21 B. how much you wanna risk?

714 36 6
                                    

Dahlia menelan ludah dan mengendalikan ekspresinya. Semoga Samuel tidak melihat ia pulang dini hari diantar Segara tadi. Gadis itu memasang senyum paling ramah dan menggoda yang ia punya.

"Hai Sayang, tumben malem banget datangnya?" Dahlia tersenyum dan mengamit lengan lelaki itu, lalu mengajaknya masuk ke dalam.

Samuel menatapnya sambil tersenyum, lalu telunjuknya menjawil hidung gadis itu mesra. "Tumben, senenga banget ketemu aku. Kemarin-kemarin, kalau aku datang cemberut."

Dahlia segera berpikir cepat untuk menjawab agar Samuel tidak curiga. "Kemarin-kemarin aku lagi capek, Sayang. Kebetulan surat masuk ke Pak Rido banyak banget dan aku dikasi kerjaan sama si itu yang biasa aku ceritain." Gadis itu berkata dengan nada manja. "Baru datang?"

"Iya, baru banget. Tadi habis dari Bandara langsung ke sini, besok pagi langsung ke rumah." Lelaki itu kemudian meletakkan koper dan ranselnya di lantai. Kedua tangannya memegang bahu Dahlia agar menghadapnya. "Kamu nggak kangen sama Om?"

"Jadi sekarang mau dipanggil Om, nih?" Godanya pada Samuel. "Kangen dong, tapi aku kan nggak boleh nelpon duluan." Dahlia berpura-pura cemberut.

"Kalo kangen, aku mau ya, sekarang!" Bibir lelaki itu langsung melumatnya tanpa ampun.

Dengan nafas terengah-engah, Dahlia menghentikannya. "Mandi dulu, ya!" Ia kemudian menggandeng tangan lelaki itu ke kamar mandi, dan mengunci pintunya.

*

Marina berusaha menelepon Dahlia, tetapi gadis itu belum mengangkatnya. Ia berencana mengambil beberapa kotak kardus yang kemarin dititipkan di kamar Dahlia. Marina merasa tidak enak, apabila terlalu lama menitipkannya.

Ada buku yang sudah dijanjikan Marina untuk dipinjam oleh temannya, serta yang mau disumbangkan untuk perpustakaan kantor. Maka dari itu gadis itu memutuskan untuk mampir ke kosan Dahlia, sekaligus menawarkan tumpangan. Siapa tahu ia mau berangkat bersamanya. Marina bahkan sengaja meminjam mobil ayahnya, agar bisa mengangkut semua sisa barang yang ia titipkan.

"Kemana ini anak? Apa masih mandi atau sudah berangkat?" Marina mengarahkan mobilnya menuju kosan Dahlia. "Udahlah, mampir aja dulu. Nanti kalo nggak dibukain pintu, atau apa, balik kantornya." Ia berkata pada dirinya sendiri.

Sepagi ini, penjaga kos mereka pasti sudah mulai membersihkan pelataran kos. Benar saja, ketika tiba di sana, Hendi sedang menyapu daun-daun kering menggunakan sapu lidi. Pagar kosnya pasti sudah terbuka. Marina kemudian masuk dan memarkir mobilnya dibawah pohon.

"Pak Hendi, apa kabar? Udah bersih-bersih aja, nih, pagi-pagi." Marina menyapanya.

Pagi ini Marina mengenakan kemeja putih dan celana abu-abu, sebuah lanyard yang berisi id card tergantung di lehernya.

"Eh, Mbak Marina, apa kabar? Mau ketemu siapa?" Hendi menyapanya ramah.

Dulu setiap kali Marina pergi ke luar dan pulang malam atau datang dari luar kota, ia pasti membawakan Hendi buah tangan.

"Dahlia, ada nggak, Pak? Udah berangkat belum?"

"Belum, Mbak. Wong mobilnya Mbak Sandra masih ada, kok." Hendi kemudian berkata dengan setengah berbisik," Mbak Dahlia itu sering ada tamunya."

"Pacarnya kali," tebak Marina. "Nginep?"

Lelaki berusia 40 an itu mengangguk. "Ya, mungkin pacarnya. Om-om tapi, Mbak. Paling seumuran saya. Tapi kaya kayaknya Mbak. Mobilnya aja Mercy."

Marina mengangguk-angguk. Karena tidak melihat mobil sedan mewah tersebut, gadis itu berasumsi pacarnya Dahlia tidak menginap hari ini.

"Eh, tapi hari ini nggak menginap kan, cowoknya?" Marina bertanya menastikan.

"Enggak koyok e, wong mobil e gak ada."

Marina kemudian permisi untuk menuju kamar Dahlia. Ia lalu mengetuk pintunya sambil mengucapkan salam. Agak lama, Marina mengetuk ketika pintunya terbuka lebar.

"Sandra berisik banget, kamu ganggu saya sama...," kata-kata Samuel langsung terhenti di udara begitu melihat Marina.

Marina bengong melihat keberadaan Samuel, yang terlihat jelas habis mandi. Dengan wajah segar dan rambut basah. Untungnya Samuel sudah berpakaian, walaupun hanya kaus putih dan boxer pants.

"Siapa, Yang?" Marina bisa mendengar suara Dahlia dari dalam. Ia mendengar langkah kaki yang mendekat dan Dahlia memandangnya dengan terkejut. "Mbak Marina...."

"Kayaknya lagi pada sibuk, aku balik besok aja. Yuk, duluan!" Marina langsung berbalik meninggalkan mereka berdua dengan langkah cepat.

Ia merasa jengah sudah memergoki Samuel dan Dahlia. Tidak butuh otak cerdas untuk mengetahui apa yang mereka berdua lakukan. Dengan Samuel yang baru selesai mandi, dan Dahlia yang hanya mengenakan bath robe. Tidak mungkin lelaki itu datang ke kosan gadis itu sepagi ini untuk menumpang mandi.

*

Dear all my lovely readers,

Yeay, makin menuju ending. Libur sudah usai, besok waktunya kembali bekerja.

Btw saya kadang kalo buka wattpad suka sedih ya. Banyak banget cerita esek-eseknya 🥲. Padahal sebenarnya cerita dewasa itu bukan melulu tentang adegan seks, tapi permasalahan kehidupan orang dewasa juga termasuk. Dan yg lebih ngeri, masa ada cerita seks bapak anak, kakak beradik. Naudzubillah min dzalik. Kok udah mirip kayak hewan ya, padahal kita ini manusia diciptakan makhluk paling sempurna sama Allah karena dikasi akal. Lah moso melakukan perbuatan yang binatang kayak gitu.

Saya mmg bukan penulis cerita religi, tetapi saya prihatin dengan munculnya cerita-cerita erotis yang seperti itu.

Seperti biasa, jan lupa vote and komen. I'll see you soon.

Pray for Palestine,
Kanaya Aprilia.
16/5/21

PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang