Dahlia menatap lelaki yang sedang terlelap di sampingnya dengan penuh cinta. Wajah tampan yang sedang kelelahan itu begitu indah untuk dipandang. Segara berbaring telungkup dengan selimut menutupi bagian bawahnya, menyisakan punggunya yang telanjang.
Ia tidak menyesal meminta Segara tinggal bersamanya. Berkali-kali lelaki itu bertanya apakah Dahlia yakin akan melakukannya? Ia tidak ingin gadis itu menyesal dan membencinya. Bahkan ketika Dahlia jujur bahwa ini bukan yang pertama untuknya, Segara tetap menanyakan kesediaannya.
Lelaki itu melakukannya dengan penuh cinta, seolah-olah Dahlia adalah sebuah barang pecah belah yang harus dijaga baik-baik. Setiap sentuhan, belaian, kecupan, ia lakukan dengan lembut dan hati-hati. Tentu saja berbeda dengan Samuel yang kadang tidak peduli pada kenyamanan Dahlia.
Jemarinya mengelus lembut rambut lelaki yang sedang tertidur. Segara tersenyum dan memegang tangan yang sedang membelainya.
“Hei, kenapa ngeliatin aku terus?” Segara bertanya dengan setengah berbisik. “Aku ganteng, ya?”
“Nggak,” jawab Dahlia cepat sambil tersipu. Gadis itu merapatkan selimut menutupi dada. Di baliknya mereka berdua sama sekali tidak mengenakan apa-apa.
Kamar yang tadinya rapi itu, kini berantakan. Pakaian keduanya berserakan di lantai dan tidak ada yang bergerak untuk memungutnya kembali. Ranjang berseprai putih itu menjadi saksi penyatuan tubuh mereka berdua. Berdua mereka mengayuh, dan berpeluh. Segara mampu membuat Dahlia berteriak, merintih, memohon dan mengiba dengan sentuhannya.
“Did I hurt you?” Dahinya berkerut khawatir ketika menyuarakan pertanyaannya pada Dahlia. Ia lupa gadis itu tak bisa berbahasa Inggris. “Sori, aku bikin kamu sakit? Ada yang sakit?”
Gadis itu menyunggingkan senyum manisnya dan menggeleng. Rambut panjang tergerai dan sedikit kusut jatuh ke dadanya. Dahlia menjilat bibirnya sendiri dengan lidah sebelum menjawab. “Enggak,” katanya pelan sambil tersipu. Gerakan sederhana yang sebenarnya dilakukan karena bibirnya kering itu memancing gairah Segara.
Lelaki itu segera bangkit dari tidurnya, tangannya meraih belakang leher Dahlia dan mencium bibirnya.
“Harusnya pesen satu kamar saja, karena kayaknya aku nggak bakal keluar-keluar dari ranjang kalo berdua sama kamu.” Bisiknya setelah mereka berhenti berciuman.
*
Segara sedang mengambilkan Dahlia minuman, ketika Juna tiba-tiba ada di sebelahnya. Mereka sedang berada di cafetaria Taman Safari untuk makan siang setelah seharian beraktivitas.“Kalo dari aura-auranya, ada yang barusan dikasih jatah bolak balik sama pacarnya.” Sahabatnya itu menggoda ketika melihat ekspresi berseri-seri di wajah Segara.
“Berisik lo,” kata Segara sambil tertawa.
Mereka berdua terlihat seperti pengantin baru yang tidak bisa lepas dari satu sama lain. Jemari keduanya hampir tak pernah berpisah, senyum tak pernah meninggalkan wajah mereka berdua. Sesekali Segara akan mencuri mencium pipi gadis itu, atau merangkul pinggangnya mendekat.
Semua tentang Dahlia membuat Segara jatuh cinta. Mata indahnya yang seketika mendadak sayu dan berkabut karena sentuhan Segara. Ekspresi wajah gadis itu ketika meneriakkan namanya. Kerutan kecil yang timbul di hidungnya saat tertawa mendengar lelucon yang ia lontarkan. Jemari mungilnya yang pas di genggaman lelaki itu.
“Kenapa?” Dahlia tersenyum menggoda. Memandangi bibir mungil yang dipulas liptint itu sungguh membuat tenggorokannya kering.
Ingin rasanya Segara menarik gadis itu kembali ke kamar hotel, dan mengunci diri di dalam selama berjam-jam. Seandainya tadi tidak dihubungi berkali-kali oleh teman-temannya, tentu ia memilih diam di kamar. Menghabiskan waktu untuk menjelajah dan menyesapi manisnya cinta mereka berdua. Yang Dahlia tidak tahu, ini adalah pengalaman pertama untuk Segara.
Segara kembali ke meja dan memberikan air mineral kepada gadis itu. Dahlia sudah bercerita padanya, kalau ia pertama kali melakukannya dengan Mario, mantan pacar yang meninggalkannya menikah dengan gadis lain. Segara pun tak mempermasalahkannya, apapun itu ia sudah menerima masa lalu Dahlia. Ponsel yang ia letakkan di atas mejanya bergetar, nama Andien tertera di sana.
‘Ngapain Andien nelpon?’ Segara membatin.
“Andien itu Mbak Marina ya, Mas?” Dahlia yang duduk di sampingnya bertanya setelah melihat nama yang muncul di Caller ID.
“Iya, kayaknya orang di kantor kamu panggilnya Marina. Tapi keluarganya sama temen kuliah, temen deket panggilnya Andien.” Segara menjelaskan. Jemarinya kemudian bergerak untuk menerima panggilan tersebut.
*
Dont forget to vote and comment.Pray for Palestine,
Kanaya Aprilia.
18/5/21
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)
Chick-LitSudah Terbit di CABACA. Tayang setiap hari senin. Beberapa part sudah dihapus untuk keperluan penerbitan. #1 Indonesia 21/06/2021 #1 Kota 04/09/2021 #11 metropopindonesia 11/06/2021 Start maret 2021 - may 2021 Hidup adalah pilihan. Bahkan untuk Dahl...