06― lagu kevin ft. rubber boots

42 11 15
                                    

"Vel, lo gak sakit, kan?"

"Lo kok gak ke kafe?"

"Gue tungguin dari tadi."

"Sebenernya... ada sesuatu yang mau gue omongin."

Ah, menggila!

Kevin mau gila aja! Dari tadi ia menghela napas. Ia mengusap kasar wajahnya, karena lelah berlatih di depan kaca sejak tadi.

"Heh, lo ngapain ngomong sama kaca?" tanya Younghoon.

"Kevin ketularan sama lu, sama-sama demen ngaca." Chanhee mengintimidasi kedua pelaku.

Kevin menunjuk jengkel. "Seenggaknya gua gak kayak Younghoon yang muji diri sendiri di kaca."

"Lu lebih gila lah, ngajak kaca pacaran," tuding Younghoon ngga mau kalah.

Tiba-tiba pria berambut pink datang di antara mereka. Sambil mendengus setiap sudut ruang. "Guys, guys! Gua mencium bau-bau bucin di antara kalian."

"Gua ciumnya bau-bau cowok bakal ditolak nih." Niat Younghoon sengaja jadi provokator kemarahan Kevin.

"Ga, ga! Gua mencium..." Chanhee berusaha mendalami indra penciumannya, "bau ketek Eric, anjir. Lo udah mandi belom sih?!"

Chanhee segera menjauhi sang pelaku, demi mendapat oksigen baik untuk hidungnya.

"Tadi pagi gue telat bangun, ya jadi belum mandi sampe saat ini," jawab Eric tanpa rasa bersalah.

Chanhee menutup hidungnya. "Lu teh nambahin CO2 tau!"

"Sono Ric, pulang. Lo telat, ga telat juga ga ada yang nyariin," usir Younghoon dengan nada ejekan.

"Gak mau pulang," bibir Eric sengaja dikerucutkan, "nanti gue disuruh mandi sama mamih."

"Chanhee," kode Kevin. Dijawab oleh anggukan dari Chanhee yang langsung menelepon ibunda Eric.

"Lapor, tante! Anaknya belum mandi dari pagi." Ya, tugas andalan Chanhee jadi tukang cepu. Makanya ngga heran, dia koleksi semua nomor orangtua geng The Boyz.

☂️


Seorang mahasiswi hari ini tak sedang melaksanakan kewajibannya untuk pergi ke kampus. Namun dia datang sebagai seorang putri dari pria paruh baya yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit.

Pernapasan beliau dibantu selang oksigen terpasang pada hidungnya. Dengan tiang infusan yang berdiri samping ranjang, mengikuti arus infus menuju telapak tangan pasien.

Dengan berat, Velin menangkap wajah tidur sang ayah. Entah kapan beliau akan terbangun, Velin berharap waktu untuk tidak gegabah.

"Ayah, Velin dateng." Persetan dengan suara serak dan lembapnya pipi dia saat ini.

"Udah lama ngga ketemu, kenapa Ayah masih belum melihatku?"

"Akhir-akhir ini, aku kesulitan. Pasti Ayah lebih kesakitan, ya? Tapi aku baik-baik aja. Aku bisa melewati semua kesulitan karena motivasi dari Ayah sama Mama. Karena itu, aku udah di sini, Ayah bisa melewati rasa sakitnya." Isak tangis Velin pecah.

Enggan melepas genggaman tangan sang ayah, Velin terus bicara pada orang yang mustahil merespon. "Ayah Velin itu kuat dan sehat. Ia yang selalu tersenyum bahkan di masa-masa sulit."

"Sebentar lagi waktu jenguk habis. Karena itu, ayah harus bangun untuk mengantarku." Sejenak bibir Velin terukir senyum, meski mata memerah.

"Apa Ayah ingat? Tiap hujan turun, Ayah jemput aku ke sekolah." Kembali nostalgia akan kejadian dulu, membuatnya tersenyum lebar meski pelupuk matanya basah.

[✔] 𝗪𝗵𝗲𝗻 𝗧𝗵𝗶𝘀 𝗥𝗮𝗶𝗻 𝗦𝘁𝗼𝗽𝘀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang