X

238 45 6
                                    

Petra menatap cincin yang melekat di jari manisnya, ia masih tidak percaya Levi benar-benar melamarnya, selain itu Tuan Rall terlihat sangat antusias setelah memergoki cincin tersebut. Ayahnya pasti akan segera menikahkan keduanya.

Ia kembali teringat, bahkan ia mengurungkan niatnya untuk bercerita pada Levi perihal kejadian yang menimpanya karena ia berusaha untuk tidak menghancurkan semua hal yang telah Levi lakukan sejauh itu

Kini Petra tengah terduduk lemas setelah selesai melakukan pemotretannya, namun beberapa kru terlihat ricuh satu sama lain, beberapa di antaranya terlihat berlarian kesana dan kemari, Petra sedikit bertanya pada Jean akan hal itu.

"Jean? Apa yang terjadi?"

"Huh? Ini hal biasa, permintaan dadakan dari majalah" Ujarnya

Petra mengangkat sebelah alisnya

"Seorang model baru, kami membutuhkannya untuk dua minggu lagi, apa kau punya ide?" Tanya Jean

Pasti majalah akan mengeluarkan brand baru lagi kali ini, tidak heran para kru akan menjadi kacau seperti ini, namun mencari model dalam waktu 2 minggu bukan hal yang mudah bagi mereka.

Petra berfikir sejenak, ia nyaris memikirkan hal gila yang mungkin saja bisa membantu kru-krunya saat ini.

"Jean.. Aku rasa, aku punya ide"

Jean menoleh, ia menunggu penjelasan Petra selanjutnya, namun Petra pergi begitu saja meninggalkannya.

~~~

Petra kembali memasuki caffe tempat Ayle bekerja paruh waktu, ia menatap setiap sudut ruangan karena ia belum mendapati Ayle yang biasanya berdiri di depan kasir. Ia berjalan menghampiri salah satu barista disana, ia menanyakan kabar Ayle. Namun sayangnya barista itu berkata bahwa Ayle absen untuk hari ini, alasannya karena ibunya sedang sakit, jadi tidak ada pilihan lain baginya selain merawatnya dirumah.

Petra berniat mendatangi Ayle sampai ke rumahnya, ia menanyakan alamat tepat rumahnya pada barista tersebut. Ternyata tempat tinggalnya tidak jauh dari kantor Levi saat ini.

Petra tiba di depan gang kecil yang gelap gulita tanpa penerangan selain dari sinar bulan yang kala itu menerpa malam tanpa bintang. Selain itu asap kebul dari kendaraan di tengah kota cukup membuat Petra terbatuk saat hendak memasuki gang tersebut. Ia terus masuk dibantu dengan flashlight ponselnya, ia tiba di ujung gang dengan pemandangan rumah minimalis bernomor 07, ini dia rumahnya.

Petra mengetuk pelan pintu rumah tersebut, dirasa tidak ada jawaban Petra kembali mengetuknya, hingga akhirnya sosok yang ia cari muncul dari balik pintu dengan wajah masamnya

"Kau gila? Apa yang kau lakukan disini?"

Petra menatap Ayle masuk ke mata sebelum akhirnya ia menghela nafasnya lega, "Untunglah aku tidak salah alamat"

Tiba-tiba seseorang lainnya muncul dari balik pintu, "Wah siapa ini? Ayle? Ini temanmu kan? Silahkan masuk"

"Ah terima kasih, tuan..." Petra mulai membuka sepatunya

Ayle memutar bola matanya, ia tampak kesal dengan Ayahnya yang baru saja mempersilahkan Petra untuk masuk ke rumahnya, padahal ia ingin sekali segera menendang gadis hazelnut ini setidaknya keluar dari pekarangan rumahnya

Petra berjalan melewati ambang pintu dan terduduk diatas sofa ruang tamu tersebut, kemudian ia terkejut dengan kedatangan bocah laki-laki yang tiba-tiba saja berada tepat di hadapannya

"Wow.. Kau membuatku terkejut"

Bocah laki-laki itu tampak memandangi Petra, mungkin ini pertama kali baginya melihat Ayle membawa seseorang ke rumahnya.

Till The End Of Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang