Saat ini Daffa sedang membongkar isi laci mejanya. Sudah 1 jam lamanya Daffa mengacak-acak laci mejanya itu. Bukan hanya laci, tetapi dia juga membongkar lemari bajunya. Entah benda apa yang ia cari.
Setelah sekian lama Daffa mencari, akhirnya benda yang dia cari dapat dia temukan. Benda tersebut adalah sebuah flashdisk kecil berwarna hitam. Sebenarnya flashdisk itu bukanlah miliknya, melainkan milik ayahnya dulu.
Satu hari sebelum mereka pindah rumah 12 tahun yang lalu, Daffa dan yang lainnya mengkemas semua barang termasuk barang-barang kedua orang tua mereka. Beberapa barang orang tua mereka telah disumbangkan.
Namun masih ada beberapa yang mereka simpan dengan baik. Dan salah satunya adalah flashdisk tersebut. Daffa berpikir, mungkin saja ada sesuatu yang penting di dalan flashdisk tersebut. Jika jatuh ke orang yang salah, bisa saja dia menyalah gunakan isi-isi dari flashdisk itu.
Jika kalian bertanya untuk apa Daffa mencarinya kembali? Alasan Daffa mencarinya adalah untuk dia gunakan mencari adik perempuan terakhirnya, Liana. Daffa sama sekali tidak tahu tentang kembalinya Liana karena rencana Lucy.
Sampai sekarang Daffa tetap mengira bahwa Liana yang ada di rumahnya saat ini adalah Lucy Angelina, teman kecil adiknya itu. Karena itulah Daffa semakin bertekad untuk mencari Liana dengan isi dari flashdisk itu. Siapa tahu ada sedikit petunjuk tentang Liana dan Lucy di masa lalu.
Seperti data rumah sakit Liana contohnya. Mungkin saja dengan itu dia bisa mencari Liana dengan mendatangi rumah sakit seperti yang dilakukan Lucy beberapa minggu yang lalu. Saat Daffa membuka isi flashdisknya, ada beberapa file yang terlihat aneh.
File-file tersebut seperti sebuah video yang memiliki durasi yang lumayan lama. Karena penasaran Daffa membuka satu persatu video-video tersebut. Namun hal itu sedikit tertunda. Rupanya untuk mengakses video tersebut membutuhkan sebuah sandi.
"Sandi? Kenapa harus diberi sandi? " gumam Daffa keheranan.
Daffa memilih untuk mencoba memasukkan tanggal lahir ayahnya. Dia berpikir karena laptop ayahnya, mungkin saja ayahnya memasukkan tanggal lahirnya. Tapi dugaan Daffa salah besar. Bukan tanggal lahir yang digunakan untuk sandi video tersebut.
Tidak ingin menyerah dengan mudah, Daffa mencoba dengan tanggal pernikahan orang tuanya, tanggal lahir mamanya, tanggal lahir saudara-saudaranya, bahkan dia memasukkan tanggal lahirnya juga. Namun semua usahanya sia-sia. Semua angka yang ia masukkan selalu salah dan tidak cocok.
"Apalagi yang harus gw masukkin? Tanggal pernikahan sudah, tanggal lahir gw sama saudara-saudara juga sudah! " gerutu Daffa yang semakin kebingungan.
Daffa kali ini memasukkan angka secara acak. Dan kali ini dia berharap bahwa angka yang dia masukkan cocok dengan kata sandinya. Sayang seribu sayang takdir sedang tidak berpihak pada Daffa. Lagi-lagi angka tersebut tidak cocok.
Yang tadinya niat Daffa ingin mencari adiknya itu, berubah menjadi untuk memecahkan sandi untuk membuka video yang ada pada flashdisk tersebut. Daffa terus memasukkan angka secara acak dengan harapan yang sama yaitu, cocok dengan kata sandi video tersebut.
Sudah satu setengah jam lamanya Daffa berkutik dengan laptopnya itu, tetapi video yang ingin ia lihat sama sekali tidak berhasil terbuka. Pada akhirnya Daffa memutuskan untuk menyerah. Namun itu tidak membuat rasa penasarannya menghilang.
Daffa termenung sejenak untuk memikirkan cara membuka video itu. Setelah lama termenung, akhirnya Daffa mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Tidak lama kemudian terdengar suara seseorang dari telepon.
"Tumben banget nelepon, ada apa bro? " tanya orang tersebut seolah-olah mereka memang berteman dekat.
"Bantuin gw buat buka video yang ada di flashdisk. " jawab Daffa to the point.
"Yaampun itu doang? Itu mah gampang, anak kecil kalau disuruh juga bisa kali. " tuturnya meremehkan.
"Kalau itu gw juga bisa. Video ini ada di flashdisk ayah gw, cuma videonya dikasih kata sandi. Tapi gw gak tau kata sandinya apa. " jelas Daffa.
"Owh jadi lo mau minta gw buat cari tahu kata sandi video itu? Omong-omong lo sudah coba buat buka pakai angka acak atau tanggal-tanggal penting belum? " tanya-nya.
"Itu masalahnya, semua tanggal penting di keluarga ini sama angka acak pun sudah gw masukkin. Tapi hasilnya nihil. " jawab Daffa lagi.
"Tanggal penyimpanan videonya sudah lo masukkin? " tanya pria itu.
Seketika Daffa tersadar. Sejak awal dia memasukkan angka acak, dia sama sekali belum memasukkan angka dengan tanggal video tersebut disimpan. Mengapa dirinya sama sekali tidak terpikirkan untuk memasukkan tanggalnya?
Tanpa memutuskan sambungan telepon dengan temannya, Daffa mencoba untuk mengikuti saran dari temannya untuk memasukkan tanggal video tersebut. Dan ternyata tetap saja angka tersebut tidak cocok.
"Tidak berhasil! " keluh Daffa.
"Siang ini lo ada waktu? " tanya Daffa pada temannya.
"Kita ketemuan di caffe dekat kampus! " Tanpa menunggu jawaban dari temannya Daffa menyela dengan cepat dan mematikan telepon sepihak.
__________________________
Kini ruang kamar Lucy sangat berantakan. Buku berserakan di lantai kamar, baju-baju yang tergeletak begitu saja di ranjang, dan berbagai barang lainnya. Apa yang sedang Lucy lakukan sehingga ruangan itu sangat kacau?
"Ahh bukan ini yang gw cari! " gerutunya kesal sembari melempar benda itu ke sembarang tempat.
"Benda apalagi ini? " gumam Lucy ketika menemukan buku kecil yang sedikit berdebu.
Buku itu dia temukan di sudut atas paling ujung lemarinya. Buku tersebut memiliki sampul kulit berwarna biru muda yang kini tertutup oleh debu. Lucy bertanya-tanya, mengapa buku itu terdapat di atas lemari? Untuk pelaku yang melakukan itu, sudah dapat dipastikan Lianalah pelakunya.
Lucy membersihkan debu-debu dari buku itu untuk melihat jelas sampul buku. Saat debu mulai perlahan menghilang, terlihat jelas cetakan tulisan "diary" pada sampul buku tersebut. Penasaran dengan isinya, Lucy membuka buku diary itu dan membacanya sembari merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Gw kira ada yang spesial dari buku ini, ternyata hanya isi hati Liana. " keluh Lucy.
Baru saja mengeluh, Lucy menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya pada halaman buku selanjutnya. Di sana terdapat foto seorang laki-laki remaja yang dia lihat kemarin di ponselnya. Di sana tertulis isi hati Liana yang dicurahkan melalui buku itu.
Mata Lucy bergerak ke kanan dan ke kiri karena membaca tulisan tersebut. Satu informasi yang dapat Lucy tahu dari buku itu adalah, laki-laki remaja itu rupanya sahabat Liana. Laki-laki itu bernama Gibran. Tidak hanya itu, ternyata Laura dan Liana dulunya menjalin hubungan persahabatan yang baik.
Lantas apa yang membuat Laura dan Liana bermusuhan? Dan kemana perginya Gibran? Semua jawaban dari pertanyaan itu dapat dilihat pada curahan isi hati Liana di halaman berikutnya. Lucy terus membaca isi buku itu hingga dia tidak lagi menemukan tulisan lagi pada halaman berikutnya.
"Jadi Laura selama ini salah paham dengan Liana. Dia mengira bahwa Liana mendorong Gibran hingga ketabrak mobil sampai meninggal. " gumam Lucy sembari menatap foto Gibran yang terpasang pada buku diary itu.
"Kalau bukan Liana yang dorong Gibran, terus siapa yang melakukan itu? " Lucy bertanya-tanya dengan pelaku yang sebenarnya.
Karena di buku ini Liana sama sekali tidak menceritakan sosok yang mendorong Gibran sebenarnya. Hal itu disebabkan karena orang yang mendorong Gibran menggunakan topi, masker, dan kacamata hitam. Tetapi yang jelas, pelakunya adalah seorang perempuan berkulit putih susu dan memiliki rambut panjang.
Hanya itu yang Liana ceritakan di buku diary nya. Ini adalah tugas baru untuk Lucy. Dia ingin tidak ada lagi kesalahpahaman. Walaupun masalah ini berawal di kehidupan Liana, tapi masalah itu akan menjadi masalah Lucy. Karena Liana dulu hidup menggunakan namanya.
Segini dulu ya.
Jangan lupa vote and komen.
See you next time.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Twins
Teen FictionMemiliki bentuk wajah yang sama dan bentuk tubuh yang sama, bukan berarti kita kembar. Kita berbeda orang tua. Negara kelahiran kita berbeda. Dan sifat kita juga berbeda. Banyak orang yang mengatakan kalau kita anak kembar. Tapi itu tidak benar. Aku...