Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ponsel Liana berbunyi. Ternyata dia mendapatkan pesan dari Lucy. Lucy mengirim nomor ponsel para kakaknya dan ketiga sahabatnya yang tak lain adalah Arthur, Dion, dan Seojun. Tapi sepertinya bukan hanya itu. Lucy tampak sedang mengetik suatu pesan pada Liana.
Hingga 5 detik kemudian, pesan Lucy terkirim. Di sana terdapat sebuah foto dengan pertanyaan di captionnya. Siapa pria itu? Begitulah pertanyaan yang dilontarkan Lucy. Liana terdiam sejenak ketika melihat foto tersebut.
Seketika di kepalanya terlintas beberapa kejadian menyedihkan yang pernah ia alami. Kejadian itulah yang membuat dirinya sering dibuli oleh Laura. Tanpa Liana sadari air matanya jatuh tepat di atas ponselnya begitu saja.
Sehingga lamunan Liana buyar karena suara bodyguard yang memanggilnya. "Nona baik-baik saja? "
"Ahh iya s-saya baik-baik saja. " balas Liana dengan gugup, lalu Liana mematikan ponselnya tanpa membalas pesan Lucy.
Di sisi lain Lucy sedang menggerutu lantaran pesannya hanya dibaca oleh Liana. Sepertinya gadis itu tidak ingin memberi tahu informasi tentang pria tersebut. Tapi bagaimana caranya? Haruskah dia menyamar kembali menjadi Liana?
Tidak-tidak baru beberapa menit dia kembali menjadi Lucy, dia tidak bisa begitu saja mengubah identitasnya menjadi Liana kembali. Kali ini Lucy memang harus memutar otaknya untuk mencari rencana yang bagus supaya dia mendapatkan informasi pria tersebut.
___________________________
Liana kini telah tiba di rumahnya. Liana tercengang melihat rumah megah bertingkat 2 itu, ditambah dengan halaman yang sangat besar. Rumah ini sangat berbeda dengan rumah Linda. Hingga ada suara seseorang yang mengganggu kekagumannya.
"Liana! Lo dari mana saja?! " Liana menoleh ke belakang, ternyata yang memanggilnya tadi adalah Vivian.
"Eee itu kak habis dari rumah teman. "
Vivian mengerutkan dahinya, sepertinya dia menyadari perubahan gaya bicara Liana. "Tumben banget ngomongnya halus?! Biasanya lo nyolot mulu sama gw! "
"Emang gak boleh apa ngomong halus?! " Dengan tidak sengaja Liana menaikkan sedikit nada bicaranya. Sekarang pikiran negatif sudah memenuhi kepala Liana. Akankah dia dimarahi oleh Vivian?
"Baru saja lo ngomong halus, sekarang ngegas lagi. Tapi gak papa, gw lebih suka lo yang ngegas. " ucap Vivian sembari merangkul Liana. Liana merasa sedikit lega mengetahui Vivian tidak memarahinya. Lalu mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.
Ketika Liana tiba di ruang tamu, Liana melihat sebuah banyak lukisan di dinding termasuk lukisan yang ada di mimpi Lucy. Liana bertanya-tanya, siapa yang melukis lukisan-lukisan itu? Vivian yang melihat Liana memperhatikan lukisan-lukisan itu mengerutkan dahinya.
"Kenapa? Owh jangan-jangan lo mau jual lukisan lo yang ini? " tanya Vivian sembari menunjuk salah satu lukisan yang dibuat Lucy. Liana hanya menggeleng sebagai respon.
"Oh iya kak ak --- gw ganti nomor ponsel. Sudah gw chat ya, bye mau ke kamar. " Liana sengaja mengalihkan pembicaraan supaya Vivian tidak membahas lanjut tentang lukisan.
Setelah Liana pergi, Vivian memeriksa ponselnya. Benar saja ada sebuah notif dari nomor yang tidak dikenal. Langsung saja dia menyimpan nomor tersebut dan menghapus nomor lama Liana yang ada di ponselnya.
Liana yang sudah melarikan diri sekarang kebingungan mencari kamarnya. Ada banyak sekali ruangan di lantai dua. Hingga Liana menemukan pintu yang berwarna putih yang terkunci. Dia berpikir bahwa ruangan di balik pintu itu adalah kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Twins
Teen FictionMemiliki bentuk wajah yang sama dan bentuk tubuh yang sama, bukan berarti kita kembar. Kita berbeda orang tua. Negara kelahiran kita berbeda. Dan sifat kita juga berbeda. Banyak orang yang mengatakan kalau kita anak kembar. Tapi itu tidak benar. Aku...