Petra kembali menatap rumah di hadapannya, ia benar-benar sangat bersemangat, sebelum akhirnya Ayle muncul dan membukakan pintunya.
"Rumahku tak pernah dikunci, seharusnya kau bisa masuk sendiri" Ucapnya
"Bagus, kemudian aku akan terlihat seperti maling"
Ayle memberi celah untuk Petra disana, kemudian mereka mulai berbincang di dalam ruang tamu. Sebetulnya Ayle masih belum terlalu yakin tentang pilihannya, dan juga bagaimana cara mengatakannya pada Petra.
"Petra... Aku... Akan menerima tawaranmu-"
"Yohooo! Pilihan yang bagus! Aku tau kau pasti akan membutuhkannya"
"Aku belum selesai bicara!" Sambung Ayle
Petra terdiam, ia terlalu senang mendengar tawarannya nyaris di terima
"Aku membutuhkan dana cepat... Menunggu 2 minggu itu cukup lama, bagaimana jika... Argh... Ini sangat memalukkan sekali" Ayle tampak frustasi
Petra masih terdiam mencoba menangkap maksud dari kata-kata Ayle, "Apa yang kau butuhkan? Aku akan membantumu... Anything"
"Apa... Aku ingin meminjam sedikit uangmu untuk membawa ibuku ke rumah sakit, setelah gajiku keluar dari hasil pemotretan aku akan mengembalikannya padamu" Jelas Ayle ragu-ragu
"Tentu saja boleh! Kirimkan saja nomer rekening dan nominal yang kau butuhkan! Kau boleh menggantinya kapanpun! Tidak perlu terburu-buru" Jelas Petra antusias sembari menggenggam tangan Ayle keras
"Err.. Okay? Baiklah lepaskan tanganku"
"Oh.. Sorry" Petra melepaskan genggamannya, ia kembali mengatur posisi duduknya
Ayle menatap Petra dengan tatapan aneh, kenapa gadis ini sangat antusias, apa sebenarnya Petra berniat menjatuhkannya dan membalas dendam pada Ayle?
"Jangan-jangan, kau melakukan semua ini untuk membalaskan dendammu?" Tanya Ayle
"Ah? Ketahuan ya?"
"Jadi benar? Dasar sial-"
Petra tertawa melihat reaksi Ayle, ini sangat menggelikan baginya, ternyata mengerjai Ayle tidak seburuk yang ia bayangkan
"Hahaha... Tidak mungkin... Aku tidak seperti itu, Ayle.. Aku benar-benar ingin membantumu" Jelas Petra lagi
Kemudian Petra kembali meminta nomer rekening dan nominal yang Ayle butuhkan, dalam sekejap uang tersebut sudah masuk dalam rekening bank milik Ayle, kini ia tidak perlu ragu lagi untuk membawa ibunya ke rumah sakit.
Setelah semuanya selesai, Ayle bergegas mengantar Petra, kini tepat sampai di depan gangnya.
"Petra.."
Petra menoleh sebelum ia berhasil memasuki mobilnya, "Hm?"
"T.. Terima kasih" Ujar Ayle sembari menatap jalanan liar
Petra tersenyum, kemudian ia memasuki mobilnya dan menghilang dari hadapan Ayle, setelah menatapi kepergian Petra, Ayle bergegas membawa ibunya menuju rumah sakit.
Dua minggu setelahnya, Ayle tiba dalam studio barunya, dibalut gaun dan perhiasan pada rambutnya juga sedikit polesan pada wajahnya.
Petra menyilangkan tangannya sembari bersender pada lawang pintu ruang rias
Ayle menatap pantulan wajah Petra dari kaca riasnya, "What?"
Petra tersenyum, "Nothing... Just Nothing"
"Jangan menertawaiku"
Maaf saja tapi Petra terlanjur tertawa, ini lucu. Ia belum benar-benar percaya bahwa hal ini akan terjadi, Ayle yang tengah terduduk diatas kursinya. Sungguh Petra merasa sangat senang, Petra berjalan menghampiri Ayle, kemudian ia memegang erat bahu Ayle sembari menatap wajahnya di depan kaca
"Sempurna"
"Apanya yang sempurna? Jangan sok dekat denganku" Tanya Ayle
"Kau.. Aku harus pastikan kau tidak akan mati gaya nanti, oh tapi kuyakin dia pasti akan membantumu" Jelas Petra
"Siapa?"
