Episode 23

3 1 2
                                    

"Gimana? Sudah nemu kata sandinya? "

"Sabar napa Daf, lo pikir gampang buat mecahin sandi begini! " protes seseorang pada Daffa yang sedang merebahkan badannya sambil bermain ponsel.

"Sudah 2 jam gw nunggu, tapi dari tadi jawaban lo tetap sama. " imbuh Daffa kesal.

"Sabar dong! Lo tahu kan gw siapa? Cakra Arya Pratama, semua orang tahu kemampuan gw buat mecahin sandi begini! "

Arya yang sudah kesal dengan temannya itu berakhir menggunakan kalimat kebanggaannya selama 2 tahun ini. Kalimat itu sangat membosankan untuk didengar bagi Daffa. Sudah ber puluhan kali dia mendengarnya.

Daffa melirik jam tangannya, rupanya jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. 15 menit lagi dia memiliki kelas siang yang harus dia datangi. Tidak ingin terlambat memasuki kelas, Daffa langsung berpamitan pada Arya dan berlari pergi.

"Gw titip tuh flashdisk. gw pergi dulu, ada kelasnya Pak Rion! "

Arya hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap Daffa yang semakin menjauh. "Lagi-lagi lo ditinggal sendiri Ar. " gumamnya.

__________________________

Saat jam istirahat Lucy hanya termenung memandang ke luar jendela. Dia masih memikirkan siapa yang telah mendorong Gibran sebenarnya? Dan bagaimana cara untuk menemukan orang itu? Itu sudah kejadian yang lama, pastinya orang itu telah menghapus semua bukti dan jejaknya.

Semakin memikirkan masalah itu, semakin pusing kepala Lucy dibuatnya. Karena tidak bisa menemukan solusi yang benar-benar tepat untuk dia lakukan. Akhirnya Lucy memilih untuk menelungkupkan kepalanya di meja.

Baru saja dirinya mendapatkan ketenangan. Tiba-tiba ada tiga gadis yang mendatanginya sambil memukul meja. Dengan malas Lucy mengangkat kepalanya. Lucy melempar tatapan datar pada tiga gadis itu. Setelahnya Lucy bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kelas begitu saja.

Tiga gadis itu tercengang melihat Lucy yang mengabaikan mereka. Apakah Lucy telah berubah? Apa yang membuat dirinya berubah seperti itu? Mereka semua heran melihat perubahan Lucy selama 2 hari ini. Terlebih lagi mereka penasaran dengan penyebab berubahnya Lucy.

"Ra, lo sadar gak sih? Lucy sejak 2 hari yang lalu sifatnya beda banget! " beritahu  Fiona.

"I know. Gw penasaran apa yang bikin dia berubah. " cetus Laura.

"Gw rasa dia bukan Lucy. " celetuk Jesica.

"Kalau dia bukan Lucy, terus dia siapa?! " ketus Laura. Karena tidak bisa menjawab, Jesica hanya mengangkat bahunya pertanda tidak tahu.

"Ck, gak jelas banget lo! " maki Laura.

"Ya kan gw cuma tebak-tebak, siapa tahu gitu. " balas Jesica.

"Tapi tebakan lo gak jelas Jesica. Lucy itu cuma ada satu, dan adanya di sekolah kita saja. Gak pernah tuh gw ketemu sama orang lain yang mirip Lucy. " sahut Fiona. Laura hanya bisa mendengus kesal mendengar topik pembicaraan yang sangat tidak jelas ini.

"Ayo ke kantin! Gw laper. " Akhirnya Laura, Fiona, dan Jesica pergi menuju kantin sekolah untuk mengisi perut mereka.

Di sisi lain, setelah Lucy pergi meninggalkan kelas. Lucy sekarang berada di lantai sekolah paling atas. Entah dia sedang mencari apa sampai pergi ke lantai atas tersebut. Karena semua ruang kelas hanya ada di lantai 1 sampai lantai 5.

Dan sebenarnya siswa dilarang untung memasuki lantai paling atas tanpa izin dari guru. Jika Lucy ketahuan, pastinya dia akan mendapatkan hukuman. Maka dari itu Lucy sangat memperhatikan sekitar dan selalu waspada.

Not TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang