya.

Ayle semakin mendekatinya, namun Levi tampak memalingkan wajahnya karena merasa terganggu dengan apa yang Ayle coba lakukan padanya. Bisa gawat kalau ia memarahi sekretarisnya disini, pasti ia akan menjadi sorotan banyak pelanggan.

Tiba-tiba saja, datang seseorang dan menahan bahu Ayle agar menjauh dari Levi.

"Cukup! Jauhkan wajahmu dari kekasihku!"



Till The End Of Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang