XI

249 43 13
                                    

Petra merasa lega setelah bertemu Ayle, walaupun belum tentu tawarannya benar-benar akan diterima setidaknya Petra rasa bebannya sedikit berkurang. Jika diperhatikan, Ayle memiliki wajah yang tidak buruk, maksudnya wajahnya cantik, kalau memang menjadi seorang model itu tidak akan menjadi masalah baginya.

Selain itu Petra akui kalau tubuh Ayle lebih bagus dari pada tubuh kurusnya, bahkan sejenak Petra memandangi dadanya yang masih terlihat seperti buah dada bocah SMA. Ini pertama kalinya ia insecure seperti itu. Yah walaupun begitu, Petra sempat berpikir bahwa Levi benar-benar tidak terlalu peduli dengan fisik seseorang.

Senja datang menutup hari, kini Petra tengah berdiri di depan ruangan Levi seorang diri. Ia berusaha mengetuk pintunya sedari tadi, namun Levi lebih dulu membuka pintunya.

"Sedang apa kau?" Tanya Levi

Petra tersenyum dengan cengirannya, "Ehehe... Aku datang berkunjung"

Levi menarik Petra kedalam dekapannya, Petra membiru, ia tidak bisa bernafas, pelukannya terlalu erat. Petra mendorong bahu lelaki di hadapannya, kemudian ia mengecup pelan pipi putih Levi.

"Aku lembur malam ini" Ujar Levi

Petra mengangguk tanda mengerti, pekerjaannya memang lebih penting, ia tidak bisa meninggalkannya, selain itu Petra tidak boleh egois pada calon suaminya.

Petra mulai mengalungkan tangannya pada leher Levi, "Lev... Moodku sedang bagus"

"Hn? Nande?" Levi balas dengan memeluk pinggang gadisnya

"Ada deh.. Rahasia~"

Levi mengangkat sebelah alisnya, ia teringat akan satu hal, namun ingatannya sedikit samar-samar. Rasanya ada sesuatu yang telah ia tinggalkan sejak kemarin, Levi mencoba mengingat, ah dia menemukannya!

"Kau bilang... Kau ingin menceritakan sesuatu, apa itu ada kaitannya?" Tanya Levi

Petra tersenyum jahil, "Mmhmm? Mungkin"

"Jangan membuatku penasaran"

Petra masih terus tersenyum, tapi kakinya mulai terasa pegal karena harus berjinjit untuk merangkul lelaki di hadapannya, kemudian ia melepaskan rangkulannya dan kembali pada posisi semula, tanpa high heels Petra tampak sejajar dengan dada Levi saat ini, pendek namun Levi sangat menyukainya.

"Kau benar-benar sekecil kutu" Ledek Levi

Petra mengerucutkan bibirnya, "Memang! Kenapa kau suka padaku? Dadaku juga kecil" Jelas Petra

"Kalo begitu akan ku buat mereka berkembang"

"Kya! Hentai!"

~~~

Ayle memandangi kondisi ibunya yang semakin hari semakin memburuk, obat yang ia beli dari apotek tidak terlalu memberikan efek pada penyakitnya, selain itu ia tidak bisa bekerja seminggu penuh karena ayahnya selalu pergi keluar saat siang hari mengganti pekerjaan ibu yang biasanya pergi ke pasar tiap paginya.

Ia masih punya gaji terakhirnya saat masih bekerja di perusahaan milik Levi, namun setelah terpakai uangnya akan habisa tak tersisa, dan mungkin hanya cukup untuk menyewa kamar rumah sakit selama 2 hari. Keringat meluncur membasahi kening Ayle, Ini sebuah pilihan sulit namun ia tidak bisa egois atas pilihannya sendiri, keluarganya tengah membutuhkan dana cepat.

Namun menunggu uang dalam waktu 2 minggu juga bukanlah waktu yang singkat, ia benar-benar sedang membutuhkan uang.

Ayle memandangi kertas yang Petra berikan tempo lalu, ia mulai memencet beberapa tombol pada ponselnya, kemudian ia meletakannya pada daun telinganya.

"Moshi... Moshi..."

"Petra"

"Ooo... Ayle, ada apa? Kuharap kau menelponku karena berubah pikiran"

"Hn.. Sepertinya begitu"

"Yosh! Minggu depan-"

"Kita harus bicara, tidak disini"

"Ah~ kalau begitu aku akan datang berkunjung besok~"

"Ya.."

"Ja~ ma-"

Tut... Tut...

Ayle memutus panggilan secara sepihak, ia berniat meminjam sedikit uang milik Petra, kemudian setelah ia menerima tawarannya menjadi seorang model, ia akan menggantinya setelah mendapat gaji pertamanya. Tidak ada cara lain, ini adalah alternatif paling cepat yang ia punya, meskipun itu artinya ia harus meminta bantuan pada wanita yang sangat ia benci seumur hidupnya. Katakanlah bahwa dia bermuka dua, tapi itu memang kenyataannya, Ayle merasa dirinya memang pantas untuk dibenci juga.

"Sebenarnya apa yang sedang aku lakukan sih.. Hahhh..." Desah Ayle

~~~

Petra tampak senang dengan panggilan barusan, ia sampai tidak sadar kalau ayahnya tengah memandanginya di ambang pintu kamarnya.

"Ekhem... "

Petra menoleh dan mendapati ayahnya disana, "Eh ayah, ada apa?"

"Jadi... Kapan kau akan menikah?"

Petra mengangkat bahunya, "Entah... Levi baru saja melamarku kemarin ini, yah"

"Begini.. Ayah sudah tua, dan kau anak satu-satuku.." Ucap Tuan Rall sembari mengaduk kopi miliknya

"Pasti ayah ingin cucu kan.. Tenang saja setelah menikah kami akan membuatnya dengan cepat untuk ayah"

"Benarkah? Baguslah, sebetulnya tidak perlu menikah pun tidak masalah bagiku"

Petra melotot setelah mendengar pernyataan ayahnya barusan, "Tidak! Aku ingin menikah terlebih dahulu!"

"Ya apa boleh buat.. Lakukan dengan cepat~"

Kemudian Tuan Rall menghilang dari balik pintu, menyisakan Petra yang masih terbaring diatas kasurnya, Petra menatap langit-langit kamarnya, ia masih merasa senang karena Ayle mengajaknya untuk bertemu, apa itu artinya ia akan menerima tawarannya ya? Semoga saja harapannya tidak di jatuhkan

"Dengan begini Ayle tidak akan kesulitan mencari uang lagi" Ujar Petra

Till The End Of Time [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang