"LIANA SEMANGAT!!!! "
"LIANA TAMBAH KECEPATAN LARINYA!!! "
"LIANA KALAU LO MENANG, GW TRAKTIR TIRAMISU KESUKAAN LO! "
Tiga orang siswa dari kelas 12 F berteriak memberi semangat pada Lucy yang berstatus Liana yang sedang melakukan lomba lari. Tiga orang itu terus berteriak sembari memegang spanduk besar yang berisi "SEMANGAT LIANA! JANGAN BERI KENDOR! "
Jelas itu mengundang perhatian semua orang yang berada di lapangan. Lucy yang sedang melakukan lomba juga harus menanggung malu akibat ulah tiga sahabatnya itu. Bahkan wajahnya sudah memerah karena menahan malu dan kesal.
Di dalam hati, Lucy sudah mengabsen berbagai nama hewan. Hingga lomba lari tersebut dimenangkan oleh Lucy. Selain wajahnya yang memerah, rupanya menahan rasa malu dan kekesalannya itu bisa berpengaruh pada kecepatan larinya.
Begitu selesai lomba, Lucy langsung berlari keluar lapangan. Melihat itu tiga pria tersebut melempar spanduk yang mereka ke sembarang arah, lalu mengejar sahabat wanita mereka. Tidak lupa mereka meneriaki nama yang sedang disandang gadis itu.
Hingga mereka menemukan Lucy di ujung lorong. Gadis itu berdiri di sana sembari berkomat-kamit. Sepertinya Lucy sedang mengumpat dengan kata-kata yang bisa dibilang kasar. Terlihat dari ekspresi kesal yang terukir di wajahnya.
"Lo ngapain lari sih? Gak capek apa habis lomba lari langsung lari lagi?! " tegur Seojun.
"Tau nih Liana, orang mah habis lomba tuh duduk dulu terus minum. Ini malah lari kayak dikejar anjing. " timpal Arthur.
"Iya gw dikejar anjing! Anjingnya kalian bertiga! " ketus Lucy.
"Ishh jahat banget sih, masa kita dibilang anjing. " protes Dion.
"Tau nih, kita kan sama anjing itu beda. " tambah Arthur.
"Bedanya apa? " tanya Liana yang memancing tiga pria itu.
"Kalau anjing menggonggong kalau kita kan berbicara, jadi beda! " sahut Seojun.
"Ck udahlah gw mau ngambil minum! "
Lucy pergi ke kantin dan meninggalkan sahabat-sahabatnya. Tidak ingin ditinggalkan tiga pria itu harus berlari mengejar Lucy lagi yang telah sedikit jauh dari mereka. Dalam hati, mereka mengumpati gadis cantik itu karena selalu ditinggal olehnya.
Setibanya di kantin, mereka berempat langsung memesan. Bukan hanya minuman, tetapi makanan juga. Untuk makanan mereka memesan nasi goreng spesial. Menu tersebut adalah menu andalan kantin sekolah mereka.
Lalu untuk minuman mereka memesan jus alpukat, green tea, milkshake coklat, dan ice cappucino. Setelah menunggu beberapa menit, pesanan mereka berempat datang. Mengingat cacing-cacing di perut mereka sudah demo, dengan lahap mereka menyantap nasi goreng yang masih hangat itu.
"Jinjja mas-issda! (Ini sangat enak!) " gumam Seojun.
"Sojun, kalau bicara sama kita jangan pakai bahasa korea! Kasihan gw nya, gak ngerti! " gerutu Arthur.
"Thur nama gw Seojun bukan Sojun! " protes si pemilik nama.
"Sama aja, sama-sama dibaca Sojun! " bela Arthur.
"Beda! "
"Sama! "
Perdebatan pelafalan nama tersebut membuat Dion merasa sangat terganggu. Bagaimana tidak! Mereka berdua berteriak tepat di samping telinganya. Posisinya sekarang berada di tengah-tengah Arthur dan Seojun yang sedang berdebat. Hal itu membuat kedua telinganya menjadi sakit.
Karena kesal keduanya tidak ada yang mau berhenti. Dion melempar es batu dari minumannya ke arah Arthur dan Seojun. Alih-alih berhenti bertengkar, Arthur dan Seojun malah melempar balik es batu ke arah Dion. Berakhirlah tiga orang itu berperang es batu di meja kantin.
Muak dengan sikap kekanak-kanakkan para sahabatnya, Lucy langsung mengancam ketiga sahabatnya. "Berhenti bertengkar atau gw gak mau jadi sahabat kalian lagi! "
Seketika mereka bertiga diam membisu. Tidak ada yang membuka suara lagi. Itu memang hanya sebuah ancaman kecil, tidak pernah ada yang menganggap hal itu serius. Tetapi kalau Lucy yang mengatakan itu, mereka bertiga akan benar-benar diam.
Tidak ada yang berani membantah. Mereka tahu ini baru permulaan kekesalan Lucy. Jika gadis itu sudah benar-benar marah, mungkin akan terjadi perang dunia ketiga di antara mereka. Membantah ucapan Lucy, sama saja seperti mengibarkan bendera perang.
"Masih mau berantem?!! " tanya Lucy. Ketiganya merespon dengan gelengan kepala.
"Bagus, habisin makanannya habis itu ke lapangan lagi! " Lagi-lagi ketiganya hanya merespon dengan gerakan kepala. Tanpa mereka ketahui, hal itu membuat Lucy gemas. Sekarang ketiga pria itu terlihat seperti seekor anak anjing yang penurut.
_____________________________
Di rumah sakit sekolah, terlihat seorang wanita paruh baya sedang menangisi seorang gadis yang kini terbaring lemah di atas tempat tidur. Wanita itu berharap gadis yang kini berada di depannya cepat sadar dari pingsannya.
Sudah 1 setengah jam gadis itu menutup matanya. Hingga jemari gadis tersebut bergerak. Dan wanita itu menyadari pergerakan kecil tersebut. Secara perlahan gadis itu membuka matanya.
Terdengar ringisan pelan keluar dari bibirnya. Dengan sigap wanita paruh baya itu menanyakan keadaan si gadis itu. "Lucy, bilang sama mama bagian mana yang sakit?! "
Si gadis yang baru saja sadar hanya diam tidak merespon. Kepala dan badannya masih terlalu sakit untuk digerakkan. Melihat diamnya Liana yang masih menggunakan nama Lucy, rasa kekhawatirannya meningkat.
"Kok Lucy diam aja? Kasih tahu mama, bagian mana yang sakit! " cemas Linda.
"Semua badan Lucy sakit. " lirih Liana.
"Nanti kita ke rumah sakit yanh lebih besar ya biar diobati. " ajak Linda. Liana hanya bisa mengangguk pasrah dengan pelan. Dia juga ingin rasa sakit di tubuhnya menghilang secepatnya.
"Lucy nya sudah sadar bu? " tanya seseorang yang baru saja datang.
"Ah Bu Karin, iya bu Lucy baru saja sadar. " jawab Linda.
"Bu Karin, kenapa saya ada di sini? " tanya Liana dengan suara yang sangat pelan, namun masih bisa terdengar samar-samar.
"Ibu juga gak tahu, saat ibu keluar dari ruangan ibu. Ibu sudah melihat kamu terbaring di atas tempat tidur. " jawab Bu Karin. Karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, Liana hanya terdiam sambil berpikir.
Dia memikirkan siapa orang baik hati yang telah menolongnya? Jika dia sudah tahu nanti, dia akan berterima kasih pada orang tersebut. Karena orang tersebut tidak membiarkannya mati perlahan di toilet itu.
"Liana lebih baik hari ini izin untuk tidak masuk kelas. Kamu harus diobati lebih lanjut di rumah sakit yang lebih besar, ibu takut ada luka dalam di tubuhmu. " saran Bu Karin.
"Benar kata Bu Karin, lebih baik kamu izin tidak masuk kelas dulu. "
Mendengar bujukan dua wanita tersebut, Liana hanya mengangguk setuju. Mendapat persetujuan dari Liana, Bu Karin dengan segera mengambil sebuah kursi roda. Ia tahu bahwa Liana pasti akan sulit untuk berjalan. Bu karin dan Linda membantu Liana duduk di kursi roda dengan perlahan.
Setelah duduk di kursi roda, Liana mencari posisi yang nyaman untuk duduk di benda itu. Tidak ingin membuang waktu, Linda dan Liana berpamitan untuk ke rumah sakit yang jauh lebih besar dari rumah sakit sekolah. Mereka juga telah menitipkan absen Liana dengan nama Lucy Angelina pada Bu Karin.
Segini dulu ya.
Jangan lupa vote and komen.
See you next time.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Twins
Teen FictionMemiliki bentuk wajah yang sama dan bentuk tubuh yang sama, bukan berarti kita kembar. Kita berbeda orang tua. Negara kelahiran kita berbeda. Dan sifat kita juga berbeda. Banyak orang yang mengatakan kalau kita anak kembar. Tapi itu tidak benar. Aku...