Sudah 2 hari Liana dirawat, kini ia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Lagipula keadaannya sekarang sudah lebih baik dari sebelumnya. Selama pemulihan, Liana hanya bisa berbaring di kamarnya. Setiap ia mencoba untuk berdiri, rasanya dunia sedang berputar.
Hal itu sempat membuat Agatha, Randy, dan keempat kakaknya khawatir. Tapi dokter mengatakan itu efek dari benturan yang dialami oleh Liana dan efek itu tidak akan lama. Setelah mendengar penjelasan dari dokter, keluarga Liana dapat menghela nafas lega.
Di kamar VIP yang ditempati Liana, Agatha sedang merapikan keperluan milik Liana yang waktu itu ia bawa ke ruangan ini. Joy selaku anak pertama, ia membantu mamanya untuk merapikan kasur yang selama ini digunakan oleh adik bungsunya itu.
Selain Joy, Daffa juga ikut membantu. Alasan Daffa ingin membantu mama dan kakaknya adalah untuk menghindari saudara kembarnya yang jahil itu. Siapa lagi kalau bukan Daffi. Sebenarnya ia lelah selalu menjadi bahan jahilan Daffi, tapi mau bagaimana lagi.
Dirinya dan Daffi satu tempat tinggal dan satu keluarga. Kalau ada petisi untuk bertukar saudara, maka ia akan menukar Daffi dengan orang lain. Sayangnya hal seperti itu tidak ada dan tidak akan pernah ada.
"Ayo kita pulang, papa udah nungguin kita di depan rumah sakit. " ajak Agatha.
"Kok mama bisa tau kalo papa udah ada di depan rumah sakit? " tanya Vivian.
"Tadi papa nelfon mama, katanya papa lagi ngurus administrasi. Jadi mama suruh tunggu di bawah aja. " jawab Agatha.
"Kenapa emangnya? " tanya Daffi.
"Biar papa gak capek. Kalo papa naik ke atas buat jemput kita, kan nanti papa turun lagi. Jadi mama suruh tunggu di bawah aja. " jelas Agatha. Daffi hanya mengangguk mengerti.
Setelah itu, Agatha dan kelima anaknya segera turun ke bawah. Liana juga sudah bisa jalan sendiri, karena ia sudah tidak merasa pusing seperti sebelumnya. Jadi ia tidak perlu digendong atau duduk di kursi roda.
Sesampainya di bawah, mereka melihat Randy yang sedang duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponselnya. Menyadari kehadiran istri dan anak anaknya, Randy langsung memasukkan ponselnya ke kantung celana.
"Lho Liana udah bisa jalan sendiri? Emang udah gak pusing? " tanya Randy heran.
"Udah gak kok pa, sebenarnya sih tadi mau digendong sama Daffa. Tapi dianya gak mau. " balas Agatha.
"Owh gitu, ini mau langsung pulang atau jalan jalan dulu? " tanya Randy lagi.
"Pulang aja deh pa, kasian anak anak. Pasti capek, apalagi Liana yang baru sembuh. " jawab Agatha.
"Jangan pulang dulu ma, kita ke toko hewan dulu. Tadi aku dapet tugas dari sekolah. Besok aku harus bawa hewan peliharaan ke sekolah. " sahut Vivian.
"Kamu mau beli hewan lagi? Kan kamu udah punya Mizzi di rumah. " tanya Agatha.
"Aku itu bukan mau beli hewan peliharaan baru, tapi aku mau beli kandang baru buat Mizzi " Agatha pun ber oh ria.
"Mizzi itu siapa? " tanya Liana.
"Mizzi itu kucing peliharaan Vivian. " jawab Daffi yang tepat berada di samping Liana. Liana yang mendengar jawaban Daffi hanya mengangguk paham.
Mizzy adalah kucing berjenis munchkin. Vivian baru saja membeli kucing itu 1 minggu yang lalu. Selain Vivian, Joy juga memelihara kelinci. Joy memberi nama Lusiana untuk kelincinya.
Setelah berbincang bincang sedikit, mereka sekeluarga segera berjalan menuju parkiran. Sesampainya di parkiran, mereka langsung masuk ke mobil dan menuju ke toko hewan. Toko hewan yang akan mereka kunjungi sangat dekat dengan rumah. Hanya berjarak 50 meter dari perumahan mereka.
Setibanya di toko hewan, Vivian langsung berlari masuk. Daffi pun juga berlari menyusul Vivian. Ia sangat suka melihat hewan hewan yang ada di toko tersebut. Namun Daffi tidak ada niat untuk memeliharanya, dikarenakan ia tidak suka ada banyak hewan di rumahnya. Menurutnya Mizzy dan Lusiana sudah cukup.
Baru saja Agatha dan Randy memasuki toko hewan, Vivian sudah datang menghampiri mereka dengan kandang kucing ditangannya. Agatha dan Randy hanya geleng kepala melihat anaknya yang selalu excited terhadap semua barang yang berhubungan dengan hewan peliharaan.
Di tempat hewan hewan, Liana tampak tertarik dengan seekor kucing. Kucing tersebut berjenis ragdoll. Kucing itu memiliki bulu berwarna putih dan abu abu. Matanya berwarna biru. Daffa yang sedang lewat di dekat Liana langsung memanggil Agatha.
"Ma, Liana pengen kucing ragdoll ini. " Liana terkejut, ia menoleh ke arah Daffa.
"Liana mau kucing? " tanya Agatha lembut. Liana hanya mengangguk.
"Pa, kita beliin Liana kucing ya. " pinta Agatha pada Randy. Randy yang awalnya sedang melihat lihat makanan kucing langsung menoleh ke arah Agatha.
"Liana mau kucing? " heran Randy.
"Iya, nih dia pengen beli kucing katanya. " jawab Agatha.
"Bukannya Liana takut sama kucing ya? " tanya Randy. Agatha terkejut, ia baru ingat kalau Liana itu takut dengan kucing. Bahkan kucing milik Vivian saja, dia tidak pernah mau mendekat.
"Aku gak takut kucing kok. " ucap Liana tiba tiba. Randy yang melihat Liana berkata jujur, akhirnya ia memutuskan untuk membelikan anak bungsunya seekor kucing ragdoll.
Di kasir, Randy langsung membayar kucing milik Liana, kandang untuk Mizzy, makanan kucing untuk 2 kucing milik anaknya, dan makanan kelinci milik Joy. Selesai membayar, mereka langsung pulang ke rumah.
Setibanya mereka di rumah, Vivian berlari masuk ke dalam rumahnya. Sepertinya gadis itu akan memamerkan kandang baru pada Mizzy. Vivian berharap kucingnya itu suka dengan kandang barunya. Selain Vivian, Liana, Joy, Daffa, dan Daffi juga sibuk dengan kucing baru milik Liana.
"Liana, kamu mau ngasih nama apa ke kucing ini? " tanya Joy.
"Raggy aja, keren tuh. " usul Daffi.
"Kucingnya Liana itu cewek. " balas Daffa.
"Saera. " Ketiga kakak Liana bingung, maksud kata Saera itu apa.
"Saera? " beo Joy.
"Iya, nama kucingnya Saera. " balas Liana.
"Keren banget namanya. " kagum Daffi.
"Lebih keren dari nama usulan lu. " sahut Daffa. Daffi yang mendengar itu hanya memanyunkan bibirnya.
"Gak usah kayak gitu bang, abang jadi kayak bebek. " ejek Vivian. Tambah manyunlah bibir Daffi. Ternyata saudara kembar dan adiknya ini memiliki mulut yang pedas.
Segini dulu ya.
Jangan lupa vote and komen
See you next time.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Twins
Teen FictionMemiliki bentuk wajah yang sama dan bentuk tubuh yang sama, bukan berarti kita kembar. Kita berbeda orang tua. Negara kelahiran kita berbeda. Dan sifat kita juga berbeda. Banyak orang yang mengatakan kalau kita anak kembar. Tapi itu tidak benar. Aku...