22. Levitating

699 38 3
                                    

Dahlia khawatir, bagaimana bila Marina menyampaikan apa yang dilihatnya pada teman-temannya. Namun, kekhawatiran itu menguap tergantikan dengan debaran menantikan saat bepergian berdua dengan Segara.

Ia bahkan sudah berencana berbelanja baju saat istirahat kerja agar terlihat cantik di hadapan kekasihnya.

Entah mungkin karena sibuk atau apa, Marina seharian tidak muncul di kubikelnya. Dan ia juga terlalu takut dan malu untuk mendatangi gadis itu. Lagipula apa yang mau ia katakan pada
rekan kerjanya itu, menjelaskan apa yang sebenarnya ia lakukan dengan Samuel. Apa yang Marina lihat tadi pagi tentu sudah cukup baginya untuk mengambil kesimpulan tentang apa yang sudah mereka lakukan.

Gadis itu akhirnya menyibukkan diri untuk berbelanja. Berdua bersama Sandra, ia menghabiskan waktu untuk membeli baju baru. Dahlia yakin Segara pasti semakin takluk pada pesonanya, ketika bertemu dengannya nanti.

Ia membeli beberapa celana jeans berpotongan pensil, dress floral selutut, cardigan, sweater, dan sebagainya. Gadis itu bahagia. Dulu apabila berbelanja, ia harus berhati-hati dengan keuangannya. Kini, Dahlia bebas membeli dan memasukkan apa saja tanpa takut uangnya habis dan tak bisa makan.

*

Segara menjemput Dahlia di kantornya, kalau biasanya ia menunggu di dekat mobilnya atau langsung menjemput gadis itu di depan lobby. Kali ini lelaki tampan berwajah oriental itu menunggu di kursi ruang tunggu di area lobi.

Beberapa gadis yang lewat pun sempat mencuri pandang dan mengaggumi sosoknya yang tampan.

"Gara? Nungguin siapa?" Marina tiba-tiba muncul dan menyapanya.

"Hei, Kantor kamu di sini?" Segara terkejut tetapi senang melihat Marina. Ia menyalami gadis itu dengan akrab.

"Iya, aku kan mutasi ke sini." Gadis berkulit hitam manis itu tersenyum. Ia sungguh gembira bertemu dengan lelaki pujaannya. "Mau ketemu siapa? Mau aku anterin?"

Segara menggeleng, ia bilang akan menunggu saja di sini. "Nanti bentar lagi dia turun, kok! Aku jemput dia." Kebahagiaan jelas terpancar dari Segara. Matanya berbinar-binar ketika membicarakan Dahlia.

"Siapa, sih? Kamu bikin aku penasaran aja."

Segara kemudian menceritakan tentang gadis yang sudah lama dikejarnya dan sekarang resmi menjadi kekasihnya.

"Ciyee, baru jadian!" Marina memaksakan senyumnya dan memberi selamat kepada lelaki itu. "Selamat, ya! Enggak, kok, aku nggak minta traktir." Gadis itu buru-buru menambahkan.

Ia bukan masokis, yang membiarkan hatinya tercabik-cabik menyaksikan orang yang dicintainya bermesraan dengan orang lain. Diundang pun, Marina akan mengarang berjuta alasan untuk tidak datang.

Sore ini Segara mengenakan sweater berwarna cornflower blue di atas kemeja putihnya. Rambutnya sedikit lebih panjang daripada terakhir kali Marina bertemu. Ingin rasanya ia menyusurkan jemarinya ke rambut tebal yang sedikit berantakan itu dan merapikannya. Marina bisa melihat bakal janggut dan kumis yang akan tumbuh di wajah lelaki itu, membuatnya semakin tampan di mata Marina. Sayangnya, lelaki itu bukan miliknya.

"Mas Segara, udah lama nunggunya?" Sebuah suara menyapa lelaki itu, diikuti bunyi keletak keletuk hak sepatunya.

Marina menoleh dan mendapati Dahlia tersenyum kepada Segara. Mata gadis itu kemudian menatap Marina dan ekspresinya berubah.

"Hai, Lia. Sini, kenalin ini Andien." Segara memperkenalkan keduanya dengan gembira. Ia sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi di antara keduanya.

"Oh, aku udah kenal, kok! Ya, kan, Lia?" Marina menatap gadis itu dengan tajam. Ia sungguh tidak terima Segara yang baik hati, bisa mendapatkan gadis jalang seperti Dahlia.

"Oh, iya, yah! Kalian kan sekantor," kata Segara dengan ceria. "Jadi sekarang kami udah pacaran, Ndien." Lelaki itu tersenyum lebar, sementara Dahlia hanya menunduk. Sibuk memandangi kuku kakinya.

*

Dear all my lovely readers,

Dont forget to vote and comment.

Pray for Palestine,
Kanaya Aprilia.
17/5/21








PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang