Fifteen

325 28 23
                                    


21+++

Hmm ~ ~ ~

Nami bersenandung ria sambil membersihkan tubuhnya. Mulai dari membaluri sabun, menuangkan shampoo hingga rutinitas lainnya.

Wanita itu menghela nafasnya, ia tersenyum kecil.
Rumah ini sekarang persis seperti kapal pecah belah akibat dari perkelahian kecil mereka berdua itu. Tetapi Nami bersyukur karena showernya masih bisa berfungsi, serta teko teh yang berada di kulkas juga tidak terkena dampaknya.

Luffy suka teh, tidak ya?
Batin Nami setelah ia mematikan keran showernya.

Nami membalut tubuhnya menggunakan sebuah handuk putih, lalu berjalan keluar kamar.
Ia sedikit berjinjit saat melewati serpihan kaca dan peluru bekas yang berserakan di bawah lantai.

Tangannya perlahan membuka pintu kulkas. Nami menepuk dahinya pelan saat menyadari bahwa pintu kulkas tersebut patah, sehingga ia harus mengangkat pintu tersebut lalu menggesernya sedikit.

Raut wajah Wanita itu berubah masam ketika menatap kondisi kulkasnya yang sangat menyedihkan itu. Tidak menunggu lama, Nami segera mengambil teko yang berisikan teh lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan tamu.


"NAMI!"

Luffy tiba-tiba meninggikan suaranya, kemudian ia memegang kedua bahu Nami seraya menunduk bersembunyi dibelakang meja dapur.

Nami menatap Smoke bomb yang baru saja memecahkan jendela dan menggelinding dibawah lantai. Wanita itu paham akan situasi sekarang, tetapi ia menatap Luffy kembali.

"Sekarang juga?" Ucapnya berbisik.

Luffy mengangguk. Pria itu melepaskan kemeja putihnya dan memakaikannya kepada Nami, sehingga tersisa kaus putih pada tubuhnya saja sekarang.

Suara tembakan mulai terdengar diluar rumah itu. Luffy dan Nami melarikan diri keruangan bawah tanah, lalu mengambil beberapa senjata utama dan cadangan yang akan menjadi persediaan mereka itu.

Pintu ruang bawah tanah akhirnya terbuka. Luffy sengaja tidak menguncinya dengan rencana agar mereka bisa mengecohnya lalu berhasil melarikan diri. Mereka berdua kemudian bersembunyi dibalik tiang-tiang pondasi sambil menggenggam senjata mereka masing-masing.

Tuk!

Tuk....tuk...tuk..



Sebuah Granat!
Batin Nami terkejut.
Ia langsung menatap Luffy untuk melemparkan kembali granat tersebut kepada musuh.

Pria topi jerami itu langsung menendang granat tersebut dengan cepat.
Tetapi Raut wajah Luffy berubah panik seketika. Granat yang ditendangnya itu berhenti persis didekat tabung gas utama rumah Kekasihnya.

Luffy menatap Nami yang berdiri disebelahnya, Sementara Nami membalas dengan tatapan yang seperti,
'kau ingin mati hah?!"

Nami menarik tangan Luffy dengan cepat berlari menuju pintu keluar yang ada ruangan bawah tanah itu. Wanita itu menembakkan peluru kepada gembok yang bertengger di pintu tersebut agar mereka berdua bisa keluar secepatnya dari sana.

Luffy dan Nami sempat menembak beberapa musuh yang sudah mengepung rumah ini, sebelum mereka berdua terlempar menghantam aspal jalanan. Dampak ledakan granat memang tidak seberapa, tetapi ketika ia meledak didekat sumber penyulut ledakan, itu akan benar-benar meluluhlantakkan semua kawasan disekitarnya.

Nami membuka matanya perlahan. Ia menoleh menatap keadaan rumahnya kini. Seperti dugaannya, rumahnya sekarang sudah benar-benar lebih menyedihkan dari sebuah kapal pecah belah.

Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang