13 B. Confession

840 56 3
                                    

Sepupunya sudah pergi beberapa jam yang lalu, dijemput sebuah mobil Alphard berwarna putih. Semenjak putus dengan Mario, ia tidak pernah merasakan lagi menaiki mobil mewah tersebut. Mungkin lebih baik tidak pernah merasakan rasanya memiliki fasilitas mewah, daripada pernah merasakan kemudian kehilangan. Sakitnya mungkin hampir sama seperti kehilangan Mario.

Apa kabar Mario, ya? Lelaki itu benar-benar sudah melupakan Dahlia, atau jangan-jangan ia pernah mencoba gadis itu. Ah, sudahlah tidak ada gunanya buat apa mengingat-ingat kembali masa yang sudah lalu.

Udara malam Surabaya terasa hangat di kulitnya. Dahlia sedang berdiri sambil menyandarkan badannya di balkon depan kamarnya. Gadis itu mengenakam celana pendek satin, tank top dan melapisinya lagi dengan kimono bermotif senada.

Ia sudah mengucapkan terima kasih kepada Samuel untuk bantuannya, dan berjanji akan mengembalikannya secepatnya. Seperti sudah diduga, lelaki itu hanya mengatakan tidak usah dipikirkan. Samuel ikhlas membantu Dahlia, karena ia tidak suka melihat gadis yang disayanginya kesulitan.

Angin meniup lembut rambut panjang gadis itu, menerbangkan helai-helainya. Pandangan Dahlia menerawang ke atas memikirkan ibu dan adiknya. Ia kemudian mengambil ponselnya, dan mentransfer uang yang ia terima dari Samuel kepada ibunya.

"Untung kita (kamu) transfer segera. Mami sudah disuruh tebus obat adikmu. Dia harus cepat di nebu lagi buat ngeluarin sama ngencerin dahaknya." Ibunya berkata.

"Iya, Mi. Untung Dahlia ada teman mau kasi pinjam. Doakan Lia bisa kasi kembali cepat ya, Mi." Bagaimanapun Ratih tetap ibunya, dan Dahlia selalu mengharap agar Ratih mendoakannya. "Mami hemat-hemat dulu, ya. Jangan beli-beli yang nggak perlu dulu."

"Iye, Nak. Hati-hati ki di tanah rantau, nah!"

Untuk pertama kalinya setelah ia merantau ke Surabaya, ibunya tidak mengeluh soal uang dan mendoakannya agar berhati-hati. Mungkin Ratih sedang banyak pikiran, sehingga fokusnya teralihkan karena Fatih sedang sakit.

Pandangan Dahlia tertumbuk pada sebuah sedan hitam yang ia kenali sebagai mobil Samuel. Ada apa gerangan malam-malam lelaki itu ke sini? Gadis itu segera menutup panggilan telepon dan memastikan apakah benar yang datang adalah Samuel.

Benar saja, begitu sedan mewah itu terparkir, dari dalam mobil keluarlah Samuel. Lelaki berkacamata itu mengenakan kaus berkerah pas badan berwarna emerald green dan celana chino berwarna khaki. Pandangan mereka bertemu dan lelaki itu melambai ke arah Dahlia.

Gadis itu merapatkan kimononya dan berjalan turun untuk menemui Samuel. Jantungnya berdebar kencang di tempatnya. Ia memeluk dirinya sendiri dan mengusap kedua lengannya sembari berjalan, meredakan rasa gugup yang tiba-tiba bermunculan.

*
Samuel menelan ludah begitu melihat gadis bermata indah itu turun menemuinya. Kaki jenjangnya hanya tidak tertutupi sama sekali oleh celana pendek berenda yang hanya berhenti di pertengahan pahanya.

Kalau gadis lain, biasanya berpakaian seperti itu dengan maksud menggodanya. Namun, dengan Dahlia, ia tidak yakin gadis itu menyadari efek yang dia timbulkan saat mendatanginya dengan pakaian seperti itu.

Tangannya sudah gatal untuk menyentuh dan merasakan lembutnya kulit gadis itu di tangannya. Namun, Samuel harus menahan diri, Dahlia berbeda dengan Sandra yang memang terbiasa melakukannya demi uang. Gadis-gadis seperti Dahlia, butuh diarahkan dan diyakinkan, untuk mengambil keputusan yang tepat dan menguntungkan.

Namun, bukan Samuel namanya, jika tidak tahu bagaimana cara meluluhkan seorang gadis seperti Dahlia.

"Hai Lia sayang, apa kabar?" Sapanya begitu gadis itu mendekat.

*
Dear all my lovely readers,

Dont forget to vote and comment.

Thanks,
Kanaya Aprilia.

8/5/21

PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang