Segara bergerak dengan cepat mencari kemana Andien. Seharusnya tidak susah, karena tidak banyak gadis yang berpakaian seperti itu saat ladies night. Sayangnya, karena padatnya pengunjung dan pencahayaan yang tidak terlalu terang, membuatnya kesulitan mencari di mana gadis itu berada.
Ia kemudian bergerak ke arah bar, dan mencoba mencari ke sana. Barangkali Andien terdorong ke sana, atau ditarik seseorang, tetapi nihil gadis itu tidak di sana. Bergegas ia merogoh saku celana jeans dan mencari ponselnya, mencoba menghubungi Juna.
"Ape? Bukannya tadi kamu ngilang sama Andien, kenapa telpon-telpon? Butuh tambahan orang?" Sahabatnya bertanya sambil tertawa.
"Bego, Andien ilang. Aku nggak bisa nemuin dia." Segara berbicara ditelepon, sambil tetap mencari dimana keberadaan gadis itu. Ia kemudian teringat sesuatu, bahwa Arya, mantan pacar Andien saat kuliah beberapa kali terlihat di Hell's Hole. Ia takut terjadi sesuatu pada Andien. Tidak, tidak ada yang boleh menyakiti temannya. "Juna, lo cari di tempat biasa Arya duduk. Cepetan!"
"Arya? Arya Sinatra?" Juna mengkonfirmasi lagi dan Segara mengiyakan, lalu menotop teleponnya.
Ia hanya berharap semoga Andien tidak di bawa masuk ke salah satu ruang privat tertutup di belakang sana. Segara kemudian bergegas menuju bagian kelab yang mengarah ke pintu masuk ruang privat yang dijaga oleh dua bouncer bertubuh gempal.
Benar saja, tepat di depan pintu masuk, ia melihat Andien sedang berusaha melepaskan diri dari cengkaraman Arya. Namun, tubuh Andien yang sekecil itu tentu tidak sebanding dengan tenaga lelaki itu yang mencengkeram dan menyeret lengannya.
Segara menerobos kerumunan orang , dan meletakkan tangan di bahu Arya. "Kayaknya dia nggak mau deh.."
Arya terkejut mendapati Segara sudah berdiri di belakangnya. "Anjing! Nggak usah sok ikut campur." Lelaki itu mendorong bahu Segara keras.
Andien yang lengannya sudah dilepaskan oleh Arya, segera bergerak untuk bersembunyi di belakang Segara. Namun, baru saja ia berjalan rambutnya sudah dijambak dengan kasar, membuatnya mengaduh.
"Eh, jangan kasar dong! Lepasin nggak?" Segara mengancam lelaki itu.
"Emang kenapa? Pacar-pacar aku, kok kamu yang ikut campur." Sepertinya Arya terlalu banyak minum, sampai mengakui Andien sebagai pacarnya.
"Kamu gila, Ar. Kita udah putus dari bertahun-tahun yang lalu." Andien berteriak kepada Arya.
"Bangsat, berisik!" Arya nyaris melayangkan tamparan ke pipi Andien, yang langsung ditangkap oleh Juna.
"Bro, gue nggak suka liat keributan kayak gini di tempat gue." Juna menatap Arya dengan pandangan memperingatkan. "Jadi tolong lepasin temen gue. Mumpung gue mintanya baik-baik ini."
"Kalo nggak?" Arya mengangkat dahu tinggi-tinggi.
"Kalo nggak, yaudah kita ribut di sini. Lo ribut sama gue, seumur hidup gue banned dari sini dan tempat-tempat lainnya. Gimana?" Juna dengan tenang melanjutkan.
Setelah saling menantang selama beberapa saat, Arya akhirnya melepaskan tangannya dari rambut Andien. "Sampai ketemu, Ndien." Lelaki itu tersenyum dan berusaha meraih tangan Andien untuk menciumnya. Namun, Juna lebih cepat menepis tangan lelaki itu, dan memerintahkan para petugas keamanan untuk mengawal Arya keluar.
Segara langsung berdiri di hadapan Andien, dan mensejajarkan mata dengan gadis itu. Andien menatapnya balik, air mata sudah nyaris menggenangi pelupuk matanya. Badan gadis itu gemetar ketakutan.
"Anterin pulang aja dulu,Gar. Nanti Jendra, aku yang kasi tau." Juna menepuk pundak sahabatnya. " Sori ya, sayang! Semoga kamu nggak kapok ke sini lagi. Nanti Arya biar aku yang urus."
*
Andien duduk di dalam mobil Segara sambil memeluk dirinya sendiri. Ia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Arya hari ini. Andien bahkan harus pindah dari Surabaya, demi menghindari lelaki itu. Ia kemudian merasakan sweeter Segara melingkari tubuhnya.
"Sudah lama Arya ganggu kamu?" Segara bertanya.
"Setelah aku balik ke sini, udah nggak pernah. Cuman beberapa kali nelpon, WA, apa sms gitu, dengan nomor yang berbeda-beda." Andien berkata dengan terbata-bata. "Muncul di kantor, tapi orang-orang kantor udah pada tau, terus nggak dibolehin masuk."
"Kamu udah bilang orang tua kamu? Bunda Tia tahu?"
"Awalnya Bunda nggak tahu, tapi lama-lama tau juga. Makanya aku mau pindah dari kos, kembali ke rumah." Gadis itu kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Aku ngerasa kayak anak kecil tau, Gar, bukan wanita dewasa. Ketakutan dan nggak berdaya sama hidupku sendiri."
Andien menangis tersedu-sedu. Sementara Segara diam menatap gadis itu. Tidak seharusnya seorang gadis sebaik Andien mengalami hal seperti ini. Ia menepuk-nepuk bahu gadis itu berusaha menenangkannya, sambil menyodorkan tisu untuk menghapus air mata Andien.
*
Dear all my lovely readers,
wow, karena saya baik. Part ini selesai lebih cepat. wakakakaka...canda. ini diketik sambil nungguin pesenan takjil. karena pesanannya udah datang, cuz markipul.
Selamat menantikan berbuka puasa ya teman-temana. Semoga ibadah puasa kita hari ini, diterima Allah SWT. aamiin.
Hugs,
Kanaya Aprilia.
22-04-21
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)
ChickLitSudah Terbit di CABACA. Tayang setiap hari senin. Beberapa part sudah dihapus untuk keperluan penerbitan. #1 Indonesia 21/06/2021 #1 Kota 04/09/2021 #11 metropopindonesia 11/06/2021 Start maret 2021 - may 2021 Hidup adalah pilihan. Bahkan untuk Dahl...