Sepulang dari Bogor, Dahlia dan Segara semakin dekat. Apalagi dengan ketiadaan Samuel yang harus mengurus bisnis barunya di Bali, tentu membuat Dahlia semakin bebas untuk bersama dengan Segara.
Lelaki berwajah oriental itu bahkan tidak pernah absen untuk menjemput Dahlia setiap sore di kantor. Segera setelah jam pulang kantornya tiba, Segara akan memacu mobilnya menuju ke tempat Lia.
*
"Kita mau makan apa?" Segara bertanya ketika mereka sudah di dalam mobil.
"Nggak ah, aku nggak makan malam. Tambah gendut deh, aku. Tiap malem selalu diajakin makan." Dahlia berpura-pura cemberut.
Gadis itu menggelung rambut panjangnya ke atas. Ia sudah melepas jasnya dan menyisakan kemeja berwarna biru muda yang terbuka dua kancing atasnya. Entah, Dahlia sengaja atau tidak melakukan hal tersebut. Yang jelas dari kursi pengemudi, Segara bisa melihat sesuatu yang berenda menggodanya.
"Coba kamu kancingin dulu baju kamu," pinta Segara kalem sambil mengemudikan mobil keluar dari tempat parkir.
"Kenapa?" Gadis itu balik bertanya.
"Mengganggu konsentrasi," kata Segara kalem.
"Jadi aku ganggu? Ya udah aku pulang sendiri aja." Gadis itu kembali merajuk.
"Kalau nggak kamu kancingin, kita bakal makan nih. Aku langsung belok ke kosan kamu, nih!" Lelaki itu menatap Dahlia dengan serius. Tatapannya menyiratkan gairah yang menyala, yang tak Segara tutupi.
Dipandang sedemikian rupa, Dahlia bersemu merah. "Yaudah makannya ntar aja. Yuk, balik." Suara Dahlia begitu pelan.
Ternyata Segara mendengar kalimat gadis tersebut dan memutar balik mobilnya.
*
Dan sekarang mereka berdua berpelukan di atas ranjang sambil mengobrol. Jemari Segara mengelus lengan gadis itu membuat pola berputar di kulitnya. Dahlia menggeliat kegelian, lalu mencubit perut lelakinya.
"Andien kalo di kantor, baik? Arya nggak pernah datang ke kantor?" Segara membuka percakapan.
"Baik, kok, dulu sering ke kubikel ngajak ngobrol. Arya siapa? Arya Saloka?" Dahlia balik bertanya. Dalam hati gadis itu menduga, Arya adalah mantan pacar Marina yang pernah diceritakan tempo hari.
"Bukan, Arya, mantan pacarnya yang abusive. Dulu mantannya itu sering mukulin dia, sama berkata kasar gitu." Segara memandang ke langit-langit kamar sambil bercerita. "Awalnya aku nggak tahu, karena Andien pandai menyembunyikan. Sampai akhirnya aku liat sendiri dan kami berantem. Aku sama Dewa dan beberapa teman lainnya yang membantu dia lepas dari Arya."
Dahlia hanya mengangguk-angguk saja. Ia sungguh bersimpati terhadap apa yang sudah diperbuat Mantan Marina padanya. Namun, ia harus mempertahankan miliknya, dalam hal ini Segaranya. Sebelum Marina menceritakan segala sesuatu yang ia ketahui tentang dirinya dan Samuel, Dahlia harus mencegahnya.
Gadis itu kemudian bersandar di dada Segara. "Tapi habis gini aku harus siap-siap, Mbak Marina nggak bakal mau ke kubikelku lagi." Ia menatap Segara dengan pandangan memelas.
"Kenapa? Kalian bertengkar?" Segara keheranan. Setahunya, terakhir kali mereka bertiga dalam satu ruangan, juniornya sewaktu kuliah itu bersikap biasa saja.
"Masa Mas nggak tahu, sih? Mbak Marina itu suka sama Mas Segara." Dahlia mendongak untuk menatap Segara. Ia sungguh penasaran dengan reaksi lelaki itu.
*
Dear all my lovely readers,
Start from part 25, yang akan tayang nanti hanya part 25 A, sedangkan B nya akan saya simpan untuk pada saat terbit. Jangan khawatir, ceritanya akan tetap ditulis sampe ending. Namun, ada beberapa bab tambahan yang hanya akan muncul di versi cetak.
Pray For Palestine,
Kanaya Aprilia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAY WITH FIRE (Tayang Di CABACA)
ChickLitSudah Terbit di CABACA. Tayang setiap hari senin. Beberapa part sudah dihapus untuk keperluan penerbitan. #1 Indonesia 21/06/2021 #1 Kota 04/09/2021 #11 metropopindonesia 11/06/2021 Start maret 2021 - may 2021 Hidup adalah pilihan. Bahkan untuk Dahl...