"Kau akan tahu" Ucap Petra
Setelah itu mereka bergegas keluar menuju studio dan memulai pemotretannya, Petra datang mengampiri Jean dan mengatakan bahwa Ayle masih pemula, jadi dia masih butuh banyak masukan, Petra berkata kritik saja Ayle jika ada yang salah, itu akan membuatnya senang.
Petra menatap Ayle yang tengah berpose di depan kamera, sesekali Petra melepas tawanya hingga Ayle harus kehilangan rasa percaya diri karenanya. Ayle pikir itu sangat menyebalkan, selain itu fotografernya sedikit membuatnya kurang fokus saat berada di depan kamera.
Setelah pemotretan selesai, Ayle menghampiri Petra dengan langkahnya kasarnya.
"Kau menyebalkan, aku tahu kalau kau adalah model profesional!"
"Wah? Apa aku menyita sesuatu darimu? Menurutku kau keren" Ucap Petra dengan cengirannya
Pipi Ayle memerah, ia memandangi Jean sedari tadi, karenanya ia jadi tidak fokus saat Jean mengambil gambarnya.
"Petra.. Siapa fotografer itu, ia membuatku sedikit tidak fokus" Tanya Ayle
"Itu Jean"
Ayle setuju kalau Jean berhasil membantunya untuk berpose namun di sisi lain ia juga yang membuatnya kehilangan kesadarannya, entah mengapa ia merasa malu karenanya. Pipi Ayle kembali memerah setelah mendapati lelaki itu tengah membuka satu kancing bajunya karena hawa yang cukup panas. Ditambah lagi sepertinya Jean sedang berjalan menuju kemari.
"Kerja yang bagus, ladies" Ucap Jean
"Aku tahu itu akan berhasil, jadi apa pendapatmu, Jean?" Tanya Petra
"Bagus... Mungkin dia bisa bekerja disini, hanya butuh sedikit latihan agar terbiasa, i guess" Jelas Jean sembari menatap Ayle
Ayle merunduk, ia tidak berani menatap mata coklat milik Jean, "Ayle, apa kau baik-baik saja?" Tanya Petra
"A.. Aku baik-baik saja, aku permisi sebentar"
Kemudian Ayle pergi meninggalkan keduanya
"Wow.. Itu pertama kalinya aku melihat dia seperti itu" Ucap Petra
"Mungkin dia nervous, ini kan kali pertamanya. Selain itu, kapan kau akan menikah?" Tanya Jean lagi
Petra menatap Jean, itu juga sebuah pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Levi, tapi sepertinya semuanya hanya bergantung padanya, siap atau tidak semuanya ada pada diri Petra sendiri, mungkin selama ini Petra terlalu lama menggantung Levi dan membiarkannya menunggunya.
"Jean.. Kau tahu kan, pernikahan itu hal yang sakral, apa harus secepat ini?"
"Ya.. Tidak ada salahnya jika kalian saling mencintai, besides... Kau tidak akan kehilangan apapun, atau mungkin kau akan mendapatkan hal baru setelah menikah" Jelas Jean
"Oh.. Aku lupa, kau akan kehilangan sesuatu..." Sambung Jean sembari menahan tawanya
Petra mengangkat sebelah alisnya, "Apa? Aku akan kehilangan apa? Jangan membuatku khawatir!"
"Pffft... Tuan Levi sudah pasti akan mengambilnya"
"Apa? Hey! Jangan menggantungku!"
"Lupakan saja... Yang penting kau harus cepat menikah, agar kau tahu apa yang akan hilang darimu"
"Menyebalkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Till The End Of Time [END]
Fiksi PenggemarKehidupan Levi Ackerman sebagai pemilik perusahaan ternama di tokyo dan Petra Rall yang baru saja kembali setelah bertahun-tahun menjalankan program studinya di luar kota. "Kau siapa?" "Ini aku, Petra! Aku kecewa, setelah pulang dari luar kota kau...