Satu repetisi kata tatkala pagi adalah 'ngantuk'. Tidur terasa sekilas, tapi sayang ngga bisa menunda waktu kelas pagi. Sengsara menguap tiap menit.
Karena kampus dekat dengan kafe, Velin memutuskan mampir beli kafein hangat segelas. Diharap bisa melekin mata.
"Mas, kopi Amer satu."
"M-maksudnya Americano, mba?"
"Eh, iya-iya." Karena masih ngantuk berat, Velin sampai typo. "Eh, Kevin?" Bahkan matanya baru sadar akan kehadiran Kevin sebagai kasir.
"Astaga, mata lu ada gerhana bulan sabit," gurau Kevin sambil melayani pesanan perempuan di hadapannya.
"Tuntutan tugas, mau gimana lagi," gumam Velin masih setengah sadar.
Ia melihat lekat wajah pucat Velin. Lalu menerka, "Tapi lo kayak sakit? Apa karena semalem gak pake payung?"
Benar. Semalam Velin menolak pinjaman payung milik Kevin untuk dibawa pulang lagi, karena dia ngga mau balikin lagi, ngerepotin lagi, dan ketemu lagi.
"Banyak tugas bukan berarti lo dituntut kayak robot kali. Jangan lupa banyak istirahat." Kevin mengomel tiba-tiba. Lalu memberikan pesanan kopi sekaligus satu bungkus roti.
Saat melihat roti, Velin bingung, "Perasaan gua ngga ngigo pesen roti?"
"Emang gak, tapi kalo perut lo kosong, nanti ada kupu-kupu terbang di perutnya," ucap Kevin asal. Pura-pura nggak tau gitu, padahal dia pelaku yang tambahin roti buat sarapan Velin tanpa memberi tagihan biaya.
"Berarti kalo perut kupu-kupu kosong, nanti ada manusia terbang di perutnya?" tanya Velin asal. Kebegoan yang hakiki.
"Bukan begitu, sih." Kevin jadi kebingungan sendiri. "Tapi gak salah gak bener."
Velin menyeruput americano yang telah dia pesan. "Padahal gua sengaja dateng pagi biar ngga ketemu lu."
"Jadi lo hindarin gua?!"
"Hm..."
Setelah membayar cash, Velin berjalan keluar cepat. Tapi seperti tak bernyawa karena jiwanya masih setengah di alam mimpi, setengahnya lagi di tempat tidur. :(Kevin menggerutu sekilas, sampai menangkap sebuah objek yang tertinggal, diyakini Velin sebagai empu. Dengan pipi bersemu, mata sipit yang membesar, Kevin bergumam, "Sayangnya, kita akan bertemu lagi."
Velin si teledor, belum sadar kehilangan ponselnya.
🥪
"Bapak senang sekali, karena hanya kelompok kalian yang memiliki presentasi paling bagus. Semoga di tugas kelompok berikutnya, kalian bisa lebih bagus lagi."
Seorang paruh baya berstatus dosen, memuji kelompokku setelah kelas usai. Hasil presentasi itu, sesungguhnya bukanlah hasil kelompok.
Ketika dosen pergi, mereka mulai bercengkerama.
"Wah, gila! Gue seneng banget," seru salah satu anggota kelompokku, Angga.
"Lucky banget gue masuk kelompok ini. Gausah kerja keras," sahut Hana.
"Gimana kalo sekarang yang ngerjain juga Velin aja?" Pertanyaan dari Fabian langsung diangguk oleh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝗪𝗵𝗲𝗻 𝗧𝗵𝗶𝘀 𝗥𝗮𝗶𝗻 𝗦𝘁𝗼𝗽𝘀
Fanfiction❝Semoga hujan malam ini tak sekedar menciptakan genangan, tapi juga kenangan.❞ Perihal kebucinan Kevin, yang entah jadi hobi atau tabiatnya. Bertemu gadis di antara hujan, yang entah hobi atau ngga punya uang buat beli payung. Perkara hujanlah, mere...